Apa Itu Workplace Anxiety yang Sering Dialami Sejumlah Pekerja Ibukota?
- Freepik
Lifestyle –Pernahkah kamu merasa gelisah, mual, atau bahkan ingin menangis saat pagi menjelang dan kamu harus bersiap ke kantor? Padahal, tidak ada konflik dengan atasan, pekerjaan masih bisa ditangani, dan lingkungan kerja cukup kondusif.
Tapi perasaan ingin kabur dari kewajiban kerja tetap saja muncul. Jika kamu pernah mengalami ini, kamu tidak sendirian. Banyak orang merasakan hal yang sama dan ini bukan sekadar malas.
Menurut seorang performance psychologist terverifikasi dari AS, Dr. Julie Gurner, rasa takut ke tempat kerja tanpa alasan yang tampak bisa menjadi sinyal bahwa ada gangguan psikologis yang sedang berkembang.
"Rasa cemas terhadap pekerjaan yang tidak didasari situasi nyata bisa menjadi gejala dari kondisi seperti burnout, depresi ringan, atau gangguan kecemasan tersembunyi," jelas Gurner dalam wawancaranya dengan Forbes Health.
Lalu, apa penyebabnya dan bagaimana cara menghadapinya? Workplace anxiety adalah kondisi ketika seseorang merasa cemas berlebihan terhadap lingkungan kerja, tanggung jawab, atau bahkan interaksi sosial di tempat kerja.
Dalam banyak kasus, orang tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami kecemasan karena tanda-tandanya samar seperti malas bangun, ingin sakit agar tak masuk kerja, atau terus-menerus merasa letih secara emosional.
Gurner menyebutkan bahwa workplace anxiety bisa dipicu oleh:
- Perfeksionisme berlebihan. Takut melakukan kesalahan meski tidak ada tekanan nyata dari atasan.
- Overthinking tentang interaksi. Misalnya khawatir sudah menyinggung rekan kerja, meskipun sebenarnya tidak.
- Trauma kerja sebelumnya. Seperti pernah dimarahi keras di kantor lama, yang masih terbawa di tempat kerja baru.
Burnout Juga Bisa Jadi Biang Keladi
Burnout bukan hanya kelelahan fisik, tetapi kelelahan mental dan emosional akibat stres kerja berkepanjangan. Menurut Gurner, burnout sering kali membuat seseorang merasa takut, mati rasa, atau bahkan membenci pekerjaan yang dulu dicintainya.
Gejala burnout meliputi:
- Hilangnya semangat kerja padahal beban kerja tidak berubah.
- Merasa sinis terhadap rekan kerja atau atasan.
- Selalu merasa “nggak pernah cukup” dalam menyelesaikan tugas.
"Ketika burnout tidak dikenali, banyak orang menyalahkan dirinya sendiri dan berpikir mereka hanya kurang termotivasi, padahal otak mereka sedang meminta waktu untuk pulih," tambah Gurner.
Takut Bukan Karena Pekerjaan, Tapi Karena Diri Sendiri
Kadang rasa takut ke kantor bukan karena kantor itu sendiri, melainkan karena masalah internal:
- Imposter syndrome. Perasaan tidak layak berada di posisi sekarang, meski sebenarnya kompeten.
- Depresi ringan. Merasa tidak punya energi atau arah, hingga pekerjaan jadi terasa sangat berat.
- Masalah pribadi yang belum selesai. Seperti konflik keluarga, utang, atau hubungan toxic, yang menyita kapasitas emosional.
Gurner menekankan pentingnya mengenali bahwa rasa takut kerja bisa menjadi cerminan bahwa mental sedang "kelelahan", bukan karena kita lemah atau malas.
Ciri-Ciri Rasa Takut Kerja yang Perlu Diwaspadai
Berikut beberapa tanda umum yang bisa jadi sinyal kamu mengalami masalah psikologis terkait pekerjaan:
- Bangun pagi dengan perasaan berat dan tidak ingin melakukan apa pun.
- Merasa mual, sakit perut, atau migrain setiap menjelang hari kerja.
- Punya pikiran untuk resign tanpa alasan logis.
- Merasa cemas berlebihan padahal tidak ada beban kerja yang ekstrem.
- Menarik diri dari rekan kerja, lebih suka menyendiri.
Jika kamu mengalami dua atau lebih dari gejala ini secara rutin, saatnya untuk memeriksakan diri secara psikologis.
Apa yang Bisa Dilakukan?
a. Sadari dan Validasi Emosi
Langkah pertama adalah menyadari bahwa rasa takut tersebut valid dan layak untuk ditangani, bukan disangkal. Menganggap semua perasaan sebagai kemalasan hanya akan memperburuk kondisi.
b. Ubah Pola Kerja
- Bagi pekerjaan besar menjadi bagian kecil.
- Sisihkan waktu jeda di tengah pekerjaan.
- Coba kerja dari tempat berbeda (jika memungkinkan).
c. Komunikasi dengan Atasan atau HR
Jika memungkinkan, bicarakan perasaanmu secara jujur. Banyak perusahaan kini lebih terbuka dalam menangani kesehatan mental karyawan, termasuk memberi cuti mental health.
d. Konsultasi dengan Psikolog
Menurut Gurner, terapi atau konseling bisa membantu mengenali akar dari kecemasan tersebut dan membentuk strategi coping yang tepat.
“Banyak klien saya yang baru sadar penyebabnya adalah tekanan internal yang sudah lama mereka abaikan,” ungkapnya.
Kapan Harus Minta Bantuan Profesional?
Jangan tunggu sampai kondisi makin parah. Jika kamu merasa takut masuk kerja setiap hari selama lebih dari dua minggu, atau perasaan cemas mulai memengaruhi kehidupan pribadi, ini saat yang tepat untuk mencari bantuan profesional.
Ingat, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Mengabaikannya hanya akan membuat dampaknya lebih besar.
Jika kamu merasa artikel ini relate, jangan ragu untuk membagikannya. Bisa jadi, ada orang di sekitarmu yang diam-diam mengalami hal serupa.