Cara Mengatasi Tantrum Anak dengan Pendekatan Neuroparenting dan 5 Baterai Kasih Sayang

Ilustrasi anak menangis
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –  Tantrum pada anak adalah fase perkembangan yang seringkali menantang bagi orang tua. Menurut praktisi neuroparenting skill, Dr. Aisah Dahlan, tantrum khususnya pada anak di bawah usia lima tahun seringkali berakar dari baterai kasih sayang yang belum terisi penuh. 

Gak Perlu Panik, Lakukan 5 Hal Ini saat Anak Tantrum di Tempat Umum

Dr. Aisah Dahlan menjelaskan bahwa setiap anak memiliki lima baterai kasih sayang atau yang dikenal juga sebagai love language yang perlu diisi setiap hari, terutama untuk anak balita. Kekurangan pengisian baterai ini dapat memicu berbagai masalah perilaku, termasuk tantrum, memukul, atau sifat kikir. 

5 Baterai Kasih Sayang

Pujian (Words of Affirmation)

Anak merasa dicintai dan dihargai melalui kata-kata positif, dorongan, dan pengakuan atas usaha atau pencapaian mereka.

Pelukan/Sentuhan Fisik (Physical Touch)

Biar Nggak Nangis di Gerbang! Ini Cara Bikin Hari Pertama Sekolah Jadi Momen Ceria

Kontak fisik seperti pelukan, ciuman, atau tepukan lembut memberikan rasa aman, nyaman, dan dicintai.

Waktu Berkualitas (Quality Time)

Meluangkan waktu khusus untuk berinteraksi penuh dengan anak, tanpa gangguan, seperti bermain bersama, membaca buku, atau sekadar berbincang.

Pelayanan/Tindakan Membantu (Acts of Service)

Jangan Marah Dulu! Ini 7 Cara Hadapi Anak yang Tantrum di Tempat Umum

Tindakan nyata yang menunjukkan perhatian dan kepedulian, seperti membantu anak mengerjakan sesuatu, menyiapkan kebutuhan mereka, atau melakukan hal-hal yang meringankan beban mereka.

Hadiah (Receiving Gifts)

Bukan berarti harus mahal, tetapi hadiah di sini adalah bentuk perhatian berupa pemberian yang bermakna atau sesuai dengan keinginan anak, menunjukkan bahwa mereka diingat dan dihargai.

Sangat penting untuk mengisi kelima baterai ini setiap hari. Setelah usia lima tahun, orang tua dapat mulai mengidentifikasi baterai primer anak atau bahasa kasih sayang yang paling mereka butuhkan dan fokus mengisinya. Dengan mengisi baterai utama akan membantu mengisi baterai lainnya secara tidak langsung.

Cara Menghadapi Anak Tantrum

Ketika anak sedang mengalami tantrum, Dr. Aisah Dahlan menyarankan beberapa langkah praktis yang berlandaskan pemahaman neurologi anak:

Prioritaskan Keamanan

Langkah pertama adalah memastikan lingkungan sekitar anak aman. Singkirkan benda-benda tajam atau pindahkan anak dari area yang berpotensi membahayakan, seperti dekat dinding atau tangga.

Biarkan Emosi Terlepas

Izinkan anak untuk melepaskan emosinya. Beri mereka waktu sekitar 15 menit untuk "meluapkan" perasaannya. Jangan mencoba menghentikan tangisan atau amarah mereka secara paksa.

Hindari Nasihat Saat Tantrum

Sangat penting untuk tidak mencoba menasihati atau menceramahi anak saat mereka sedang tantrum. Pada momen tersebut, bagian otak mereka yang bertanggung jawab pada emosi (batang otak) sedang tegang, sehingga mereka tidak akan mampu mencerna informasi atau mendengarkan. Nasihat hanya akan memperburuk situasi.

Regulasi Diri Orang Tua

Orang tua juga harus mengelola emosi mereka sendiri saat anak tantrum. Ubah posisi fisik (misalnya, dari berdiri menjadi duduk, atau duduk menjadi berbaring), lakukan pernapasan dalam, atau berdoa. Ini membantu energi negatif mereda dan menjaga ketenangan orang tua.

Perhatikan Perbedaan Gender

Dr. Aisah Dahlan menyebutkan bahwa anak laki-laki, karena pusat tidurnya yang lebih lebar, cenderung lebih rentan tantrum saat mereka lelah atau lapar. Oleh karena itu, hindari menasihati anak laki-laki ketika mereka sangat lapar, haus, atau mengantuk.

Waspada Manipulasi

Anak dapat belajar memanipulasi orang tua dengan tantrum jika mereka menyadari bahwa perilaku tersebut berhasil membuat mereka mendapatkan apa yang diinginkan. Konsistensi dalam respons orang tua adalah kunci untuk mencegah pola manipulatif ini.

Penting juga untuk diingat bahwa tantrum yang berkepanjangan, sangat intens, dan terjadi terus-menerus meskipun baterai kasih sayang sudah diisi secara konsisten, mungkin mengindikasikan masalah mendasar yang memerlukan konsultasi dengan dokter anak, ahli saraf, atau psikiater anak.

Dengan memahami kebutuhan emosional anak melalui konsep lima baterai kasih sayang dan menerapkan strategi penanganan tantrum yang tepat, orang tua dapat membimbing anak melewati fase sulit ini dengan lebih efektif dan membangun hubungan yang lebih kuat serta positif.