Tenang-Tenang Meledak, Kenapa Marahnya Orang Pendiam Bisa Lebih Berbahaya?

Ilustrasi marah-marah
Sumber :
  • Pixaby

Lifestyle –Orang pendiam kerap dianggap pribadi yang sabar, kalem, dan tidak mudah terpancing emosi. Mereka sering mengalah, tak banyak bicara, dan tampak tenang dalam menghadapi berbagai situasi. Namun, justru karena sifatnya itu, banyak yang terkejut ketika mereka akhirnya meledak dalam kemarahan.

Kenapa Beberapa Pria Pilih Menggunakan Tangan Ketimbang Kata Ketika Tersulut Emosi?

Ledakan itu bisa datang tiba-tiba datar tanpa ekspresi, namun tajam menyakitkan. Bahkan ada yang memilih menghilang, memutus komunikasi, atau melakukan tindakan ekstrem yang tak disangka-sangka. Apa sebenarnya yang terjadi di balik ketenangan orang pendiam? Dan mengapa saat mereka marah, reaksinya bisa sangat intens, bahkan berbahaya?

Secara psikologis, orang pendiam sering kali tergolong ke dalam tipe introvert. Mereka cenderung memproses emosi secara internal, tidak spontan mengekspresikan perasaan, dan menghindari konfrontasi. Ketika menghadapi konflik, mereka lebih memilih diam, menyendiri, atau mengalihkan perhatian ke aktivitas lain. 

Kenapa Perempuan yang Nangis Dipeluk Justru Makin Nangis? Ini Penjelasan Psikologisnya

Namun diam bukan berarti tidak merasa. Orang pendiam tetap mengalami berbagai emosi yang kompleks, termasuk marah, kecewa, dan frustrasi. Hanya saja, mereka tidak menyalurkan emosi tersebut secara terbuka. Kebiasaan ini membuat mereka terlihat stabil, padahal bisa saja dalam batin, emosi sudah menumpuk lama.

Apa yang Terjadi Saat Emosi Dipendam? 

Orang pendiam memiliki kecenderungan untuk menyimpan kemarahan ketimbang mengungkapkannya. Dalam psikologi, hal ini disebut dengan emotional suppression atau represi emosi. Saat seseorang memendam kemarahan, emosi itu tidak hilang begitu saja. Ia tetap tinggal di dalam tubuh dan pikiran, membangun tekanan seperti uap dalam panci tertutup.

Kenapa Saat Hujan Kita Jadi Galau dan Ingin Sendiri? Ini Penjelasannya Secara Psikologis

Lama-kelamaan, represi ini bisa menimbulkan efek psikologis seperti stres berkepanjangan, kecemasan, gangguan tidur, penurunan konsentrasi hingga gejala psikosomatik seperti sakit kepala, nyeri otot, atau lemas tanpa sebab.

Jika emosi tersebut terus dibiarkan tanpa pelepasan yang sehat, maka akan tiba saatnya tubuh dan pikiran tak bisa lagi menahan. Di titik inilah ledakan emosi bisa terjadi secara mendadak dan kerap mengejutkan lingkungan sekitar.

Kenapa Marahnya Bisa Lebih Menakutkan? 

Orang pendiam bisa menyimpan rasa sakit hati, kekecewaan, dan kemarahan dalam waktu lama tanpa menunjukkannya secara nyata. Saat mereka marah, ledakannya bisa tampak dingin, tapi dalam bukan marah dengan teriakan atau makian, tapi dengan sikap, keputusan ekstrem, atau bahkan diam yang memutus segalanya.

Ada beberapa alasan kenapa marahnya orang pendiam bisa lebih menakutkan:

  • Meledak setelah akumulasi panjang: Emosi yang dipendam selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun bisa keluar sekaligus dalam satu momen.

  • Kurang kontrol saat melepaskan emosi: Karena jarang mengekspresikan marah, mereka tidak terbiasa mengontrolnya saat keluar.

  • Tindakan diam-diam tapi menyakitkan: Misalnya, memutus kontak, ghosting, membalas dengan pasif-agresif, atau membuat keputusan tajam yang tak bisa dikembalikan.

  • Membuat orang sekitar merasa bersalah tanpa tahu sebab: Karena tak pernah membicarakan masalah sejak awal, orang lain bisa bingung atas reaksi yang datang mendadak. 

Bahaya Emosi yang Tertekan: Dari Psikis ke Fisik

Memendam emosi, terutama marah, bukan hanya berdampak secara sosial tetapi juga berbahaya bagi kesehatan mental dan fisik. Dalam jangka panjang, represi emosi bisa menyebabkan burnout emosional, depresi ringan hingga sedangm gangguan kecemasan sosial. Selain itu, psikosomatis (penyakit fisik karena tekanan mental) dan pola hubungan tidak sehat, yang mana orang lain tidak tahu batas atau kesalahan mereka karena komunikasi terhambat.

Kondisi ini bisa menciptakan siklus berbahaya, makin banyak emosi dipendam, makin buruk kondisi mental. Dan saat akhirnya meledak, hubungan sosial bisa hancur seketika.

Seorang psikolog klinis dan penulis buku Joy from Fear, Dr. Carla Marie Manly, menjelaskan saat kemarahan ditekan terus-menerus, itu tidak hilang begitu saja.

"Ia cenderung menumpuk di dalam diri, seperti tekanan dalam sebuah botol. Ketika tekanan itu mencapai batasnya, ledakannya bisa sangat hebat terutama jika orang tersebut biasanya pendiam. Kemarahan yang ditekan dapat memicu ledakan emosional, perilaku pasif-agresif, atau bahkan penarikan diri sepenuhnya dari orang lain," kata dia

Penjelasan ini mempertegas bahwa diam bukan berarti tidak marah. Justru diam bisa jadi mekanisme pertahanan diri agar tidak melukai orang lain tapi jika tidak ditangani dengan sehat, bisa berubah menjadi bencana emosional.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Bagi orang yang cenderung pendiam atau sering memendam perasaan, penting untuk mulai membangun kebiasaan menyalurkan emosi dengan sehat. Tidak harus berteriak atau drama, tapi cukup dengan pengakuan jujur bahwa kita sedang merasa marah, kecewa, atau terluka. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:

1. Kenali Emosi dengan Jujur 

Gunakan teknik journaling atau menulis perasaan secara rutin. Hal ini bisa membantu memahami akar kemarahan.

2. Berlatih Komunikasi Asertif

Belajar menyampaikan perasaan dengan jelas tanpa menyerang. Misalnya: "Saya merasa kecewa karena hal ini belum dibahas."

3. Punya Ruang Aman untuk Curhat

Temukan orang yang bisa dipercaya untuk mendengarkan tanpa menghakimi. Bisa teman, pasangan, atau konselor.

4. Gunakan Aktivitas sebagai Pelampiasan Sehat

Olahraga, seni (melukis, musik), atau meditasi bisa menjadi saluran ekspresi emosi tanpa harus menyakiti orang lain.

5. Pertimbangkan Terapi Psikologis

Jika marah sering dipendam hingga mengganggu hubungan atau kesehatan, terapi bisa membantu mengurai akar emosionalnya.