Tenang-Tenang Meledak, Kenapa Marahnya Orang Pendiam Bisa Lebih Berbahaya?

Ilustrasi marah-marah
Sumber :
  • Pixaby

Lifestyle –Orang pendiam kerap dianggap pribadi yang sabar, kalem, dan tidak mudah terpancing emosi. Mereka sering mengalah, tak banyak bicara, dan tampak tenang dalam menghadapi berbagai situasi. Namun, justru karena sifatnya itu, banyak yang terkejut ketika mereka akhirnya meledak dalam kemarahan.

Jangan Marah Dulu! Ini 7 Cara Hadapi Anak yang Tantrum di Tempat Umum

Ledakan itu bisa datang tiba-tiba datar tanpa ekspresi, namun tajam menyakitkan. Bahkan ada yang memilih menghilang, memutus komunikasi, atau melakukan tindakan ekstrem yang tak disangka-sangka. Apa sebenarnya yang terjadi di balik ketenangan orang pendiam? Dan mengapa saat mereka marah, reaksinya bisa sangat intens, bahkan berbahaya?

Secara psikologis, orang pendiam sering kali tergolong ke dalam tipe introvert. Mereka cenderung memproses emosi secara internal, tidak spontan mengekspresikan perasaan, dan menghindari konfrontasi. Ketika menghadapi konflik, mereka lebih memilih diam, menyendiri, atau mengalihkan perhatian ke aktivitas lain. 

Kenapa Beberapa Pria Pilih Menggunakan Tangan Ketimbang Kata Ketika Tersulut Emosi?

Namun diam bukan berarti tidak merasa. Orang pendiam tetap mengalami berbagai emosi yang kompleks, termasuk marah, kecewa, dan frustrasi. Hanya saja, mereka tidak menyalurkan emosi tersebut secara terbuka. Kebiasaan ini membuat mereka terlihat stabil, padahal bisa saja dalam batin, emosi sudah menumpuk lama.

Apa yang Terjadi Saat Emosi Dipendam? 

Orang pendiam memiliki kecenderungan untuk menyimpan kemarahan ketimbang mengungkapkannya. Dalam psikologi, hal ini disebut dengan emotional suppression atau represi emosi. Saat seseorang memendam kemarahan, emosi itu tidak hilang begitu saja. Ia tetap tinggal di dalam tubuh dan pikiran, membangun tekanan seperti uap dalam panci tertutup.

Kenapa Perempuan yang Nangis Dipeluk Justru Makin Nangis? Ini Penjelasan Psikologisnya

Lama-kelamaan, represi ini bisa menimbulkan efek psikologis seperti stres berkepanjangan, kecemasan, gangguan tidur, penurunan konsentrasi hingga gejala psikosomatik seperti sakit kepala, nyeri otot, atau lemas tanpa sebab.

Halaman Selanjutnya
img_title