Kenapa Perempuan yang Nangis Dipeluk Justru Makin Nangis? Ini Penjelasan Psikologisnya

Menangis di pelukan
Sumber :
  • iStock

Lifestyle –Pernah melihat seseorang terutama perempuan yang sedang menangis, lalu dipeluk, tapi justru tangisannya malah makin kencang? Bukan hanya satu-dua kali, fenomena ini sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan pasangan, keluarga, bahkan di drama atau film.

Kenapa Dicium di Kening Bikin Perempuan Merasa Nyaman? Ini Jawaban Psikologisnya

 

Bukannya tenang, pelukan malah membuat air mata makin deras. Kenapa bisa begitu? Apakah itu tanda seseorang makin sedih? Atau justru tanda dia akhirnya merasa cukup aman untuk melepas semua emosi yang selama ini ditahan?

Habis Nangis? Begini Cara Pakai Es Batu untuk Kurangi Mata Sembab

 

Ternyata, ada penjelasan ilmiah dan psikologis yang sangat masuk akal di balik reaksi ini. Pelukan tidak selalu menghentikan tangis kadang, justru jadi pintu bagi tangisan yang sebenarnya. Mari kita bahas lebih dalam.

Kenapa Saat Hujan Kita Jadi Galau dan Ingin Sendiri? Ini Penjelasannya Secara Psikologis

 

Menangis bukan sekadar respon spontan saat sedih. Bagi perempuan, tangisan sering kali menjadi wadah untuk menyalurkan berbagai emosi yang telah lama terkumpul mulai dari stres, kelelahan, rasa bersalah, cemas, kecewa, dan marah yang tak tersampaikan. Kadang mereka bahkan tidak tahu pasti kenapa menangis yang jelas, itu akumulasi dari beban batin yang tak sempat diluapkan.

 

Ketika seseorang dalam kondisi ini lalu menerima pelukan, tubuhnya mulai menafsirkan sinyal: "Sekarang aman. Kamu nggak harus kuat sendirian." Maka terjadilah pelepasan besar-besaran air mata yang mengalir makin deras, isakan semakin kencang, bahkan tubuh bisa bergetar. Ini bukan kelemahan ini bentuk kejujuran emosional yang akhirnya mendapatkan ruang.

 

 

Pelukan Adalah Sinyal Aman untuk Melepas ‘Topeng Kuat’

 

Dalam keseharian, banyak perempuan terbiasa mengenakan 'topeng kuat'. Mereka tetap tersenyum meski lelah, tetap ramah meski hancur di dalam. Tapi ketika seseorang pasangan, sahabat, atau orang tua memeluk mereka saat menangis, semua pertahanan runtuh.

 

Pelukan adalah salah satu bentuk komunikasi non-verbal yang paling kuat. Tubuh secara naluriah menerjemahkannya sebagai sinyal keamanan. Seperti pesan diam yang mengatakan "Nggak apa-apa kalau kamu nggak kuat sekarang. Aku di sini".

 

Momen ini membuka gerbang emosi yang sebelumnya dikunci rapat. Dan begitu terbuka, tangisan pun mengalir deras, tak tertahan.

 


 

Peran Hormon Oksitosin: Si Pemicu Kelekatan dan Kelegaan

 

Secara biologis, pelukan merangsang pelepasan hormon oksitosin, yang sering dijuluki hormon cinta. Oksitosin dilepaskan saat kita mengalami kontak fisik lembut dari orang yang kita percayai seperti pelukan.

 

Menurut penelitian, oksitosin bekerja dengan menurunkan kadar kortisol (hormon stres), memperlambat detak jantung, menenangkan sistem saraf, dan memperkuat rasa kepercayaan.

 

Namun, saat tubuh menjadi rileks karena oksitosin, emosi yang sebelumnya ditahan oleh tubuh juga mulai keluar. Inilah kenapa banyak orang justru menangis makin deras saat dipeluk karena tubuhnya akhirnya merasa cukup aman untuk melepaskan segalanya.

