Kenapa Anak Cepat Lupa Pelajaran?

Ilustrasi anak belajar
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Banyak orang tua yang mengeluh anak mereka cepat lupa pelajaran meski sudah belajar dengan keras. Begitu ujian selesai, materi yang baru saja dipelajari seolah hilang begitu saja.

Belajar Lebih Singkat Tapi Nempel di Otak? Ini Caranya untuk Anak

Kondisi ini bisa membuat anak frustrasi, kehilangan semangat belajar, dan menurunkan kepercayaan diri. Tapi jangan khawatir, lupa pelajaran sebenarnya adalah hal yang wajar, apalagi pada anak yang otaknya masih berkembang.

Hal yang paling penting, ternyata ada cara efektif yang bisa membantu mereka lebih mudah mengingat dan memahami materi. Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab kenapa anak cepat lupa pelajaran dan metode belajar yang terbukti mampu membuat pelajaran lebih “nempel” di otak.

Mengintip Perayaan Hari Anak Nasional, Momen Mempererat Hubungan Keluarga

Pertama mari bahas alasan mengapa anak cepat lupa pelajaran? Ada banyak faktor yang membuat anak mudah lupa pelajaran. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Otak Anak Masih Berkembang
    Pada masa kanak-kanak, memori jangka panjang belum terbentuk sempurna. Otak mereka masih dalam tahap membangun koneksi saraf yang kuat sehingga memerlukan pengulangan lebih banyak agar informasi bisa tersimpan dengan baik.
  2. Hanya Menghafal Tanpa Memahami
    Banyak anak belajar dengan cara menghafal kata demi kata tanpa benar-benar mengerti konsep di balik materi. Ini membuat informasi hanya masuk ke memori jangka pendek dan mudah hilang.
  3. Terlalu Banyak Informasi Sekaligus
    Ketika anak dipaksa mempelajari terlalu banyak hal dalam waktu singkat, otak menjadi kewalahan. Akibatnya, banyak informasi yang “terbuang” karena tidak sempat diproses dengan baik.
  4. Metode Belajar Pasif
    Anak yang hanya mendengarkan guru atau membaca buku tanpa berinteraksi dengan materi cenderung cepat lupa. Belajar pasif membuat otak tidak terlibat aktif dalam memproses informasi.
  5. Kurang Tidur dan Stres
    Tidur yang cukup adalah kunci agar otak bisa mengkonsolidasi memori ke dalam jangka panjang. Jika anak kurang tidur atau mengalami stres, proses ini terganggu dan informasi lebih mudah hilang.

Sementara itu dijelaskan profesor psikologi di Kent State University, AS, Dr. John Dunlosky salah satu alasan utama anak cepat lupa pelajaran adalah karena mereka belajar dengan cara yang kurang efektif. Dalam penelitiannya yang terkenal berjudul Improving Students’ Learning with Effective Learning Techniques (2013), ia menyebutkan bahwa belajar dengan cara menghafal dalam satu sesi (cramming) hanya akan menyimpan informasi di memori jangka pendek.

Banyak Belajar Bukan Berarti Banyak Paham! Berikut Ini 5 Teknik Belajar Anak yang Terbukti Efektif Menurut Sains

“Agar pelajaran tersimpan di memori jangka panjang, anak harus berulang kali memanggil kembali (retrieval practice) dan mengulang materi dengan jeda waktu tertentu (spaced repetition),” kata dia.

Dengan kata lain, jika anak hanya menghafal materi semalam sebelum ujian, mereka memang bisa menjawab soal keesokan harinya, tetapi akan cepat melupakannya. Sebaliknya, dengan teknik belajar yang tepat, materi akan lebih lama tersimpan di otak.

Metode Belajar yang Bisa Membuat Pelajaran “Nempel” di Otak Anak

Berikut beberapa teknik belajar yang direkomendasikan para ahli agar anak tidak cepat lupa pelajaran:

1. Spaced Repetition (Pengulangan Berkala)

Metode ini melibatkan pengulangan materi dengan jeda waktu tertentu. Jadi, anak tidak belajar semua materi sekaligus, tapi mengulangnya dalam interval yang teratur.

