Mengenal Fenomena Johatsu Menghilang Tanpa Jejak, Melarikan Diri dari Tekanan Hidup
- Times of India
Lifestyle –Di balik hiruk-pikuk kota-kota besar Jepang, terdapat fenomena yang menyeramkan yang dikenal dengan istilah Johatsu atau penguapan. Setiap tahun, ribuan orang memilih untuk menghilang, meninggalkan keluarga, pekerjaan, dan identitas mereka, dalam upaya putus asa untuk lepas dari tekanan sosial.
Bayangkan bangun suatu hari dan menemukan orang yang Anda cintai tiba-tiba hilang, tersedot oleh anonimnya malam. Realitas yang menakutkan ini menimbulkan pertanyaan mengerikan ‘Apa yang mendorong orang sampai mengambil langkah ekstrem ini’?
Gagasan menghilang mungkin terdengar ekstrem, tetapi bagi banyak orang, itu adalah jalan keluar dari rasa malu dan putus asa.
Apa itu Johatsu?
Melansir laman Times of India, Johatsu adalah istilah Jepang yang berarti “penguapan.” Istilah ini merujuk pada tindakan seseorang menghilang tanpa meninggalkan jejak, meninggalkan rumah, keluarga, dan kehidupan lamanya. Alasan di balik tindakan drastis ini sering kali berasal dari tekanan sosial yang sangat besar atau kegagalan pribadi yang terasa tak tertahankan.
Siapa yang menjadi Johatsu?
Setiap tahun, ribuan orang di Jepang memilih jalan ini. Menurut TIME dan jurnalis Prancis Léna Mauger, hampir 100.000 orang menghilang setiap tahun. Banyak dari mereka menghadapi masalah serius seperti depresi, kecanduan, atau stigma terkait perceraian dan kesulitan finansial.
Bagi sebagian orang, menghadapi keluarga dan teman setelah kegagalan terasa tidak tertahankan. Alih-alih menghadapi masalah itu, mereka memilih diam dan tidak terlihat melalui menghilang. Alasan menjadi Johatsu sangat beragam.
Beberapa orang melarikan diri dari hubungan yang abusif atau hutang yang menumpuk, sementara yang lain merasa terjebak oleh ekspektasi sosial atau tekanan budaya kerja, di mana kehilangan pekerjaan bisa dianggap aib. Dalam situasi seperti ini, menghilang tampak sebagai satu-satunya jalan keluar.
Peran “night movers”
Menurut beberapa laporan, terdapat perusahaan khusus yang dikenal sebagai night movers, yang membantu orang menghilang dari kehidupan mereka. Perusahaan ini menawarkan layanan rahasia bagi mereka yang ingin lenyap tanpa jejak. Night movers bekerja pada malam hari untuk memastikan proses ini tidak diketahui. Tugas utama mereka adalah membantu klien melarikan diri dari situasi lama dan memulai hidup baru.
Night movers membantu memindahkan barang dengan diam-diam dan efisien, memastikan semua kepindahan berjalan tanpa menarik perhatian. Mereka juga membantu membuat identitas baru, termasuk dokumen resmi baru, dan memberikan dukungan emosional bagi klien untuk menghadapi keputusan tersebut dan merencanakan awal baru. Menurut TIME pada 2017, biaya menyewa night movers bervariasi, mulai dari sekitar 50.000 yen (Rp 5,5 juta) hingga 300.000 yen (Rp 33 juta), tergantung kebutuhan.
Privasi dalam masyarakat Jepang
Privasi sangat dihargai di Jepang, sehingga orang yang menjadi Johatsu dapat bersembunyi dengan efektif. Sosiolog Jepang, Hiroki Nakamori, yang telah meneliti fenomena Johatsu bertahun-tahun, mengatakan kepada BBC bahwa istilah ini mulai digunakan pada 1960-an. Orang-orang menyadari bahwa cara termudah bagi mereka dan keluarga mereka adalah dengan menghilang.
"Di Jepang, lebih mudah untuk 'menguap’,. Polisi tidak akan campur tangan kecuali ada alasan lain seperti kejahatan atau kecelakaan. Keluarga hanya bisa menyewa detektif swasta atau menunggu. Itu saja," kata dia.
Privasi ini memungkinkan orang memutuskan hidup lama mereka dan tidak perlu khawatir diawasi melalui teknologi seperti CCTV atau ATM. Hal ini memudahkan mereka memulai hidup baru secara anonim.
Namun, fenomena Johatsu juga membawa dampak emosional serius bagi keluarga yang ditinggalkan. Orang tua dan kerabat sering merasa tak berdaya dan patah hati.
"Dengan hukum saat ini, semua yang bisa saya lakukan adalah memeriksa apakah mayat itu anak saya itulah satu-satunya yang tersisa bagi saya,” kata seorang ibu mengatakan kepada BBC.
Ini mencerminkan betapa beratnya beban emosional yang ditinggalkan bagi orang-orang yang dicintai.
Hidup setelah menghilang
Bagi mereka yang berhasil menjadi Johatsu, hidup ditandai dengan anonim dan kehati-hatian. Mereka biasanya pindah ke daerah yang sepi, bekerja di pekerjaan yang tidak membutuhkan pemeriksaan latar belakang, dan berusaha agar tidak ditemukan. Hidup anonim memberi mereka kesempatan untuk lepas dari tekanan dan ekspektasi kehidupan sebelumnya.
Meski beberapa orang merasa lega dalam kehidupan baru mereka, bebas dari tekanan sosial, yang lain menghadapi kesepian dan ketakutan ditemukan. Stigma Johatsu membuat orang yang kembali sulit membagikan pengalaman mereka karena merasa malu atau takut dihakimi. Banyak yang memilih merahasiakan masa lalu, yang bisa menimbulkan perjuangan emosional berkelanjutan.
Fenomena Johatsu menjadi pengingat menakutkan betapa mudahnya kehidupan seseorang bisa hilang. Meskipun terdengar ekstrem, bagi banyak orang yang menghadapi tekanan besar, itu adalah jalan keluar kesempatan untuk memulai hidup baru tanpa beban rasa malu atau kegagalan. Selalu ingat, hidup penuh naik turun, dan selalu ada harapan untuk penyembuhan dan koneksi.