Kenapa Belakangan Ini Lebih Banyak Perempuan yang Mengajukan Gugatan Cerai?
- Freepik
Terapis pasangan berlisensi yang berbasis di Florida, AS, yang mengkhususkan diri dalam resolusi konflik, Gilza Fort-Martinez mengatakan karena pria biasanya disosialisasikan memiliki kecerdasan emosional yang lebih rendah daripada wanita, hal ini dapat menyebabkan pasangannya merasa tidak didukung dan melakukan banyak pekerjaan emosional dalam hubungan.
Kecerdasan emosional ini juga berarti perempuan lebih peka terhadap masalah dan 'tanda bahaya' dalam hubungan, dan kecenderungan mereka untuk menjadi komunikator dan empati utama berarti mereka juga bisa menjadi yang pertama mengangkat masalah yang pada akhirnya dapat mengakibatkan perpisahan atau perceraian.
Perempuan juga cenderung mendapatkan lebih sedikit manfaat emosional dari pernikahan, yang mungkin membuat kehidupan lajang terasa lebih menarik. Meskipun pria yang menikah merasakan banyak keuntungan perempuan biasanya tidak mendapatkan manfaat yang sama dari hubungan mereka. Sebaliknya, mereka menanggung beban pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak, yang dapat membuat perempuan pekerja kewalahan dan stres, kata Fort-Martinez.
Perempuan juga cenderung memiliki lebih banyak teman dekat daripada laki-laki, yang berarti mereka memiliki sistem pendukung yang lebih baik, baik untuk membahas masalah pernikahan maupun untuk memudahkan transisi kembali ke kehidupan lajang. Ada kemungkinan juga bahwa pertemanan ini membuat perceraian tampak lebih masuk akal, sebuah penelitian menunjukkan bahwa jika seorang teman dekat bercerai, peluang seseorang untuk bercerai meningkat sebesar 75 persen.
Ditambah lagi fakta bahwa perempuan mendapatkan hak asuh utama atas anak-anak dalam sebagian besar kasus perceraian, membuat perempuan mungkin merasa lebih sedikit kerugian ketika mengajukan gugatan cerai dibandingkan laki-laki. Dalam beberapa hal, mereka benar bukti menunjukkan bahwa kesejahteraan pria cenderung menurun jauh lebih drastis segera setelah perceraian.
Namun kenyataannya, efek ini seumur jagung. Dalam jangka pendek setelah perceraian, kesejahteraan pria secara keseluruhan menurun lebih drastis, dan mereka melaporkan tingkat kesepian yang lebih tinggi, kata Kar.
"Namun seiring waktu, hal itu akan mereda, dan perempuan terus menderita efek jangka panjang yang lebih kronis, termasuk hilangnya kepemilikan rumah, berkurangnya kemampuan finansial, dan meningkatnya stres akibat kehidupan sebagai orang tua tunggal," sambung Kar.