Efek Budaya Konfusianisme Terhadap Pola Asuh di Korea, Bisakah Diterapkan di Indonesia?
- Freepik
Kelebihan Pola Asuh Konfusianisme
Pola asuh berbasis Konfusianisme memiliki sejumlah kelebihan. Pertama, pendekatan ini menanamkan disiplin dan etos kerja yang kuat, yang terbukti efektif dalam dunia pendidikan Korea yang kompetitif. Data dari OECD menunjukkan bahwa siswa Korea Selatan secara konsisten berada di peringkat teratas dalam tes PISA, dengan banyak lulusan masuk universitas bergengsi.
Kedua, nilai keluarga yang ditekankan memperkuat hubungan yang terstruktur, di mana anak belajar tanggung jawab terhadap nama baik keluarga. Ketiga, pola asuh ini mempersiapkan anak untuk lingkungan profesional yang menuntut, seperti di perusahaan besar seperti Samsung, di mana disiplin dan dedikasi sangat dihargai.
Tantangan Pola Asuh Konfusianisme
Meski efektif dalam konteks akademik, pola asuh Konfusianisme juga menghadirkan tantangan. Tekanan untuk berprestasi sering kali menyebabkan stres dan depresi pada remaja. Laporan dari Korea Institute for Health and Social Affairs (2023) mengungkapkan bahwa 25% remaja Korea mengalami gejala depresi akibat tekanan akademik. Fokus berlebihan pada prestasi juga dapat mengorbankan kreativitas atau minat pribadi anak, membatasi perkembangan holistik. Selain itu, hubungan hierarkis yang kaku antara orang tua dan anak kadang-kadang menciptakan jarak emosional, dengan anak merasa sulit untuk berbagi perasaan atau kegagalan.
Relevansi Penerapan Pola Asuh Konfusianisme di Indonesia
Indonesia memiliki kesamaan dengan Korea dalam menghargai nilai kekeluargaan dan hormat kepada orang tua, yang memungkinkan adopsi sebagian nilai Konfusianisme dalam parenting. Namun, budaya Indonesia yang lebih beragam dan cenderung egaliter berbeda dari sistem pendidikan Korea yang sangat kompetitif.