Kenapa Keripik Bikin Nagih? Penjelasan Ilmiah yang Jarang Kita Sadari
- AI Gemini
Lifestyle –Pernahkah kamu membuka satu bungkus keripik dengan niat ‘makan sedikit saja’, tapi tiba-tiba bungkusnya sudah kosong? Fenomena ini dialami banyak orang. Keripik baik kentang, singkong, maupun varian lainnya terkenal bikin nagih dan sulit dihentikan. Pertanyaannya, mengapa bisa begitu?
Jawabannya ternyata bukan hanya soal rasa enak, tapi ada mekanisme kompleks di otak dan tubuh yang membuat kita sulit berhenti. Artikel ini akan membahas dari sisi sains, pendapat ahli, hingga tips mengendalikannya.
Keripik: Makanan Olahan Tinggi yang Dirancang untuk “Kriuk”
Keripik masuk kategori ultra-processed foods atau makanan olahan tinggi. Ia kaya garam, minyak, dan kadang tambahan perasa buatan. Kombinasi ini menciptakan rasa gurih dan tekstur renyah yang memuaskan indera kita.
Tekstur renyah juga punya peran besar. Suara ’kriuk’ saat menggigit ternyata memberi sinyal positif ke otak, membuat pengalaman makan lebih nikmat. Jadi, bukan hanya lidah yang senang, tapi telinga pun ikut ’termakan’ sensasi tersebut.
Sistem Reward Otak: Kenapa Susah Berhenti?
Di balik kelezatan keripik, ada peran penting dopamin, zat kimia otak yang memberi rasa puas. Saat kita makan keripik, dopamin dilepaskan, menimbulkan rasa senang. Masalahnya, otak ingin mengulang sensasi ini, sehingga tangan terus bergerak mengambil lagi dan lagi.
Para ahli neuroscience menjelaskan hal ini dengan teori ’liking’ (menyukai) dan ’wanting’ (menginginkan). Kita mungkin sudah cukup secara rasa (liking), tapi otak tetap memicu dorongan wanting ingin lebih banyak meski tubuh tidak membutuhkannya lagi.
Profesor Kent Berridge, seorang pakar neuroscience dari University of Michigan, menjelaskan bahwa perbedaan ’liking’ dan ’wanting’ inilah yang membuat orang bisa makan berlebihan. Otak terus memberi sinyal keinginan meski kepuasan rasa sudah tercapai.
Bukti Ilmiah: Keripik Bisa “Meng-hack” Otak
Penelitian dari University of Michigan menemukan bahwa makanan olahan tinggi seperti keripik dan cookies bisa memicu respons otak mirip dengan substansi adiktif. Studi tersebut menunjukkan bahwa orang mengalami craving (dorongan kuat), sulit berhenti, bahkan rela mengabaikan kontrol diri demi terus makan.
“Makanan olahan sangat memenuhi kriteria adiksi, termasuk adanya craving, penggunaan kompulsif, dan perubahan suasana hati,” pemimpin penelitian, Psikolog Ashley Gearhardt, PhDseperti dikutip dari laman Business Insider.
Dengan kata lain, tidak sekadar makanan ringan, keripik bisa memengaruhi otak seperti ’zat adiktif ringan’.
Faktor yang Membuat Keripik Makin Susah Dihentikan
- Biologis: Sistem reward otak yang responsif terhadap garam, lemak, dan karbohidrat sederhana.
- Psikologis: Keripik sering dikaitkan dengan momen santai, nonton TV, atau kumpul teman. Otak mengasosiasikan keripik sebagai “comfort food”.
- Lingkungan: Iklan, kemasan menarik, hingga akses mudah membuat kita makin sering terpapar.
- Kontrol diri menurun: Menurut penelitian Cassandra J. Lowe (University of Western Ontario), saat fungsi prefrontal cortex melemah karena stres atau kurang tidur, kemampuan mengendalikan dorongan makan junk food seperti keripik ikut menurun.
Dampak Buruk Konsumsi Berlebihan
Keripik yang dikonsumsi berlebihan bisa menimbulkan:
- Kenaikan berat badan & obesitas karena padat kalori meski porsinya terlihat kecil.
- Risiko metabolik seperti diabetes tipe 2, kolesterol tinggi, dan hipertensi.
- Gangguan pola makan: makan kompulsif dan sulit berhenti.
- Efek psikologis: rasa senang sesaat bisa diikuti perasaan bersalah atau mood turun.
Tips Mengendalikan Diri dari Keripik
Tidak berarti kita harus berhenti total, tapi perlu strategi agar tidak kebablasan:
- Batasi paparan – jangan stok terlalu banyak keripik di rumah.
- Porsi kecil – tuang ke mangkuk kecil, jangan langsung makan dari bungkus besar.
- Alternatif sehat – ganti dengan snack seperti popcorn tanpa mentega, sayur panggang, atau kacang panggang tanpa garam.
- Mindful eating – kunyah pelan, nikmati setiap gigitan, dan berhenti saat masih merasa cukup.
- Jaga pola hidup – cukup tidur, kelola stres, dan rutin olahraga agar kontrol diri lebih kuat.