 

Menurut psikiater sekaligus profesor klinis dari UCLA dan penulis buku The Empath’s Survival Guide, Dr. Judith Orloff pelukan memiliki kekuatan luar biasa dalam memicu pelepasan emosi.

"Pelukan mengirim pesan kuat ke otak bahwa sekarang aman. Rasa aman itulah yang membuka bendungan emosi yang selama ini ditahan," jelas Dr. Orloff.

 

Ia menekankan bahwa tangisan yang muncul makin deras setelah dipeluk bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda bahwa seseorang akhirnya bisa melepas kendali. Dalam ruang yang aman, tidak perlu lagi menjaga citra. Dan bagi banyak perempuan, momen inilah yang justru paling menyembuhkan.

 

 

Perempuan Lebih Terbiasa Mengekspresikan Emosi

 

Secara biologis dan sosial, perempuan cenderung lebih terbuka dalam mengekspresikan emosi dibandingkan laki-laki. Otak perempuan, terutama bagian limbik system yang mengatur emosi, bekerja lebih aktif saat menghadapi stres emosional.

 

Di sisi lain, norma sosial juga cenderung lebih mengizinkan perempuan untuk menangis dibandingkan laki-laki. Maka tak heran jika banyak perempuan merasa pelukan adalah bentuk empati fisik yang sangat diterima dan membuka ruang aman untuk menangis.

 

Ketika pelukan datang di tengah tangisan, bukan hanya tubuh yang bereaksi, tapi juga sistem emosional dan sosial yang mengizinkan mereka menangis lebih keras sebagai bentuk pelepasan.

 

 

Tangisan Saat Dipeluk Adalah Detoks Emosi

 

Meskipun secara visual terlihat seperti makin sedih, tangisan deras yang keluar saat dipeluk sebenarnya adalah proses detoksifikasi emosi. Air mata mengandung hormon stres seperti ACTH dan kortisol dan ketika dikeluarkan, tubuh mengalami pemulihan alami.

 

Artinya, menangis sambil dipeluk justru membantu seseorang melepaskan beban psikologis yang selama ini menumpuk. Setelah menangis habis-habisan, banyak orang merasa lega, ringan, dan lebih jernih berpikir.

 

 

Efek Psikologis Positif dari Tangisan dalam Pelukan

 

Reaksi ini bukan hanya menenangkan diri, tapi juga memperkuat relasi. Beberapa efek positifnya antara lain:

 

  • Menguatkan kelekatan emosional.
    Tangisan yang diterima dan dipeluk menciptakan ikatan kepercayaan yang mendalam.

  • Meningkatkan kesehatan mental.
    Tangisan emosional terbukti membantu mengurangi kecemasan dan tekanan.

  • Membuat seseorang merasa divalidasi.
    Tanpa harus berkata apa-apa, pelukan saat menangis menyampaikan pesan: “Aku peduli, dan kamu boleh merasa seperti ini.”

 

 

Pelukan Bukan Penghenti Tangis, Tapi Pintu Pembebasan Emosi

 

Sering kali, kita ingin pelukan bisa langsung menenangkan orang yang sedang menangis. Tapi faktanya, pelukan bukan tombol off untuk tangisan. Justru sebaliknya, ia adalah tombol release untuk semua rasa yang tertahan.

 

Ketika seseorang, terutama perempuan, makin menangis saat dipeluk, itu berarti dia akhirnya merasa cukup aman untuk tidak kuat. Ia tak perlu lagi menahan air mata atau menutupi rasa sakitnya.

 

Dalam psikologi, rasa aman seperti itu jauh lebih menyembuhkan daripada nasihat panjang atau solusi cepat.

 

 

Jadi lain kali saat kamu memeluk seseorang dan dia justru menangis lebih kencang, jangan panik. Jangan buru-buru bilang “udah ya, jangan nangis lagi.” Mungkin itu adalah pelukan yang ia tunggu-tunggu bukan untuk berhenti menangis, tapi untuk bisa menangis sepenuh hati.