Peran Penting Pemerintah Jembatani Kampus dengan Industri untuk Mendorong Inovasi Alat Kesehatan Nasional
- Freepik
Lifestyle –Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan industri alat kesehatan secara mandiri. Namun, menurut Sekjen Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia (Gakeslab Indonesia), Faroma Avisena, tantangan utama terletak bukan pada sumber daya manusianya, melainkan pada jembatan yang menghubungkan hasil riset dan kebutuhan industri.
Faroma menekankan bahwa, seperti halnya perusahaan besar, Indonesia harus serius dalam membangun ekosistem inovasi yang kuat. Ini berarti memulai dari pemilihan material yang tepat, riset mendalam terhadap produk, hingga kemampuan merakit secara mandiri.
“Itulah inti dari inovasi,” kata dia saat ditemui dalam acara International Healthcare Week 2025 di Malaysia International Trade Exhibition Center (MITEC) Kuala Lumpur, Rabu 16 Juli 2025.
Dalam pemaparannya, Faroma menyampaikan bahwa banyak inovasi sebenarnya telah dihasilkan oleh universitas-universitas di berbagai wilayah Indonesia seperti universitas di Jawa Barat, Yogyakarta, Malang, hingga Surabaya. Namun, hasil riset ini kerap hanya berhenti pada publikasi jurnal, tanpa ada tindak lanjut ke arah produksi massal atau komersialisasi.
"Inilah masalah kita," sambungnya.
Ia memberi contoh konkret hasil riset inovasi teknologi kesehatan dari salah satu universitas di Jawa Tengah yakni generator ozon. Alat ini berguna untuk terapi berbagai penyakit seperti luka bakar. Inovasi seperti inilah, menurut Faroma, yang seharusnya menjadi kisah sukses dan direplikasi di berbagai provinsi.
Faroma menyoroti bahwa kesenjangan antara dunia riset dan industri tidak semata-mata karena kurangnya ide atau SDM, melainkan karena celah komunikasi yang menjembatani dua dunia ini. Sebaliknya, perusahaan alat kesehatan pun belum tentu tahu inovasi apa saja yang tengah dikembangkan di perguruan tinggi.
Menurutnya, perlu ada inisiatif aktif dari pemerintah untuk memetakan dan mempertemukan kebutuhan industri dengan hasil riset. Misalnya, jika sebuah universitas menemukan teknologi baru untuk pompa searing atau sensor pada tempat tidur pasien, pemerintah seharusnya bisa memfasilitasi paten dan mempertemukan dengan perusahaan yang berminat mengembangkan ide tersebut lebih lanjut.
Lebih lanjut, Faroma menyoroti kecenderungan pemerintah dan institusi hanya fokus pada aspek seremonial seperti peluncuran program dan seminar tanpa tindak lanjut konkret.
"Inisiatifnya banyak, tapi konsistensi dan detailnya yang harus diperbaiki,” tegasnya.
Bukan Masalah SDM, Tapi Cara Kerja
Faroma menolak anggapan bahwa inovasi terhambat karena kurangnya kecerdasan atau kemampuan anak bangsa. Ia justru meyakini bahwa SDM Indonesia sangat mumpuni.
"Ini bukan soal kemampuan, ini soal sistem dan metode. Kita belum menemukan caranya," ucapnya.
Menurut Faroma, langkah paling realistis saat ini adalah dengan menduplikasi kisah sukses seperti yang terjadi di Jawa Tengah di mana hasil riset dari universitas benar-benar dibawa hingga tahap produksi dan pemasaran. Selain itu, penting bagi pemerintah dan asosiasi industri untuk mulai menyusun peta jalan inovasi alat kesehatan nasional yakni siapa menemukan apa, siapa bisa memproduksi, dan siapa bisa menyerapnya.
Tanpa jembatan ini, Indonesia akan terus tertinggal dalam hal inovasi meskipun memiliki segala potensi. Sebuah pemetaan strategis dan sistem komunikasi yang terintegrasi antara perguruan tinggi, dunia usaha, dan pemerintah adalah kunci untuk mempercepat kemandirian alat kesehatan nasional.
International Healthcare Week 2025
Dalam acara IHW 2025 berbagai inovasi terknini di dunia kesehatan dipamerkan. Pameran yang diikuti oleh 900 peserta ini terdiri dari lima sektor berbeda, yakni:
- CPHI South East Asia yang mencakup seluruh rantai pasokan produksi farmasi
- WHX Kuala Lumpur (Asia Health) yang didedikasikan untuk alat kesehatan dan rumah sakit
- WHX Labs Kuala Lumpur yang memamerkan teknologi diagnostik dan laboratorium medis
- Medtex Southeast Asia dengan spesialisasi dideasin dan manufaktur alat kesehatan
- HIMS APAC dengan inovasi kesehatan digital