  • Contoh:
    Jika hari ini anak belajar materi matematika, mereka bisa mengulang kembali setelah 2–3 hari, lalu seminggu kemudian.
  • Manfaat:
    Setiap kali mengulang, otak memperkuat jejak memori sehingga informasi lebih sulit dilupakan.

Dunlosky menekankan bahwa teknik ini jauh lebih efektif daripada belajar dalam satu sesi panjang.

2. Active Recall (Pemanggilan Kembali)

Active recall adalah metode di mana anak diminta memanggil kembali informasi dari otak mereka tanpa melihat buku atau catatan.

  • Contoh:
    Setelah belajar, orang tua bisa memberikan pertanyaan atau meminta anak menceritakan kembali materi yang baru dipelajari.
  • Manfaat:
    Teknik ini melatih otak bekerja keras mengingat sehingga memori menjadi lebih kuat.

3. Belajar dengan Cerita atau Visualisasi

Otak anak lebih mudah mengingat cerita dan gambar dibandingkan teks panjang yang monoton.

  • Contoh:
    Materi sejarah bisa dibuat seperti alur cerita dengan tokoh dan peristiwa menarik. Untuk pelajaran IPA, anak bisa diajak menggambar bagan atau mind map.
  • Manfaat:
    Visualisasi membantu otak menghubungkan informasi dengan konteks yang lebih bermakna.

4. Teknik Multi-Sensori

Melibatkan lebih dari satu indra saat belajar membuat otak lebih aktif.

  • Contoh:
    Anak membaca sambil mendengar rekaman suara, kemudian menulis poin penting, dan terakhir mempresentasikannya.
  • Manfaat:
    Semakin banyak indra yang terlibat, semakin kuat jejak memori yang terbentuk.

5. Jeda dan Tidur yang Cukup

Otak tidak bisa fokus terus-menerus dalam waktu lama.

  • Tips:
    Berikan jeda 5–10 menit setiap 30–40 menit belajar. Pastikan anak tidur minimal 8–9 jam per malam.
  • Manfaat:
    Tidur membantu otak “memproses ulang” materi sehingga lebih kuat tersimpan dalam memori jangka panjang.

Cara Orang Tua Membantu Anak

Selain menerapkan metode belajar yang tepat, dukungan orang tua juga sangat penting. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

  1. Buat Jadwal Belajar yang Ringan dan Konsisten
    Daripada belajar maraton berjam-jam, lebih baik anak belajar sebentar tapi rutin setiap hari.
  2. Dampingi dengan Sabar
    Hindari memarahi anak jika mereka lupa. Tekanan justru bisa membuat mereka makin sulit mengingat.
  3. Berikan Pujian pada Usaha, Bukan Hanya Nilai
    Menghargai usaha anak akan membuat mereka lebih termotivasi untuk belajar.
  4. Sediakan Lingkungan Belajar yang Nyaman
    Pastikan anak belajar di tempat yang tenang, bebas dari gangguan televisi atau ponsel.
  5. Libatkan Permainan atau Aktivitas Menyenangkan
    Anak lebih mudah mengingat pelajaran jika proses belajar terasa menyenangkan. Misalnya, gunakan kartu kuis atau permainan edukasi.

Kenapa Memori Butuh Latihan Terus-Menerus?

Otak ibarat otot, semakin sering digunakan, semakin kuat pula. Dr. Dunlosky dalam penelitiannya menyebutkan bahwa memori tidak hanya bergantung pada berapa lama anak belajar, tapi juga seberapa sering mereka menguji diri sendiri terhadap materi.

“Ketika anak berhasil memanggil kembali informasi dari memori, mereka tidak hanya mengingat ulang, tapi juga memperkuat jalur memori itu sendiri,” jelasnya.

Jadi, biasakan anak untuk mengulang materi dalam beberapa sesi, bukan hanya sebelum ujian.