Denmark Dikenal Punya Gaya Parenting Paling Positif, Begini Penerapannya

Ilustrasi keluarga bahagia
Sumber :
  • Freepik

Berbeda dengan pendekatan otoriter yang sering menggunakan ancaman atau hukuman, gaya parenting Denmark menghindari ultimatum. Orang tua lebih memilih pendekatan demokratis, di mana anak-anak diajak berdiskusi untuk memahami konsekuensi dari perilaku mereka. Misalnya, jika seorang anak menolak untuk merapikan mainannya, orang tua akan menjelaskan mengapa penting untuk menjaga kebersihan dan melibatkan anak dalam mencari solusi. Pendekatan ini tidak hanya mengajarkan anak tentang tanggung jawab, tetapi juga menghormati otonomi mereka. Menurut studi yang diterbitkan oleh University of Alberta, pendekatan ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dan mengurangi konflik dalam keluarga.

Kebersamaan dan Hygge dalam Keluarga

Ibu Hamil Dilarang Menjahit karena Sebabkan Bayi Sumbing, Fakta atau Mitos?

Konsep hygge, yang merujuk pada suasana hangat, nyaman, dan penuh kebersamaan, adalah bagian integral dari gaya parenting Denmark. Orang tua di Denmark menghabiskan waktu berkualitas bersama anak-anak mereka, seperti makan malam bersama, bermain permainan papan, atau sekadar mengobrol tanpa gangguan teknologi. Hygge bukan hanya tentang menciptakan momen bahagia, tetapi juga tentang membangun ikatan emosional yang kuat dalam keluarga. 

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kebersamaan cenderung memiliki rasa aman dan stabilitas emosional yang lebih tinggi. Orang tua Denmark juga sering melibatkan anak-anak dalam kegiatan sehari-hari, seperti memasak atau berkebun, untuk mengajarkan kerja sama dan tanggung jawab.

Penerapan di Kehidupan Sehari-hari

Diyakini Bisa Bikin Pintar, Inilah Manfaat Ngajak Ngomong Bayi Selama Dikandungan

Menerapkan gaya parenting Denmark tidak memerlukan perubahan drastis, tetapi lebih kepada perubahan pola pikir dan kebiasaan sehari-hari. Orang tua dapat mulai dengan memberikan waktu lebih banyak untuk bermain bebas, mendengarkan anak dengan penuh perhatian, dan menghindari pendekatan yang terlalu mengontrol. Selain itu, menciptakan rutinitas keluarga yang sederhana, seperti makan malam bersama atau membaca buku sebelum tidur, dapat memperkuat ikatan emosional. 

Penting juga untuk menggunakan bahasa yang positif dan mendukung dalam komunikasi dengan anak, serta melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan kecil untuk membangun rasa tanggung jawab. Dengan konsistensi, prinsip-prinsip ini dapat diadaptasi dalam berbagai budaya dan lingkungan, termasuk di Indonesia, untuk mendukung perkembangan anak yang sehat dan bahagia.

Makan Makanan Asin Saat Hamil Bakal Bikin Bayi Berbulu Lebat, Apa Hubungannya?