Minyak Bekas Goreng Ikan Dipakai Untuk Menggoreng Lagi? Hati-Hati Racun Tersembunyi!

Ilustrasi goreng ikan
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Di dapur rumah tangga Indonesia, hemat sering kali jadi prinsip utama dalam memasak. Salah satu kebiasaan yang sudah turun-temurun adalah menggunakan ulang minyak goreng terutama setelah menggoreng ikan. Alasannya simpel minyak masih tampak bening, tak gosong, dan sayang jika langsung dibuang.

Sering Makan Bakso? Waspadai Kandungan MSG dan Lemaknya Bisa Picu Risiko Hipertensi

Tapi, tahukah kamu? Minyak bekas goreng ikan menyimpan racun tersembunyi yang bisa berdampak serius bagi tubuh. Meski terlihat tidak berbahaya, minyak yang sudah digunakan untuk menggoreng ikan sebenarnya mengalami banyak perubahan kimia yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Menurut  Director of Health Promotion and Communication di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr. Lillian Cheung, DSc, RD, konsumsi minyak yang sudah teroksidasi secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan sel dan meningkatkan risiko kanker, penyakit jantung, serta memperburuk kadar kolesterol.

Apa yang Terjadi pada Minyak Setelah Menggoreng Ikan?

Jangan Asal Goreng Telur! Bisa Jadi Racun Kalau Lakukan Ini

Menggoreng ikan berbeda dari menggoreng tempe atau kerupuk. Ikan mengandung lemak tidak jenuh dan protein yang sangat reaktif terhadap panas tinggi. Ketika ikan dimasukkan ke minyak panas, kandungan lemaknya terurai dan bercampur dengan minyak goreng.

Akibatnya? Minyak mengalami oksidasi dan degradasi, yaitu proses rusaknya struktur kimia karena paparan suhu tinggi dan kontak dengan udara. Perubahan ini mempercepat pembentukan radikal bebas, senyawa aldehida, dan akrolein, zat kimia beracun yang berdampak pada kesehatan tubuh.

Kelihatannya Sepele, Tapi Telur Goreng Bisa Memicu Serangan Jantung Kalau Salah Masak!

Lebih parah lagi, jika minyak disimpan dalam keadaan terbuka dan digunakan kembali beberapa hari kemudian, senyawa berbahaya itu terus meningkat karena minyak terus terpapar oksigen dan cahaya.

Senyawa Berbahaya dalam Minyak Bekas Ikan

Minyak bekas yang dipanaskan berulang akan menghasilkan senyawa yang tidak lagi layak dikonsumsi. Beberapa di antaranya:

  • Radikal bebas: Merusak sel tubuh dan memicu inflamasi.

  • Akrolein: Senyawa berbau menyengat yang bisa mengiritasi saluran pernapasan dan menyebabkan batuk atau tenggorokan gatal.

  • Aldehida toksik: Senyawa ini berpotensi karsinogenik (menyebabkan kanker), dan dalam jangka panjang bisa merusak organ seperti hati dan ginjal.

  • Polimer lemak: Membebani kerja sistem pencernaan dan hati karena sulit diurai oleh tubuh.

Dr. Cheung menegaskan bahwa, minyak yang sudah rusak karena pemanasan berulang bisa memicu peradangan kronis di tubuh. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, risiko penyakit jantung, kanker, dan gangguan metabolik akan meningkat secara signifikan.

Dampak jangka pendek:

  • Mual atau gangguan pencernaan.

  • Tenggorokan terasa gatal atau iritasi.

  • Bau amis pada makanan baru yang digoreng.

Dampak jangka panjang:

  • Peningkatan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat).

  • Risiko kanker saluran pencernaan atau usus.

  • Kerusakan sel hati dan peningkatan stres oksidatif.

  • Gangguan sistem imun.

Kenapa Minyak Bekas Ikan Lebih Berbahaya dari Minyak Bekas Lain?

Minyak bekas ikan lebih cepat rusak dibanding minyak yang digunakan untuk menggoreng bahan lain seperti tempe, tahu, atau pisang. Hal ini disebabkan:

  • Lemak ikan yang tidak stabil: Lemak tak jenuh pada ikan sangat rentan terhadap panas dan udara, mudah berubah menjadi senyawa oksidatif.

  • Protein ikan yang tertinggal: Sisa protein bisa hangus dan larut dalam minyak, mempercepat bau tengik dan pembentukan senyawa toksik.

  • Aroma dan rasa yang kuat: Minyak bekas ikan akan mengubah cita rasa makanan lain jika digunakan kembali.

Ciri-Ciri Minyak Sudah Tidak Layak Pakai

Agar kamu bisa mengenali kapan minyak bekas ikan harus dibuang, perhatikan tanda-tanda berikut:

  • Warna berubah menjadi cokelat tua atau kehitaman.

  • Muncul busa berlebihan saat dipanaskan.

  • Bau amis atau tengik yang menyengat.

  • Minyak terlihat lebih kental dan “berat”.

  • Makanan yang digoreng lebih cepat gosong, tapi bagian dalam masih mentah.

  • Minyak mudah berasap meski belum terlalu panas.

Jika benar-benar ingin menggunakan minyak bekas ikan kembali, pastikan:

  • Hanya digunakan maksimal satu kali ulang dan dalam waktu singkat.

  • Minyak sudah disaring dari serpihan sisa ikan.

  • Gunakan untuk menggoreng bahan sejenis (misalnya ikan kembali), bukan untuk gorengan manis atau sayur.

  • Hindari pemanasan suhu tinggi berulang.

Namun, disarankan untuk tidak menggunakan ulang minyak bekas ikan, terutama jika sudah digunakan lebih dari satu kali atau disimpan lebih dari 1 hari.

Tips Sehat Menggoreng Makanan

Berikut beberapa tips agar aktivitas menggoreng tetap aman dan sehat:

  1. Gunakan minyak baru untuk makanan berbeda. Jangan campur bekas ikan dengan makanan ringan.

  2. Pilih minyak goreng dengan titik asap tinggi, seperti minyak kelapa murni, kanola, atau sunflower oil.

  3. Jangan panaskan minyak hingga berasap. Ini tanda minyak sudah mencapai suhu yang merusak struktur kimia.

  4. Gunakan minyak secukupnya. Lebih baik goreng tipis (shallow fry) daripada deep fry.

Alternatif Lebih Sehat dan Tetap Hemat

Kalau ingin tetap hemat tanpa risiko kesehatan, kamu bisa mencoba alternatif berikut:

  • Air fryer: Memasak tanpa minyak atau hanya dengan 1 sendok makan minyak.

  • Oven panggang: Untuk ikan, ayam, atau kentang, hasilnya tetap renyah tanpa minyak banyak.

  • Tumis cepat: Gunakan sedikit minyak dengan suhu sedang.

  • Gunakan minyak yang bisa dipakai berulang tanpa mudah rusak, seperti minyak kelapa murni (VCO).