Mengapa Orang Kaya dan Bergelimang Harta Masih Korupsi?

Ilustrasi korupsi
Sumber :
  • Freepik

Selain faktor individu, lingkungan dan budaya organisasi memainkan peran penting. Dalam banyak kasus, korupsi dianggap ’normal’ karena sistem atau norma sosial di sekitar individu membiarkannya terjadi.

Tips Japanese Walking, Rahasia Jalan Kaki ala Jepang untuk Tubuh Sehat dan Panjang Umur

Di perusahaan atau lembaga pemerintah dengan sejarah ketidaktransparanan, karyawan sering melihat atasan melakukan penyalahgunaan kekuasaan tanpa konsekuensi. Tekanan kelompok dan rasa aman karena banyak orang lain juga melakukan hal serupa membuat perilaku curang terasa wajar.

Laporan dari Transparency International menunjukkan bahwa budaya toleransi terhadap korupsi meningkatkan peluang individu untuk mengikuti pola yang sama. Artinya, orang kaya tidak selalu tergerak oleh kebutuhan, tetapi oleh kebiasaan dan norma sosial di sekitarnya.

Hedonisme, Status, dan Simbolisme Kekayaan

12 Pengeluaran yang Bikin Kelas Menengah Sulit Kaya, Nomor 3 Paling Sering Jadi Godaan

Tidak kalah penting, faktor hedonisme dan kebutuhan pengakuan sosial juga mendorong korupsi. Banyak orang kaya menggunakan uang curian untuk mempertahankan citra mewah, membeli mobil eksklusif, properti mahal, atau gaya hidup yang simbolik.

Kebutuhan akan status dan pengakuan sosial menjadi motivasi yang kuat. Korupsi bukan hanya soal menambah kekayaan, tetapi juga untuk mempertahankan atau meningkatkan posisi sosial. Dengan kata lain, korupsi menjadi sarana simbolis untuk ’menampilkan’ kekayaan dan kekuasaan kepada lingkungan sosial mereka.

6 Prioritas Finansial Generasi Sandwich untuk Meraih Financial Freedom, Beban Ganda Bukan Halangan!