Makan Makanan Asin Saat Hamil Bakal Bikin Bayi Berbulu Lebat, Apa Hubungannya?
- Pixabay
Lifestyle –Kehamilan sering kali disertai berbagai mitos yang diwariskan secara turun-temurun, salah satunya adalah anggapan bahwa mengonsumsi makanan asin dapat membuat bayi lahir dengan bulu lebat. Mitos ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat di Indonesia, memunculkan pertanyaan tentang hubungan antara pola makan ibu hamil dan karakteristik fisik bayi.
Apakah ada dasar ilmiah di balik klaim ini? Artikel parenting ini akan mengupas fakta medis tentang pertumbuhan bulu pada bayi, pengaruh konsumsi makanan asin selama kehamilan, dan informasi berbasis sumber terpercaya seperti Mayo Clinic, American Pregnancy Association, dan jurnal kesehatan untuk memberikan pemahaman yang akurat.
Asal-Usul Mitos
Mitos bahwa makanan asin menyebabkan bayi berbulu lebat kemungkinan berasal dari tradisi lisan yang menghubungkan pola makan ibu hamil dengan penampilan bayi. Dalam beberapa budaya, bulu lebat pada bayi dianggap sebagai tanda kesehatan atau keunikan, sehingga makanan tertentu, termasuk yang asin, dikaitkan dengan karakteristik ini. Namun, secara ilmiah, pertumbuhan bulu pada bayi tidak dipengaruhi oleh konsumsi garam atau makanan asin, melainkan oleh faktor genetik dan hormonal.
Menurut Dr. Sherry Ross, dokter kandungan dari California, yang dikutip oleh Healthline pada 2024, tidak ada bukti ilmiah yang menghubungkan makanan asin dengan peningkatan bulu pada bayi. Mitos ini lebih merupakan bagian dari folklore daripada fakta medis.
Fakta Medis tentang Bulu Bayi
Bulu pada bayi baru lahir, yang dikenal sebagai lanugo, adalah rambut halus yang tumbuh pada janin sekitar minggu ke-16 kehamilan. Lanugo berfungsi melindungi kulit janin dan membantu mengatur suhu tubuh di dalam rahim.
Menurut Journal of Perinatology (2023), lanugo biasanya rontok sebelum kelahiran, tetapi beberapa bayi, terutama yang lahir prematur, mungkin masih memiliki sisa lanugo saat lahir.
Pertumbuhan lanugo dan bulu tubuh lainnya pada bayi ditentukan oleh faktor genetik dan hormon, seperti androgen, yang diwarisi dari kedua orang tua. Pola makan ibu, termasuk konsumsi makanan asin, tidak memiliki pengaruh langsung terhadap proses ini. Bayi dari keluarga dengan riwayat bulu tubuh lebat cenderung memiliki karakteristik serupa, terlepas dari apa yang dimakan ibunya selama hamil.
Efek Konsumsi Makanan Asin selama Kehamilan
Meskipun tidak memengaruhi bulu bayi, konsumsi makanan asin secara berlebihan selama kehamilan dapat berdampak pada kesehatan ibu dan janin. Garam (natrium klorida) diperlukan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, tetapi asupan berlebih dapat meningkatkan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi, yang berbahaya bagi ibu hamil. Menurut WHO, ibu hamil disarankan membatasi asupan garam hingga 5 gram per hari (sekitar 1 sendok teh) untuk mencegah komplikasi seperti preeklampsia.
Studi dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology (2024) menunjukkan bahwa konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan retensi cairan, yang memicu pembengkakan (edema) pada kaki atau tangan ibu hamil. Selain itu, diet tinggi garam dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal atau perkembangan plasenta yang tidak optimal, yang berpotensi memengaruhi pertumbuhan janin. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan rendah garam, seperti sayuran segar, buah-buahan, dan protein tanpa tambahan bumbu asin.
Mitos Lain Seputar Kehamilan
Mitos tentang makanan asin hanyalah salah satu dari banyak kepercayaan yang tidak berdasar seputar kehamilan. Misalnya, ada anggapan bahwa makan pedas menyebabkan keguguran atau minum air kelapa membuat kulit bayi putih.
Menurut Mayo Clinic, mitos ini sering muncul karena kurangnya edukasi kesehatan dan kecenderungan masyarakat untuk mencari penjelasan sederhana atas fenomena kompleks seperti perkembangan janin.
Faktanya, kesehatan bayi lebih dipengaruhi oleh pola makan seimbang ibu, yang mencakup asam folat, zat besi, kalsium, dan nutrisi lain, serta gaya hidup sehat seperti menghindari rokok dan alkohol. Konsultasi rutin dengan dokter kandungan atau bidan dapat membantu ibu hamil memahami kebutuhan nutrisi yang tepat.
Cara Menghindari Mitos dan Mendapatkan Informasi Akurat
Untuk menghindari jebakan mitos, ibu hamil disarankan mencari informasi dari sumber terpercaya, seperti situs kesehatan resmi (contoh: Kementerian Kesehatan RI, WHO, atau WebMD) atau tenaga medis profesional. Kelas antenatal atau komunitas ibu hamil yang dipandu oleh ahli kesehatan juga dapat menjadi wadah untuk mendiskusikan kekhawatiran dan mendapatkan klarifikasi.
Menurut Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine (2024), edukasi prenatal yang baik dapat mengurangi kecemasan ibu hamil terkait mitos dan meningkatkan kepatuhan terhadap saran medis.
Dampak Psikologis Mitos pada Ibu Hamil
Mitos seperti makanan asin bikin bayi berbulu lebat kadang-kadang memengaruhi kesehatan mental ibu hamil, terutama jika ada tekanan sosial atau keluarga untuk mengikuti kepercayaan tertentu. Dr. Lisa Damour, psikolog klinis yang dikutip oleh Parents.com (2024), menyatakan bahwa ekspektasi yang tidak realistis dapat meningkatkan stres, yang berpotensi memengaruhi kesehatan ibu dan janin.
Stres kronis selama kehamilan dikaitkan dengan risiko kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah, sehingga penting bagi ibu hamil untuk fokus pada informasi berbasis fakta dan menjaga keseimbangan emosional.
Pentingnya Pola Makan Seimbang
Meskipun makanan asin tidak memengaruhi bulu bayi, pola makan yang sehat adalah kunci untuk mendukung kehamilan yang optimal. American Pregnancy Association merekomendasikan diet yang kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, protein tanpa lemak, dan produk susu rendah lemak. Ibu hamil juga perlu memenuhi kebutuhan cairan dengan minum air putih 8-10 gelas per hari untuk mencegah dehidrasi, yang dapat memperburuk efek konsumsi garam berlebih. Jika ibu hamil mendambakan makanan asin, camilan seperti kacang panggang tanpa garam atau popcorn rendah natrium dapat menjadi alternatif sehat.