Ketahui 10 Penyebab Anak GTM! Ternyata Bukan Cuma karena Makanan
- Freepik
Lifestyle –Gerakan Tutup Mulut (GTM) adalah kondisi ketika anak menolak makan dengan cara menutup mulutnya, bahkan saat ditawari makanan favorit sekalipun. Fenomena ini kerap membuat orang tua cemas dan frustasi, apalagi jika berlangsung berhari-hari. Banyak yang mengira penyebab utamanya adalah rasa makanan yang kurang enak, padahal kenyataannya lebih kompleks dari itu.
GTM bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi fisik hingga psikologis, dan sering kali berakar dari kebiasaan atau pola asuh yang kurang tepat. Untuk itu, penting bagi orang tua mengenali penyebab GTM agar dapat mengambil langkah penanganan yang sesuai dan tidak keliru.
Meskipun GTM biasanya terjadi pada anak usia balita, tidak menutup kemungkinan bahwa anak usia sekolah pun bisa mengalami hal serupa. Pemahaman menyeluruh terhadap penyebab GTM akan membantu orang tua menghindari kesalahan penanganan seperti memaksa anak makan atau memberikan hadiah sebagai iming-iming agar anak mau membuka mulut.
Berikut ini adalah 10 penyebab anak mengalami GTM yang perlu dipahami dengan baik.
1. Sedang Sakit atau Tidak Enak Badan
Anak yang mengalami demam, flu, radang tenggorokan, atau infeksi ringan umumnya kehilangan nafsu makan. Rasa tidak nyaman di tubuh atau mulut membuat mereka enggan makan. Bahkan, kondisi ringan seperti sariawan atau gusi bengkak bisa menyebabkan anak sepenuhnya menolak makanan, terutama yang memiliki tekstur kasar atau rasa tajam.
2. Tumbuh Gigi
Proses tumbuh gigi sering kali menyebabkan gusi nyeri dan bengkak. Akibatnya, anak merasa sakit saat mengunyah dan lebih memilih menutup mulut. GTM pada fase ini biasanya bersifat sementara, namun tetap membutuhkan penyesuaian seperti pemberian makanan lunak dan suhu hangat agar tetap bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya.
3. Kekenyangan atau Jadwal Makan Tidak Teratur
Kebiasaan memberi camilan tinggi gula atau makanan ringan menjelang waktu makan utama bisa menyebabkan anak kenyang lebih dulu. Tanpa rasa lapar, anak cenderung menolak makanan yang disiapkan. Oleh karena itu, penting menjaga jadwal makan anak tetap konsisten dan memberikan jarak waktu yang cukup antara camilan dan makan utama.
4. Stres atau Perubahan Lingkungan
Anak juga dapat merespons stres atau perubahan besar dalam hidup dengan cara menolak makan. Misalnya, pindah rumah, kehadiran adik baru, atau situasi konflik di rumah. Lingkungan makan yang bising, terburu-buru, atau penuh tekanan bisa memengaruhi kenyamanan anak dalam mengonsumsi makanan.
5. Tekanan Saat Makan
Memaksa anak untuk menghabiskan makanan, mengancam, atau membandingkan dengan anak lain justru akan menimbulkan trauma makan. Anak yang sering ditekan akan memandang waktu makan sebagai momen yang tidak menyenangkan, sehingga mereka memilih untuk menolak makan sebagai bentuk penolakan terhadap situasi tersebut.
6. Gangguan Sensorik atau Sensitivitas Tekstur
Beberapa anak memiliki sensitivitas sensorik yang tinggi terhadap tekstur, bau, atau warna makanan. Mereka mungkin menolak makanan tertentu karena terasa “aneh” di lidah atau terlalu keras untuk dikunyah. Anak dengan gangguan pemrosesan sensorik bahkan bisa menolak makanan yang bagi orang dewasa terasa normal.
7. Masalah Pencernaan
Sembelit, kembung, atau gangguan lambung ringan dapat mengurangi nafsu makan anak. Rasa tidak nyaman di perut membuat anak memilih untuk tidak makan sebagai cara untuk menghindari rasa sakit. GTM yang terjadi bersamaan dengan keluhan perut sebaiknya segera dikonsultasikan ke tenaga medis.
8. Ingin Menunjukkan Kemandirian
Anak usia 2–5 tahun sedang dalam fase eksplorasi terhadap kontrol diri. Mereka sering menolak sesuatu, termasuk makanan, sebagai bentuk kemandirian. Penolakan makan tidak selalu karena tidak suka, tetapi lebih kepada upaya untuk menunjukkan bahwa mereka bisa memilih sendiri.
9. Masalah Psikologis Ringan
Perasaan tidak diperhatikan, cemburu terhadap adik, atau kurangnya waktu bersama orang tua bisa membuat anak bersikap menyimpang, termasuk GTM. Terkadang, menolak makan adalah cara anak untuk menarik perhatian atau mengekspresikan perasaan yang tidak bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata.
10. Menu yang Terlalu Monoton
Kebosanan terhadap menu yang itu-itu saja bisa membuat anak kehilangan minat makan. Makanan sehat tetap perlu variasi dalam rasa, tekstur, dan penyajian. Misalnya, sayur bayam tidak selalu harus dimasak bening—bisa disajikan dalam bentuk bakwan sayur atau campuran nasi kepal agar lebih menarik bagi anak.
Setiap penyebab GTM membutuhkan pendekatan yang berbeda. Penting bagi orang tua untuk mengamati kebiasaan anak secara menyeluruh, bukan hanya fokus pada makanan itu sendiri. Pendekatan yang responsif dan penuh empati akan jauh lebih efektif dibanding cara instan seperti menyuap anak dengan hadiah atau ancaman.
Jika GTM berlangsung lebih dari seminggu dan disertai penurunan berat badan atau perubahan perilaku yang signifikan, konsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi sangat disarankan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.