Kenapa Anak Ketika Dilarang Semakin Melakukannya? Ini Penjelasan Psikologi Anak
- Pixabay
Lifestyle –Banyak orang tua mengeluhkan hal serupa anak tidak patuh meskipun sudah berkali-kali dilarang. Bahkan, semakin tegas larangan diberikan, semakin sering pula anak melanggarnya. Misalnya, dilarang bermain gadget sebelum tidur, justru anak sembunyi-sembunyi melakukannya. Atau dilarang keluar rumah sore hari, justru sengaja menghilang dari rumah pada jam tersebut.
Fenomena ini bukan sekadar nakal, melainkan berkaitan erat dengan cara kerja psikologis anak. Salah satu penjelasan kuat datang dari, psikolog anak dari Harvard Medical School dan penulis buku The Explosive Child, yang dikenal karena pendekatannya pada perilaku menantang anak, Dr. Ross W. Greene.
Menurut Greene, saat anak merasa dikendalikan secara berlebihan tanpa diberi ruang untuk berdiskusi, maka yang muncul adalah reaktansi psikologis, yaitu dorongan alamiah untuk mempertahankan otonomi atau kebebasan pribadi.
“Ketika kita terlalu fokus pada kendali, anak justru merasa kehilangan kontrol atas dirinya. Dan anak-anak yang merasa kehilangan kontrol akan berusaha merebutnya kembali dengan cara menolak, melawan, atau membangkang,” jelas Greene dalam salah satu wawancaranya di Psychology Today.
Anak bukan tidak mengerti bahwa suatu hal dilarang, tapi mereka terdorong untuk melakukannya karena ingin membuktikan bahwa mereka punya kuasa atas dirinya sendiri. Semacam reaksi “balas dendam” terhadap rasa terkekang.
Teori Reaktansi: Saat Kebebasan Dibatasi, Hasrat Melanggar Meningkat
Fenomena ini juga dijelaskan secara ilmiah oleh Reactance Theory (Teori Reaktansi) dari psikolog Jack Brehm. Menurut teori ini, ketika seseorang merasa kebebasannya direnggut, maka muncul reaksi emosional berupa penolakan, dan keinginan untuk melakukan hal yang dilarang jadi makin besar.