Kental Manis Bikin Anak Aktif atau Hiperaktif? Ini Penjelasannya dari Ahli Gizi
Kamis, 17 Juli 2025 - 07:00 WIB
Sumber :
- Freepik
Majelis Kesehatan (Makes) PP Aisyiyah telah menyelesaikan program pendampingan gizi di tiga wilayah yakni Pamijahan, Kabupaten Bogor; Muaro Jambi; dan Kupang. Selama dua bulan dari Mei hingga Juni kader Aisyiyah memberikan pendampingan dan memantau pola makan anak penerima manfaat.
Koordinator Divisi Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat MaKes PP Aisyiyah, Dr. dr. Ekorini Listiowati, MMR., mengatakan tujuan program adalah mengubah kebiasaan konsumsi kental manis pada balita. Selain itu, diharapkan penerima manfaat dapat menularkan kepada masyarakat sekitar.
"Harapannya masyarakat yang sudah merasakan manfaat dari pendampingan ini melakukan replikasi, atau menyampaikan ke keluarga lain," kata Ekorini.
Sebanyak 72 pasang orang tua dan balita penerima manfaat dari tiga daerah mengikuti pertemuan mingguan guna mengetahui perkembangan dan hambatan yang dialami orang tua. Pertemuan diisi berbagai kegiatan interaktif, seperti edukasi tentang makanan aman untuk balita, alternatif pengganti kental manis, hingga pelatihan memasak memanfaatkan bahan di sekitar yang mudah dijangkau.
Sebelumnya, mayoritas orang tua mengira kental manis adalah susu biasa yang aman dikonsumsi anak. Kesalahan konsumsi ini berlangsung bertahun-tahun.
Koordinator Divisi Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat MaKes PP Aisyiyah, Dr. dr. Ekorini Listiowati, MMR., mengatakan tujuan program adalah mengubah kebiasaan konsumsi kental manis pada balita. Selain itu, diharapkan penerima manfaat dapat menularkan kepada masyarakat sekitar.
"Harapannya masyarakat yang sudah merasakan manfaat dari pendampingan ini melakukan replikasi, atau menyampaikan ke keluarga lain," kata Ekorini.
Sebanyak 72 pasang orang tua dan balita penerima manfaat dari tiga daerah mengikuti pertemuan mingguan guna mengetahui perkembangan dan hambatan yang dialami orang tua. Pertemuan diisi berbagai kegiatan interaktif, seperti edukasi tentang makanan aman untuk balita, alternatif pengganti kental manis, hingga pelatihan memasak memanfaatkan bahan di sekitar yang mudah dijangkau.
Sebelumnya, mayoritas orang tua mengira kental manis adalah susu biasa yang aman dikonsumsi anak. Kesalahan konsumsi ini berlangsung bertahun-tahun.
"Karena kita pikir itu susu, kan dulu bahkan ada nyanyinya susu enak hingga tetes terakhir," ujar Ance, salah satu peserta pendampingan asal kota Kupang.
Semangat kader Aisyiyah menjadi kunci dalam mengubah kesalahpahaman tersebut. Mereka tidak hanya menyampaikan materi edukasi gizi, tetapi juga menjalin komunikasi yang dekat dan membangun kepercayaan.
Oleh karena itu Makes Aisyiyah berharap semangat ini tidak berhenti pada pendampingan, tetapi terus menular ke lingkungan sekitar penerima manfaat. Makes Aisyiyah percaya bahwa setiap keluarga yang mendapatkan edukasi hari ini, kelak bisa menjadi penggerak di komunitasnya sendiri.
"Harapan kita semua itu adalah semakin banyak masyarakat yang terdampak," ucap Ekorini.
Pakar Kesehatan Universitas Pasundan, dr. Hj. Alma Lucyati, M.Kes., M.Si., MH.Kes., mengapresiasi program pendampingan gizi Makes Aisyiyah ini. Menurutnya, perlu program edukasi semacam ini efektif untuk memberikan edukasi secara komprehensif.
“Saat penyuluhan dilakukan di rumah, edukasi menjadi efektif kepada para orang tua,” tutur Alma.
Lebih lanjut, Ia berharap program seperti ini dapat dicontoh dan direplikasi agar edukasi pola makan yang tepat dan aman semakin menjangkau masyarakat. Sebab, ia melihat tren penyakit pada anak saat ini cukup mengkhawatirkan. Banyak anak mulai terkena penyakit yang umumnya menyerang usia dewasa.
“Jangan heran jika sekarang cuci darah mulai banyak dialami usia muda. Pola makan anak sejak dini sangat menentukan masa depannya,” tegas Alma.
Semangat kader Aisyiyah menjadi kunci dalam mengubah kesalahpahaman tersebut. Mereka tidak hanya menyampaikan materi edukasi gizi, tetapi juga menjalin komunikasi yang dekat dan membangun kepercayaan.
Oleh karena itu Makes Aisyiyah berharap semangat ini tidak berhenti pada pendampingan, tetapi terus menular ke lingkungan sekitar penerima manfaat. Makes Aisyiyah percaya bahwa setiap keluarga yang mendapatkan edukasi hari ini, kelak bisa menjadi penggerak di komunitasnya sendiri.
"Harapan kita semua itu adalah semakin banyak masyarakat yang terdampak," ucap Ekorini.
Pakar Kesehatan Universitas Pasundan, dr. Hj. Alma Lucyati, M.Kes., M.Si., MH.Kes., mengapresiasi program pendampingan gizi Makes Aisyiyah ini. Menurutnya, perlu program edukasi semacam ini efektif untuk memberikan edukasi secara komprehensif.
“Saat penyuluhan dilakukan di rumah, edukasi menjadi efektif kepada para orang tua,” tutur Alma.
Lebih lanjut, Ia berharap program seperti ini dapat dicontoh dan direplikasi agar edukasi pola makan yang tepat dan aman semakin menjangkau masyarakat. Sebab, ia melihat tren penyakit pada anak saat ini cukup mengkhawatirkan. Banyak anak mulai terkena penyakit yang umumnya menyerang usia dewasa.
“Jangan heran jika sekarang cuci darah mulai banyak dialami usia muda. Pola makan anak sejak dini sangat menentukan masa depannya,” tegas Alma.