Dulu Bilang Nggak Mau, Sekarang Minta? Kenapa Kita Sering Menjilat Ludah Sendiri

Ilustrasi jilat ludah sendiri
Sumber :
  • iStock

Lifestyle –Pernah kenal seseorang yang dulu bilang, “Gue mah anti media sosial,” tapi sekarang rajin update story dan bikin konten tiap hari? Atau teman yang bersumpah nggak bakal balikan sama mantan, tapi ujung-ujungnya jadian lagi? Fenomena ini sudah sangat umum dan punya satu istilah khas dalam budaya kita menjilat ludah sendiri.

Kenapa Dicium di Kening Bikin Perempuan Merasa Nyaman? Ini Jawaban Psikologisnya

Ungkapan ini memang terdengar kasar, bahkan sering dilontarkan untuk menyindir atau merendahkan. Tapi benarkah setiap orang yang menarik kembali ucapannya pantas disebut tidak konsisten atau lemah pendirian? Menurut psikologi, jawabannya tidak sesederhana itu.

Pertama mari pahami dahulu ap aitu menjilat ludah sendiri. Secara harfiah, tentu saja menjilat ludah sendiri adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Secara idiomatik, istilah ini berarti menarik kembali pernyataan yang dulu disampaikan dengan yakin, biasanya dalam konteks menyangkal, menolak, atau mengejek sesuatu yang kemudian dilakukan sendiri.

Dampak Buruk Kebiasaan Bandingkan Anak dengan Orang Lain

Secara budaya, menjilat ludah sendiri sering diartikan sebagai tanda tidak punya prinsip, tidak konsisten, atau munafik. Namun dalam kenyataannya, manusia adalah makhluk yang kompleks. Kadang ucapan dibuat dalam kondisi emosi tertentu, atau ketika belum cukup informasi yang tersedia. Maka, perubahan pikiran bisa jadi bukan kelemahan, melainkan bentuk adaptasi terhadap realitas.

Kenapa Kita Sering Melakukannya?

Menurut psikolog kognitif dan penulis buku Be Who You Want: Unlocking the Science of Personality Change, Dr. Christian Jarrett, perilaku seperti ini sebenarnya wajar terjadi dan memiliki dasar psikologis yang kuat. Ada beberapa alasan mengapa seseorang bisa berubah pikiran atau menarik ucapannya sendiri:

1. Adanya Informasi dan Kondisi Baru

Halaman Selanjutnya
img_title
Waktu Kok Berat Sebelah? Ini Alasan Kenapa Minggu ke Senin Terasa Lebih Cepat dari Senin ke Minggu