PMS Bikin Emosi Meledak? Ini Penjelasan Ilmiah di Balik Mood Swing yang Jarang Diungkap!

Ilustrasi Mood Swing
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Bagi banyak wanita, minggu sebelum menstruasi bisa terasa seperti roller coaster emosional yang tak berujung. Perasaan senang yang tiba-tiba berubah menjadi sedih, mudah tersinggung tanpa sebab, bahkan menangis karena hal sepele—semuanya terasa nyata dan melelahkan. Fenomena ini dikenal sebagai PMS (Premenstrual Syndrome), dan salah satu gejalanya yang paling sering dirasakan adalah mood swing atau perubahan suasana hati secara drastis. Meskipun terlihat sepele, efeknya bisa begitu besar hingga memengaruhi hubungan, pekerjaan, dan kepercayaan diri.

Jangan Abaikan! Ini 10 Tanda Awal Menopause yang Sering Dianggap Sepele, Nomor 10 Sering disalah Artikan!

 

Sayangnya, masih banyak orang yang menganggap mood swing saat PMS sebagai hal “biasa” yang harus ditoleransi, atau lebih buruk lagi—diabaikan. Padahal, perubahan emosional ini memiliki dasar biologis yang sangat nyata. Saat tubuh mengalami fluktuasi hormon menjelang menstruasi, otak dan sistem saraf ikut terpengaruh. Inilah yang membuat emosi menjadi lebih intens dan sulit dikendalikan. Dengan memahami akar penyebabnya, kita bisa mulai mencari solusi yang lebih baik—bukan sekadar menghindari atau menahan emosi, melainkan mengelolanya secara sadar dan sehat.

7 Cara Menghilangkan Bau Ketiak Secara Alami dan Mudah, Dijamin Tetap Segar Seharian

 

 

Apa Sebenarnya yang Terjadi pada Tubuh Saat PMS dan Mood Swing Muncul?

Menjelang menstruasi, tubuh wanita mengalami perubahan hormonal yang signifikan, khususnya kadar estrogen dan progesteron. Dua hormon ini tidak hanya memengaruhi organ reproduksi, tetapi juga sistem saraf pusat, termasuk otak yang mengatur suasana hati. Ketika kadar estrogen tiba-tiba menurun, produksi serotonin—zat kimia yang bertanggung jawab atas perasaan bahagia dan stabil—ikut menurun. Akibatnya, muncul rasa cemas, gelisah, cepat marah, hingga depresi ringan.

Benarkah Genetik Bisa Menentukan Intoleransi Makanan? Temuan Ini Mungkin Mengubah Cara Kamu Makan Selamanya

 

Di saat yang sama, progesteron juga mengalami fluktuasi tajam. Hormon ini memiliki efek sedatif ringan dan bisa membuat tubuh terasa lebih lamban atau lesu. Jika tubuh tidak siap menghadapi perubahan ini, maka kombinasi rendahnya serotonin dan naik-turunnya progesteron bisa menciptakan badai emosional yang dikenal sebagai mood swing pra-menstruasi.

 

Tidak hanya itu, PMS juga memengaruhi sistem tubuh lainnya. Misalnya, peningkatan retensi cairan bisa menyebabkan perut kembung atau nyeri payudara, yang secara fisik membuat wanita merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan fisik ini bisa memperparah gangguan emosional, menciptakan lingkaran setan antara rasa sakit dan emosi negatif.

 

 

Faktor Lain yang Memperburuk Mood Swing Saat PMS

Selain perubahan hormon, beberapa faktor gaya hidup juga bisa memperparah mood swing saat PMS. Pola makan yang tinggi gula, garam, dan kafein dapat menyebabkan lonjakan gula darah dan membuat suasana hati semakin tidak stabil. Kurangnya tidur juga membuat otak lebih sensitif terhadap stres, sementara aktivitas fisik yang minim menyebabkan tubuh tidak memproduksi cukup endorfin—hormon alami yang membantu mengurangi stres dan rasa nyeri.

 

Stres harian yang menumpuk juga bisa membuat gejala PMS terasa lebih berat dari seharusnya. Ketika stres bertemu dengan ketidakseimbangan hormon, respons emosional tubuh menjadi berlebihan. Maka tidak mengherankan jika banyak wanita merasa “tidak bisa mengendalikan diri” menjelang menstruasi, padahal sebenarnya tubuh mereka sedang menghadapi badai kimia yang kompleks.

