Lembur Kerja Sampai Malam Hari Bisa Sebabkan Kemandulan

Ilustrasi kerja remote / digital nomad
Sumber :
  • Freepik

LifestyleBegadang hingga larut malam bagi para pekerja terutama di ibu kota sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan terkadang saking banyaknya pekerjaan, pekerja professional rela tidur di kantor hingga menjelang jam masuk kerja.

Luna Maya Bagikan Rahasia Kulit Tetap Kencang dan Sehat di Usia 40-an

Namun hati-hati kebiasaan lembur hingga larut malam bisa berdampak pada kesehatan baik secara fisik, mental bahkan bisa memengaruhi kesuburan. Kok bisa?

Ketua sekaligus  Konsultan IVF Utama di Pristyn Care, Ferticity, Dr. Illa Gupta menjelaskan bagaimana budaya kerja larut malam dapat berdampak negatif terhadap kesuburan pria maupun wanita.

Kenapa Kita Bisa Tiba-Tiba Muak dengan Kerjaan?

“Tubuh kita sebenarnya dirancang untuk mengikuti ritme alami. Saat kita terus bekerja hingga larut malam, ritme itu menjadi terganggu. Dalam jangka panjang, hal ini bisa memengaruhi kesuburan, baik pada pria maupun wanita,” jelasnya seperti dikutip dari laman Hindustan Times, Rabu 8 Oktober 2025.

Menurut Gupta, berbagai penelitian medis menunjukkan bahwa siklus tidur sangat berpengaruh pada kesehatan reproduksi. Siklus tidur yang tidak teratur dapat mengacaukan keseimbangan hormon, menurunkan kualitas sel telur dan sperma, serta meningkatkan stres.

Ketidakseimbangan hormon

Vagina Bau Asam Tajam Seperti Cuka, Pertanda Apa?

Gupta menjelaskan, bekerja hingga larut malam dapat mengganggu siklus menstruasi wanita. Tubuh akan memproduksi melatonin (hormon yang berperan dalam menjaga kualitas sel telur) dalam jumlah lebih sedikit, sementara kadar kortisol (hormon stres) justru meningkat saat waktu tidur berkurang. Ketidakseimbangan hormon ini bisa mengacaukan siklus ovulasi dan menurunkan peluang untuk hamil.

Sementara pada pria, pola tidur yang tidak teratur dapat menurunkan produksi testosteron, sehingga berdampak pada jumlah dan kualitas sperma.

“Kami sering menjumpai pasangan muda yang kesulitan memiliki anak tanpa ada masalah medis yang jelas. Setelah ditelusuri, gaya hidup dan kebiasaan kerja larut malam sering kali menjadi penyebab tersembunyi,” ungkap Gupta.

Stres

Stres bukan hanya memengaruhi pikiran, tapi juga tubuh hingga ke tingkat sel. Bagi kesuburan, dampaknya bisa seburuk efek rokok atau alkohol. Ia menjelaskan bahwa para profesional yang sering bekerja larut malam cenderung menambah tekanan pada tubuhnya sendiri, karena sering melewatkan waktu makan, terlalu banyak mengonsumsi kafein, dan bergantung pada makanan instan. Pola makan yang buruk, jika dikombinasikan dengan stres, dapat melemahkan kesehatan reproduksi secara signifikan.

Menunda kehamilan

Lebih jauh lagi, Dr. Gupta menyoroti bahwa dampak budaya kerja malam tidak hanya dirasakan secara individu, tetapi juga berpengaruh pada perencanaan keluarga. Banyak pasangan menunda memiliki anak karena ingin fokus pada karier, dan ketika akhirnya mereka mencari bantuan medis, usia sudah menjadi faktor tambahan yang menurunkan peluang kesuburan.

“Pasangan berusia 30-an sering datang berharap hasil yang cepat, padahal kesuburan memang menurun seiring bertambahnya usia. Budaya kerja larut malam mempercepat penurunan itu. Karena itulah, kesadaran sejak dini sangat penting,” jelas Dr. Gupta.

Solusinya apa?

Kita memang tidak selalu bisa mengendalikan tuntutan pekerjaan, tapi kita bisa mengatur gaya hidup kita. Perubahan kecil hari ini bisa melindungi kesuburan untuk masa depan, saran Gupta.

Ia merekomendasikan beberapa langkah sederhana seperti menjaga jadwal tidur yang teratur, membatasi penggunaan gawai sebelum tidur, dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Olahraga rutin serta pengelolaan stres juga sama pentingnya.

Selain itu, Gupta menekankan pentingnya peran perusahaan dalam menjaga kesejahteraan karyawannya. Budaya kerja yang sehat tidak hanya bermanfaat bagi karyawan, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan mengurangi risiko kelelahan kerja. Program edukasi tentang kesadaran kesuburan di lingkungan kerja juga bisa membantu karyawan membuat keputusan yang lebih bijak.

“Kesuburan adalah sesuatu yang berharga. Begitu hilang, sulit untuk dikembalikan. Langkah pertama adalah memiliki kesadaran. Setiap profesional perlu memahami bagaimana budaya kerja mereka memengaruhi masa depan keluarga mereka. Kuncinya adalah keseimbangan,” ungkap Dr. Gupta.