Hati-hati, Kelelahan Tidak Biasa Ini Jadi Pertanda Masalah Kesehatan yang Serius

Ilustrasi kelelahan
Sumber :
  • Freepik

LifestyleDi tengah budaya kerja yang menuntut produktivitas tinggi, banyak profesional muda mengabaikan kelelahan ekstrem dan menganggapnya sebagai burnout. Namun, bagaimana jika rasa lelah itu adalah gejala dari penyakit autoimun Myasthenia Gravis?

Kesemutan yang Sering Terjadi, Gejala Ringan atau Tanda Penyakit Stroke?

Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun neuromuskular kronis yang ditandai dengan kelemahan otot yang berfluktuasi. Lantas bagaimana korelasinya antara kelelahan dengan penyakit ini?  Spesialis Saraf dari RSCM Jakarta, Dr.dr. Ahmad Yanuar, Sp.S, Subsp. E.N.K mengungkap bahwa kelelahan yang dimaksud ini bisa menimbulkan kelemahan otot. 

"Kelelahan sampai menimbulkan kelemahan. Jadi misalnya tidak bisa menulis, (kalau) lelah masih bisa menulis bukan. Tadi misalnya nggak bisa naik tangga,  sampai menimbulkan kelemahan betul-betul objektif ada kelemahannya bukan hanya merasa lelah. Itu yang kita lebih curigai sebagai myasthenia gravis ini," kata dia saat ditemui awak media dalam acara press conference and Health Talk ‘Myasthenia Gravis: Lebih dari Sekedar Lelah’, Sabtu 12 Juli 2025 di Jakarta Selatan.

Traveling Bisa Jadi Terapi Bagi Pekerja? Ini Manfaat Psikologis Jalan-Jalan untuk Kesehatan Mental

Yanuar juga menjelaskan bahwa gejala dari penyakit ini terjadi dalam kurun waktu satu hingga dua jam. Sehingga menyebabkan pasien sulit untuk mengerjakan sesuatu. Namun di satu sisi ketika pasien tersebut beristirahat, gejala akan membaik dalam waktu sesaat.

“Jadi timbul kelemahan, ototnya nggak bisa digerakkan. Kelopak matanya nggak bisa diangkat, tangannya nggak bisa diangkat, nggak bisa menulis, kalau mengunyah jadi susah mengunyah atau tersedak. Jadi ada tanda objektif dari kelelahan itu. Biasanya bukan cuman satu detik dua detik (gejalanya muncul) tapi ada durasinya. Misalnya 1 jam 2 jam dia secara objektif tidak bisa mengerjakan sesuatu. Ketika dia istirahat membaik lagi bukan hanya sesaat,” sambung dia.

Pentingnya Deteksi Dini Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien

Jadi Tulang Punggung Keluarga, Tapi Pekerjaan Bikin Burnout? Ini Saran Psikolog

Sementara itu, spesialis saraf dari RS Brawijaya dr. Zicky Yombana, Sp.S juga mengungkap gejala lain dari penyakit autoimun ini, seperti kelopak mata turun, penglihatan ganda, suara sengau, dan kesulitan menelan. Sayangnya kata dia, beberapa gejala ini sering kali disalahartikan sebagai kelelahan biasa atau stres.

Padahal jika pasien terlambat didiagnosis dapat menurunkan kualitas hidup secara drastis dan meningkatkan risiko komplikasi fatal berupa krisis miastenik atau gagal napas.

“Jika Anda merasakan kelemahan otot yang hilang timbul, segera berkonsultasi dengan dokter saraf. Itulah kunci untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti krisis miastenik dan memungkinkan untuk kembali hidup secara produktif,” kata dia.

Diagnosis sedini mungkin dianggap penting mengingat pasien MG menghadapi risiko kematian yang lebih tinggi secara signifikan. Ditemukan bahwa tingkat mortalitas pada pasien MG mencapai 14% dalam 5 tahun dan 21% dalam 10 tahun setelah gejala muncul.

Risiko terbesar datang salah satunya dari krisis pernapasan (krisis miastenik) yang membutuhkan perawatan intensif. Hal ini menegaskan betapa krusialnya kesadaran publik dan diagnosis dini untuk mengelola Myasthenia Gravis secara efektif dan mencegah komplikasi fatal.

"Selain dapat menyebabkan kematian, penyakit ini juga menurunkan produktivitas kerja, membatasi aktivitas sosial, dan pada akhirnya menimbulkan dampak ekonomi dan sosial bagi pasien, keluarga, dan sistem kesehatan. Pasien Myasthenia Gravis juga memerlukan pengobatan yang tepat, konsisten, dan terjangkau untuk dapat mempertahankan kualitas hidup yang optimal. Dengan demikian, ketersediaan dan akses pengobatan sangatlah penting," ungkap Yanuar.

Sayangnya pemahaman publik terkait penyakit ini masih terbilang rendah. Melihat hal tersebut, Menarini Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan Myasthenia Gravis Indonesia (YMGI) menyelenggarakan diskusi kesehatan bertajuk ‘Lebih dari Sekedar Lelah’.

Presiden Direktur Menarini Indonesia, Idham Hamzah, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah wujud nyata komitmen perusahaan dalam menyediakan pengobatan yang berkualitas bagi pasien MG di Indonesia.

“Menarini tidak hanya berkomitmen menghadirkan terapi yang efektif, tetapi juga turut peduli terhadap kondisi dan perjuangan pasien yang hidup dengan penyakit ini. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit MG, agar pasien tidak terlambat didiagnosis dan dapat segera mendapatkan terapi yang tepat,” ujar Idham.