 

Ada juga pengaruh dari faktor genetik dan riwayat kesehatan mental. Wanita yang memiliki riwayat depresi atau gangguan kecemasan lebih rentan mengalami mood swing berat saat PMS. Bahkan dalam beberapa kasus ekstrem, kondisi ini bisa berkembang menjadi PMDD (Premenstrual Dysphoric Disorder), gangguan yang lebih serius dan memerlukan penanganan medis.

 

Mengelola PMS dan Mood Swing Secara Alami: Mungkinkah?

 

Kabar baiknya, meski mood swing saat PMS tidak bisa dihindari sepenuhnya, gejalanya bisa dikurangi dengan pendekatan yang tepat. Kuncinya adalah memahami bahwa tubuh butuh dukungan, bukan perlawanan. Salah satu langkah awal yang paling efektif adalah mengatur pola makan. Makanan kaya magnesium seperti kacang-kacangan dan sayuran hijau terbukti membantu menenangkan sistem saraf. Begitu pula dengan asupan vitamin B6 dan omega-3 yang mendukung produksi serotonin.

 

Selain makanan, aktivitas fisik teratur juga memainkan peran penting. Olahraga ringan seperti yoga, jalan kaki, atau berenang mampu meningkatkan endorfin dan membantu tubuh menyeimbangkan hormon. Banyak wanita melaporkan bahwa olahraga justru membuat PMS mereka jauh lebih ringan, baik secara fisik maupun emosional.

 

Tidur yang cukup dan manajemen stres juga tak kalah penting. Meditasi, teknik pernapasan dalam, atau sekadar mengambil waktu untuk relaksasi bisa membantu meredakan gejala mood swing. Tubuh yang rileks lebih mampu menyesuaikan diri dengan perubahan hormonal, sehingga gejala PMS tidak terasa seintens biasanya.

 

Kapan Perlu Mencari Bantuan Profesional?

Meskipun sebagian besar wanita bisa mengelola PMS dan mood swing dengan perubahan gaya hidup, tidak semua kasus bisa diatasi sendiri. Jika perubahan suasana hati terasa ekstrem, hingga memengaruhi hubungan pribadi, pekerjaan, atau membuat Anda merasa putus asa tanpa alasan jelas, maka itu bisa menjadi tanda PMDD atau gangguan hormon lain yang lebih serius.

 

Dalam kondisi seperti ini, berkonsultasi dengan dokter atau psikolog sangat disarankan. Pemeriksaan laboratorium mungkin dibutuhkan untuk melihat kadar hormon atau mendeteksi ketidakseimbangan nutrisi. Dari sana, pendekatan pengobatan bisa disesuaikan—entah melalui suplemen, terapi kognitif, atau intervensi hormonal bila memang diperlukan.

 

Hal terpenting adalah menyadari bahwa Anda tidak sendiri. PMS dan mood swing adalah pengalaman nyata yang dirasakan oleh jutaan wanita. Mengakui keberadaannya bukanlah kelemahan, tapi justru langkah pertama menuju pengelolaan yang lebih baik.

 

Mood swing saat PMS bukan sekadar perubahan suasana hati yang bisa diabaikan. Ia merupakan hasil dari reaksi kimia tubuh terhadap fluktuasi hormon yang kompleks. Dengan memahami proses biologis ini, kita bisa berhenti menyalahkan diri sendiri dan mulai memberikan dukungan nyata bagi tubuh—melalui nutrisi, olahraga, tidur cukup, dan pengelolaan stres.

 

Meskipun tidak semua wanita mengalami PMS yang sama, pendekatan alami yang konsisten bisa membantu memperbaiki keseimbangan hormon secara menyeluruh. Dan jika gejala terasa berlebihan, tidak ada salahnya mencari bantuan medis. Karena pada akhirnya, memahami tubuh adalah kunci untuk mengendalikan emosi, bukan sebaliknya. Jangan tunggu sampai hubungan terganggu atau produktivitas menurun—kenali tubuh Anda, dan bantu ia kembali ke keseimbangan.