Ibu Hamil Dilarang Menjahit karena Sebabkan Bayi Sumbing, Fakta atau Mitos?
- Pixabay
Lifestyle –Kehamilan sering kali diwarnai oleh berbagai mitos yang diwariskan secara turun-temurun, salah satunya adalah larangan bagi ibu hamil untuk menjahit karena dianggap dapat menyebabkan bayi lahir dengan bibir sumbing. Mitos ini masih dipercaya di beberapa komunitas di Indonesia, memunculkan kekhawatiran di kalangan ibu hamil yang ingin melakukan aktivitas kreatif seperti menjahit.
Namun, apakah ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini? Artikel parenting ini akan mengupas fakta medis tentang penyebab bibir sumbing, kebenaran di balik mitos menjahit, dan informasi berbasis sumber terpercaya seperti Journal of Craniofacial Surgery, American Pregnancy Association, dan Kementerian Kesehatan RI untuk memberikan pemahaman yang akurat.
Asal-Usul Mitos
Mitos bahwa menjahit selama kehamilan menyebabkan bibir sumbing kemungkinan berasal dari tradisi lisan yang menghubungkan aktivitas tertentu dengan kelainan fisik pada bayi. Dalam budaya tertentu, menjahit dianggap sebagai tindakan yang “memotong” atau “menyambung,” yang secara simbolis dikaitkan dengan cacat lahir seperti bibir sumbing.
Selain itu, pada masa lalu, kurangnya pengetahuan medis tentang penyebab kelainan kongenital membuat masyarakat menciptakan penjelasan sederhana untuk fenomena kompleks. Namun, menurut Dr. Lisa Holloway, dokter spesialis obstetri dari Mayo Clinic, yang dikutip pada 2024, tidak ada hubungan kausal antara menjahit dan risiko bibir sumbing pada bayi.
Fakta Medis tentang Bibir Sumbing
Bibir sumbing, atau cleft lip, adalah kelainan kongenital di mana bibir atas bayi tidak menyatu sempurna selama perkembangan janin, biasanya terjadi antara minggu ke-4 hingga ke-7 kehamilan. Menurut Journal of Craniofacial Surgery (2023), bibir sumbing terjadi pada sekitar 1 dari 700 kelahiran di seluruh dunia. Kondisi ini sering disertai dengan celah pada langit-langit mulut (cleft palate).