Mengapa Orang Kaya dan Bergelimang Harta Masih Korupsi?
- Freepik
Dalam praktiknya, pejabat atau eksekutif dengan jabatan tinggi memiliki kombinasi sempurna dari tiga faktor ini yakni mereka bisa membuat keputusan signifikan tanpa diawasi secara ketat, memiliki ruang diskresi yang luas, dan jarang menghadapi konsekuensi langsung jika menyalahgunakannya. Sistem birokrasi yang kompleks atau celah hukum semakin mempermudah korupsi, bahkan bagi mereka yang secara finansial tidak membutuhkan uang tambahan.
Psikologi ‘Never Enough’ dan Adiksi Kekuasaan
Fenomena never enough menjelaskan mengapa kekayaan tidak membuat orang puas. Psikologi manusia cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan merasa selalu kurang, meski sudah memiliki banyak.
Dan Ariely menunjukkan melalui risetnya bahwa kesempatan untuk mendapatkan keuntungan tambahan mendorong perilaku curang, bahkan ketika kebutuhan materi sudah terpenuhi.
“Kita sering membenarkan tindakan curang karena melihat peluang yang seolah tidak merugikan orang lain,” kata dia menekankan.
Selain itu, kekuasaan sendiri bisa menjadi adiktif. Perasaan memiliki kontrol dan kemampuan mempengaruhi keputusan orang lain memberikan kepuasan psikologis yang mendorong perilaku korup berulang. Adiksi kekuasaan ini membuat seseorang terus mencari cara untuk memperluas kontrol dan keuntungan, meski gaji dan harta sudah lebih dari cukup.