Rusia Dihantam Gempa, Ini Alasan Kenapa Berlindung di Bawah Meja Lebih Aman daripada Lari Keluar Gedung

Bangunan runtuh di Kamchatka Rusia akibat Gempa 8,8 M
Sumber :
  • Website NHK World Japan

LifestyleGempa bumi adalah bencana yang sulit diprediksi dan bisa menimbulkan kerusakan besar, terutama di wilayah dengan aktivitas tektonik tinggi seperti Rusia dan Jepang. Rabu 30 Juli 2025, gempa berkekuatan 8,8 mengguncang wilayah Kamchatka, Rusia, yang memicu peringatan tsunami di Jepang.

Berkaca pada Tsunami Jepang, Waspadai 4 Tanda-Tanda Tsunami yang Bisa Dilihat Kasat Mata!

Meski guncangan terasa kuat, banyak gedung tinggi di Jepang tetap berdiri kokoh berkat teknologi konstruksi tahan gempa yang ketat. Negara ini sudah lama dikenal sebagai contoh sukses dalam meminimalisir korban melalui kesiapsiagaan struktural dan edukasi masyarakat.

Sayangnya, di banyak negara lain, korban sering berjatuhan bukan hanya karena runtuhnya bangunan, tetapi juga akibat kepanikan. Banyak orang justru berlari keluar gedung saat gempa, padahal ini bisa berakibat fatal.

Peringatan Tsunami di Jepang Usai Gempa Rusia, Ramalan dari Komik Bakal Jadi Kenyataan?

Artikel ini akan membahas mengapa berlindung di bawah meja jauh lebih aman daripada lari keluar, terutama di gedung tinggi, lengkap dengan penjelasan dari pakar mitigasi bencana dunia.

Bahaya Lari Keluar Gedung Tinggi Saat Gempa

Refleks panik sering mendorong orang untuk langsung berlari keluar saat merasakan guncangan. Namun, pada gedung bertingkat, ini justru meningkatkan risiko cedera.

Berkaca dari Gempa 8,8 M di Rusia, Ternyata Ini 4 Area Paling Aman di Gedung Tinggi Saat Guncangan Gempa!

Bagian luar gedung adalah area paling berbahaya selama gempa. Pecahan kaca, dinding façade, dan dekorasi luar bisa jatuh dari ketinggian dan melukai siapa saja yang ada di bawahnya.

Selain itu, tangga darurat dan pintu keluar bisa menjadi bottleneck. Ketika ratusan orang panik berdesakan, risiko terinjak atau terjebak meningkat.

Dalam beberapa kasus, tangga bisa mengalami kerusakan atau runtuh saat gempa kuat. Semua ini membuat keluar dari gedung saat guncangan sedang berlangsung bukanlah pilihan aman.

Data dari berbagai kejadian gempa di Asia menunjukkan banyak korban luka justru ditemukan di area luar bangunan karena tertimpa puing-puing atau terjebak dalam kerumunan yang panik. Hal ini menunjukkan pentingnya mengubah mindset tentang prosedur penyelamatan diri di gedung tinggi.

Landasan Keselamatan: Prinsip Drop, Cover & Hold On

Para pakar mitigasi bencana di seluruh dunia merekomendasikan prinsip sederhana tetapi efektif yakni Drop, Cover & Hold On. Prinsip ini dirancang untuk mengurangi cedera akibat benda yang jatuh atau terlempar selama gempa.

Langkah-langkahnya adalah:

  1. Drop: Segera jatuhkan tubuh ke posisi merunduk atau berlutut untuk menjaga keseimbangan dan mengurangi risiko terjatuh akibat guncangan.
  2. Cover: Lindungi kepala dan leher dengan tangan atau tas, lalu berlindung di bawah meja atau furnitur kokoh yang dapat menahan beban benda jatuh.
  3. Hold On: Pegang erat kaki meja atau furnitur agar tetap terlindung jika meja bergeser.

Menurut panduan ShakeOut Earthquake Drills, prosedur ini merupakan langkah paling tepat untuk mengurangi risiko kematian dan cedera. Dr. Hideki “Kit” Miyamoto, seorang insinyur struktur internasional sekaligus Ketua California Alfred E. Alquist Seismic Safety Commission, menegaskan bahwa gedung tinggi yang dibangun sesuai standar tahan gempa memiliki struktur inti yang aman.

“Selama gempa, tetap berada di dalam dan berlindung adalah cara terbaik untuk bertahan hidup,” ujarnya.

Mengapa Meja Kokoh di Dalam Gedung Tinggi Jadi Tempat Berlindung Terbaik

Selama gempa, ancaman terbesar bagi penghuni gedung tinggi bukanlah runtuhnya bangunan, tetapi benda-benda yang jatuh. Meja kokoh mampu memberikan perlindungan terhadap puing, pecahan kaca, atau peralatan yang berjatuhan.

Miyamoto menekankan bahwa bangunan modern yang dirancang sesuai kode tahan gempa jarang mengalami keruntuhan total. Struktur inti gedung biasanya dirancang untuk menyerap guncangan sehingga penghuni punya waktu untuk bertahan.

“Meja atau furnitur kokoh bisa menjadi perisai sementara yang menyelamatkan nyawa,” jelasnya.

Sebaliknya, metode Triangle of Life yang menyarankan orang untuk berlindung di samping furnitur justru tidak dianjurkan. Banyak lembaga keselamatan, termasuk USGS (United States Geological Survey), menyatakan bahwa metode tersebut tidak didukung bukti ilmiah, terutama pada bangunan modern. Berlindung di bawah meja atau furnitur kokoh tetap menjadi pilihan yang lebih aman.

Panduan Praktis: Apa yang Harus Dilakukan Penghuni Gedung Saat Gempa

Berikut adalah panduan yang dapat diikuti oleh penghuni gedung bertingkat tinggi sebelum, saat, dan setelah gempa:

1. Sebelum Gempa

  • Ikuti simulasi Drop, Cover & Hold On secara rutin minimal dua kali setahun.
  • Pastikan setiap area kerja memiliki meja atau furnitur kokoh yang dapat digunakan untuk berlindung.
  • Amankan rak dan lemari tinggi ke dinding agar tidak roboh.
  • Gunakan kaca tempered dan film pelindung untuk mengurangi risiko pecahan kaca.

2. Saat Gempa

  • Jangan panik dan jangan langsung berlari keluar.
  • Segera lakukan Drop, Cover & Hold On: merunduk, lindungi kepala/leher, dan masuk ke bawah meja.
  • Jauhi jendela, dinding luar, tangga, dan lift.
  • Bertahan di tempat sampai guncangan benar-benar berhenti.

3. Jika Tidak Ada Meja

  • Cari dinding interior (dinding bagian dalam bangunan) yang jauh dari kaca.
  • Ambil posisi merunduk, tutupi kepala dan leher dengan tangan atau benda pelindung.
  • Tetap di tempat sampai aman.

4. Setelah Gempa

  • Ikuti prosedur evakuasi yang ditetapkan oleh manajemen gedung.
  • Gunakan tangga darurat, jangan gunakan lift.
  • Waspadai gempa susulan (aftershock).