Pinjam Uang, Tapi Malah Marah Saat Ditagih? Ini Alasannya Secara Psikologis

Ilustrasi menagih hutang
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Pernah nggak, kamu bantuin teman pinjam uang, tapi saat kamu tagih secara baik-baik justru dia yang marah-marah? Alih-alih minta maaf atau kasih penjelasan, dia malah jadi defensif, menghindar, bahkan ngambek kayak kamu yang salah.

Ketahui Kapan Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menyapih Anak

Fenomena ini lebih umum dari yang kita kira, dan ternyata, ini bukan cuma soal uang, tapi juga menyangkut harga diri, rasa malu, dan reaksi psikologis yang dalam. Kenapa bisa begitu? Mari kita bongkar bersama dari sisi psikologi.

Pertama mari pahami saat seseorang meminjam uang. Saat dia meminjam uang sebenarnya yang dia ‘pinjam’ bukan hanya uangmu. Tapi juga kepercayaan, empati, dan ekspektasi bahwa dia akan mengembalikannya. Tapi ketika kondisi tak memungkinkan untuk membayar tepat waktu, muncul rasa malu, bersalah, dan bahkan cemas. Sering kali, perasaan itu nggak mudah diakui.

Mengenali Tanda-Tanda Trauma pada Anak dan Cara Mendampinginya

Alih-alih jujur dan terbuka, sebagian orang justru memilih mekanisme serang duluan sebelum diserang. Hal ini karena dalam benak mereka, ditagih utang sama dengan dihakimi sebagai orang yang gagal.

Penjelasan Psikologis: Kenapa Mereka Justru Marah Saat Ditagih?

Menurut psikolog klinis dan profesor di California State University, Dr. Ramani Durvasula, saat seseorang merasa terancam atau dipermalukan, mereka cenderung mengaktifkan mekanisme pembelaan diri, termasuk kemarahan atau menyalahkan orang lain, sebagai cara untuk melindungi harga diri. Dengan kata lain, kemarahan itu sebenarnya adalah bentuk pertahanan diri. Beberapa bentuk reaksi psikologis yang sering muncul:

1. Projection

7 Cara Membantu Anak Mengatasi Kesedihan dan Perubahan Pasca Perceraian

Menyalahkan si penagih karena dianggap tidak pengertian atau terlalu agresif.

"Kamu kok kayak nagih-nagih terus sih, aku juga lagi banyak kebutuhan!"

2. Denial

Menolak kenyataan bahwa utangnya sudah lama dan harus dibayar.

"Loh, bukannya itu cuma pinjam sementara ya? Aku pikir udah kelar."

3. Rationalization

Mencari-cari alasan pembenar untuk tidak membayar.

"Aku belum bisa balikin sekarang, tapi kemarin aku juga bantu kamu waktu itu, kan?" 

Gengsi dan Superioritas: Kombinasi yang Bikin Situasi Jadi Rumit

Lucunya, makin dekat hubungan seseorang, makin besar potensi konflik saat urusan uang masuk ke dalamnya.

Beberapa peminjam merasa posisinya lebih 'tinggi', apalagi kalau mereka biasanya terlihat lebih mapan, punya pengaruh sosial lebih besar, atau merasa sudah sering membantu si penagih dalam bentuk lain.

Akhirnya, saat ditagih, mereka merasa 'direndahkan', dan bereaksi dengan emosi tinggi untuk menutupi rasa malu dan gengsi.

Fenomena ini sering berkembang jadi pola yang bikin hubungan jadi rusak:

  1. Awalnya dekat kemudian pinjam uang akhirnya mulai menghindar saat ditagih
  2. Muncul drama atau ghosting
  3. Ujung-ujungnya si penagih malah merasa bersalah dan hubungan retak

Padahal, yang dilakukan penagih hanya meminta haknya kembali. Tapi dalam pola toxic ini, pelaku memutarbalikkan peran hingga dirinya tampak sebagai korban.

Jadi, Bagaimana Menagih Utang dengan Elegan Tanpa Bikin Musuhan?

Berikut tips menagih utang dari sisi komunikasi psikologis:

1. Gunakan Bahasa Netral

Alih-alih ngomong, “Kapan kamu bayar?” cobalah: “Hai, aku mau follow up soal pinjaman kemarin. Ada kabar baik kapan bisa dibayar?”Nada yang ramah tapi tetap tegas bisa menurunkan resistensi.

2. Jangan Tagih di Tempat Umum

Menagih di grup WhatsApp atau depan orang lain bisa mempermalukan peminjam dan memicu reaksi defensif. Usahakan secara pribadi, via chat atau bicara langsung.

3. Pilih Waktu yang Tepat

Hindari menagih saat orang sedang stres, ada masalah keluarga, atau sedang di tempat ramai.

4. Tegas Tapi Sopan

"Aku paham kamu punya keperluan lain, tapi aku juga butuh dana itu untuk keperluanku sekarang. Kita bisa atur cicilan kalau perlu".

Jangan takut kehilangan hubungan karena menagih hakmu. Hubungan yang sehat harusnya bisa melewati proses itu dengan dewasa.

Kapan Harus Berani Bilang "Tidak"?

Membantu orang itu baik, tapi bukan berarti harus mengorbankan diri sendiri. Berikut tanda-tanda kamu sebaiknya tidak lagi meminjamkan uang:

  • Sudah pernah dipinjam tapi belum dikembalikan
  • Tidak ada kejelasan soal waktu pengembalian
  • Kamu sendiri sedang dalam kondisi keuangan sulit
  • Mereka menunjukkan pola tidak bertanggung jawab

Ingat, menjaga batas bukan berarti pelit. Justru itu bentuk sayang pada diri sendiri dan hubungan yang kamu miliki.

Uang Bisa Buka Karakter Seseorang

Dalam banyak kasus, urusan utang-piutang seringkali membuka jati diri seseorang apakah dia bisa dipercaya, bertanggung jawab, atau justru memanipulasi.

Jika hubungan rusak hanya karena kamu menagih uangmu, mungkin memang hubungan itu tidak sehat sejak awal.

Seperti yang dikatakan Dr. Ramani Durvasula, jika hubungan rusak hanya karena kamu menagih hakmu, mungkin hubungan itu memang tak sehat sejak awal.

Menagih utang bukanlah tindakan jahat. Justru itu bentuk keberanian untuk menjaga tanggung jawab dan keadilan. Kalau dilakukan dengan cara yang sopan dan bijak, kamu bisa menjaga relasi tetap sehat tanpa harus terus-menerus jadi korban.

Jadi, kalau kamu sedang menghadapi situasi seperti ini, ingat bukan kamu yang salah. Tetap tenang, komunikatif, dan jangan lupa jaga kesehatan mentalmu juga.

Kalau perlu, setelah utang itu selesai, pelajari satu hal penting tidak semua orang layak untuk dipinjami dua kali.