Mitos Stunting Terbongkar! Inilah 10 Fakta yang Harus Diketahui Orang Tua
- Pixabay
Lifestyle –Dalam dunia parenting, stunting menjadi isu krusial yang memengaruhi masa depan anak. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting pada balita di Indonesia mencapai 27,7%, menunjukkan tantangan besar dalam pola asuh yang mendukung pertumbuhan optimal.
Banyak mitos tentang stunting yang beredar di masyarakat sering kali menyesatkan, menyebabkan orang tua salah langkah dalam mencegahnya.
Artikel ini bertujuan memaparkan 10 fakta ilmiah tentang stunting, meluruskan kesalahpahaman, dan memberikan panduan berbasis pengetahuan untuk parenting yang efektif dalam mencegah gangguan pertumbuhan anak.
Mitos dan Fakta tentang Stunting
Fakta 1: Stunting Bukan Hanya Masalah Tinggi Badan
Banyak yang mengira stunting hanya soal anak bertubuh pendek. Faktanya, stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, yang memengaruhi perkembangan fisik dan kognitif. Anak yang stunting sering kali mengalami gangguan perkembangan otak, menurunkan kemampuan belajar dan daya tahan tubuh.
Fakta 2: Stunting Bisa Dicegah Sejak Kehamilan
Mitos umum menyatakan stunting hanya terjadi setelah bayi lahir. Namun, asupan gizi ibu selama kehamilan sangat menentukan. Kekurangan zat besi, asam folat, atau kalori pada ibu hamil meningkatkan risiko stunting pada janin, menegaskan pentingnya pola asuh yang dimulai dari perawatan ibu.
Fakta 3: ASI Eksklusif Kunci Pencegahan Stunting
Sebagian orang tua percaya ASI tidak cukup bergizi. Padahal, ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan memberikan nutrisi lengkap, termasuk protein, lemak, dan antibodi, yang mendukung pertumbuhan optimal dan mencegah stunting.
Fakta 4: MPASI Berkualitas Sangat Penting
Ada anggapan bahwa MPASI apa saja cukup untuk bayi. Faktanya, Makanan Pendamping ASI harus kaya protein, zat besi, dan mikronutrien seperti zinc dan vitamin A. MPASI yang buruk kualitasnya dapat memicu kekurangan gizi, meningkatkan risiko stunting.
Fakta 5: Stunting Tidak Selalu Karena Kemiskinan
Mitos bahwa stunting hanya menimpa keluarga miskin tidak sepenuhnya benar. Kurangnya pengetahuan tentang pola asuh gizi, seperti pemberian makanan yang tidak seimbang, juga menjadi faktor risiko, bahkan di kalangan keluarga mampu.
Fakta 6: Sanitasi dan Higiene Berperan Besar
Banyak yang mengira stunting hanya soal asupan makanan. Namun, sanitasi buruk dan infeksi berulang, seperti diare akibat air tercemar, menghambat penyerapan nutrisi. Lingkungan bersih adalah bagian penting dari parenting untuk mencegah stunting.
Fakta 7: Stunting Memengaruhi Kecerdasan Anak
Mitos bahwa stunting hanya masalah fisik keliru. Kekurangan gizi kronis dapat mengganggu perkembangan otak, menurunkan kecerdasan, konsentrasi, dan prestasi akademik anak di masa depan, menjadikan pencegahan stunting prioritas dalam pola asuh.
Fakta 8: Intervensi Sebelum Usia 2 Tahun Krusial
Sebagian orang tua berpikir stunting bisa diperbaiki kapan saja. Faktanya, 1.000 hari pertama kehidupan (dari kehamilan hingga usia 2 tahun) adalah periode kritis. Kekurangan gizi pada fase ini sering kali bersifat permanen.
Fakta 9: Bahan Lokal Bisa Cegah Stunting
Anggapan bahwa makanan mahal diperlukan untuk gizi anak tidak benar. Bahan lokal seperti ikan kembung (kaya omega-3), tempe (sumber protein nabati), dan bayam (kaya zat besi) sangat efektif untuk mendukung parenting anti-stunting dengan biaya terjangkau.
Fakta 10: Peran Ayah dalam Pencegahan Stunting
Mitos bahwa hanya ibu bertanggung jawab atas gizi anak keliru. Dukungan ayah dalam pola asuh, seperti membantu memilih bahan makanan bergizi atau memastikan akses ke layanan kesehatan, memperkuat upaya keluarga mencegah stunting.
Dampak Stunting pada Anak
Stunting memiliki konsekuensi jangka pendek dan panjang. Dalam jangka pendek, anak stunting lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan pertumbuhan fisik yang lambat. Dalam jangka panjang, stunting meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes dan jantungan, serta menurunkan produktivitas di masa dewasa.
Kesadaran orang tua dalam parenting menjadi kunci untuk meminimalkan dampak ini melalui asupan gizi dan perawatan yang tepat.
Tips Praktis untuk Orang Tua
Untuk mendukung pola asuh anti-stunting, orang tua dapat memastikan gizi seimbang selama kehamilan dengan konsumsi makanan kaya zat besi, protein, dan asam folat. Pemberian MPASI harus beragam, menggunakan bahan lokal seperti ikan, tempe, atau sayuran hijau.
Menjaga kebersihan lingkungan, termasuk air bersih dan sanitasi makanan, juga penting untuk mencegah infeksi. Libatkan seluruh keluarga, termasuk ayah, dalam perencanaan gizi dan pantau pertumbuhan anak melalui posyandu atau layanan kesehatan. Edukasi dan kolaborasi keluarga akan memperkuat upaya parenting dalam mencegah stunting.