Kenapa Anak Suka Membantah? Kenali Penyebabnya dan Cara Mengatasinya

Ilustrasi anak menjulurkan lidah
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Setiap orang tua pasti pernah mengalami momen di mana anak membantah perintah atau nasihat yang diberikan. Bagi sebagian orang tua, hal ini terasa menyebalkan dan bisa memicu emosi. Namun, tahukah Anda bahwa membantah bukan sekadar tanda anak nakal atau kurang hormat?

15 Pekerjaan Ini Minim Stress dan digaji Selangit, Mau?

Dalam banyak kasus, perilaku ini justru merupakan cara anak mengekspresikan perasaan dan kebutuhannya yang mungkin belum tersampaikan dengan baik. Jika dipahami dengan benar, orang tua bisa menjadikan momen bantahan ini sebagai kesempatan membangun komunikasi yang lebih sehat dengan anak.

Artikel ini akan mengulas berbagai penyebab anak suka membantah serta strategi efektif untuk menghadapinya, dengan merujuk pada pandangan ahli parenting Sarah Ockwell‑Smith.

Lima Penyebab Utama Anak Suka Membantah

5 Manfaat Tak Terduga Punya Tanaman Hias di Kamar Tidur

Menurut Sarah Ockwell‑Smith, psikolog dan penulis buku Gentle Discipline, ada lima faktor yang umumnya memicu anak membantah orang tua. Ia menegaskan bahwa perilaku ini tidak selalu berarti anak bermasalah, tetapi lebih kepada sinyal bahwa ada hal yang perlu diperhatikan orang tua.

1. Kurangnya empati dan pemahaman dari orang tua

Anak ingin diperlakukan dengan hormat dan penuh pengertian. Namun sering kali, orang tua tanpa sadar menggunakan nada memerintah yang keras.

Anak Takut ke Sekolah? Bisa Jadi Tanda School Refusal, Begini Cara Mengatasinya

“Anak juga seperti kita yang ingin dihargai dan dipahami… kita sering menyuruh anak dengan nada memerintah yang tak enak didengar lalu berharap anak akan menuruti perintah kita,” kata dia.

Jika anak merasa tidak didengarkan, ia bisa membantah sebagai bentuk protes.

2. Bantahan sebagai respons terhadap stres

Stres bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak. Tekanan sekolah, konflik dengan teman, atau perubahan di rumah dapat membuat anak lebih mudah melawan. Bantahan menjadi cara sederhana bagi mereka untuk melampiaskan rasa frustrasi.

3. Merasa tidak memiliki kontrol atau kemandirian

Anak yang merasa semua aspek hidupnya dikontrol penuh oleh orang tua akan cenderung membantah. Ini adalah upaya mereka untuk menunjukkan bahwa mereka juga punya suara.

4. Disonansi kognitif

Ketika orang tua memberi perintah yang bertentangan dengan pemikiran atau kebiasaan anak, mereka bisa menolak demi menjaga konsistensi dalam diri mereka. Misalnya, anak yang sudah terbiasa bermain setelah sekolah mungkin membantah jika tiba-tiba diminta langsung belajar.

5. Frustrasi usia pra-remaja atau remaja

Memasuki usia remaja, anak mengalami pencarian identitas. Fase ini membuat mereka lebih sensitif, mudah frustrasi, dan terkadang membantah untuk menunjukkan kemandirian.

Hubungan dengan Gaya Asuh Orang Tua

Berbagai penelitian parenting di Indonesia dan luar negeri menemukan kaitan erat antara gaya asuh dengan kecenderungan anak membantah. Gaya asuh otoriter, yang terlalu ketat dan minim ruang dialog, kerap membuat anak memberontak. Sebaliknya, gaya asuh otoritatif, yang tegas namun tetap responsive lebih efektif mencegah perilaku membantah.

Anak yang dibesarkan dengan pola otoritatif cenderung memiliki pengaturan emosi lebih baik, sedangkan pola otoriter atau terlalu permisif bisa memicu masalah perilaku. Hal ini sesuai dengan temuan Sumargi dkk. (2015) yang membandingkan gaya asuh di Australia dan Indonesia.

Strategi Menghadapi Anak yang Membantah

Bagaimana cara menghadapi anak yang sering membantah? Berikut langkah praktis yang dapat dicoba:

1. Bangun komunikasi empatik

Alih-alih langsung memarahi, coba tanyakan perasaan anak terlebih dahulu. Misalnya, “Kamu lagi kesal ya?” atau “Apa yang bikin kamu nggak mau melakukan ini?” Dengan begitu, anak merasa didengar dan lebih terbuka untuk berdiskusi.

2. Kurangi stres pemicu bantahan

Ciptakan rutinitas yang membuat anak merasa nyaman. Ajak mereka berbagi cerita tentang hal-hal yang membuat mereka tertekan. Aktivitas santai seperti bermain bersama atau berjalan-jalan ringan bisa membantu mereka melepaskan stres.

3. Berikan ruang kemandirian

Libatkan anak dalam mengambil keputusan sederhana, seperti memilih baju yang ingin dipakai atau menentukan jadwal belajar. Ini akan membuat mereka merasa dihargai dan mengurangi keinginan untuk membantah.

4. Ajak berdialog, bukan sekadar memberi perintah

Jika ada aturan baru atau larangan yang perlu diterapkan, jelaskan alasannya secara logis. Contoh: “Kalau kamu tidur larut, besok bisa terlambat ke sekolah dan jadi mengantuk di kelas.” Hindari mempermalukan anak di depan orang lain karena bisa memicu perlawanan.

5. Pahami fase perkembangan usia

Orang tua perlu mengerti bahwa pra-remaja dan remaja sedang berusaha membentuk identitas diri. Perilaku membantah mungkin muncul lebih sering, tapi itu wajar selama orang tua tetap mendampingi dengan sabar.

Peran Orang Tua sebagai Teladan

Anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua sering membantah atau marah-marah, anak akan menirunya. Oleh karena itu, orang tua perlu menunjukkan cara mengelola emosi dengan sehat.

Jaga nada suara ketika berbicara, hindari bentakan, dan tunjukkan bagaimana bernegosiasi dengan baik. Sikap ini akan menjadi contoh nyata bagi anak dalam menghadapi konflik. 

Contoh Situasi dan Cara Menghadapinya

Situasi: Anak membantah ketika diminta membereskan kamar.
Respon umum: “Pokoknya sekarang juga bersihin kamar kamu!”
Respon yang lebih baik:

  • Orang tua mendekati anak dan berkata dengan tenang, “Kamar kamu memang terlihat berantakan. Kira-kira mau dibersihkan sekarang atau setelah makan malam?”
  • Dengan memberi pilihan, anak merasa lebih punya kendali dan kemungkinan besar akan menuruti.