Kebiasaan Minum Teh Setelah Makan Berbahaya? Ini Penjelasan Ahli dan Fakta Mengejutkannya!
- Pixaby
Lifestyle –Banyak dari kita yang punya kebiasaan ini setelah makan berat, lanjut minum teh hangat atau es teh. Rasanya menyegarkan, apalagi kalau teh manis. Tapi, belakangan mulai muncul pertanyaan, apakah kebiasaan minum teh setelah makan itu sehat? Atau justru menyimpan risiko buat tubuh kita?
Dalam artikel ini, kita akan kupas tuntas fakta medisnya, langsung dari penjelasan dokter spesialis penyakit dalam dan ahli gizi internasional, lengkap dengan dukungan penelitian terbaru.
Sebelum ngomongin bahayanya, kita kenalan dulu sama apa yang terkandung dalam secangkir teh. Teh, baik itu teh hitam, hijau, oolong, hingga teh celup biasa mengandung beberapa komponen aktif, di antaranya:
-
Tannin: Zat ini memberikan rasa sepat dan pahit pada teh. Tapi ternyata, tannin bisa mengganggu penyerapan zat besi dari makanan.
Kafein: Selain bikin melek, kafein juga bisa memengaruhi sistem pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Flavonoid dan antioksidan: Kandungan ini justru bermanfaat, bisa membantu melawan radikal bebas.
Jadi, teh nggak melulu buruk. Tapi ada catatan penting soal kapan kita minum teh dan ini yang sering diabaikan.
Salah satu dampak paling banyak dibahas oleh para ahli adalah terganggunya penyerapan zat besi non-heme, yaitu zat besi yang berasal dari tumbuhan, kacang-kacangan, atau suplemen.
Menurut ahli nutrisi medis dari Inggris, Dr. Sarah Brewer tannin dalam teh dapat mengikat zat besi dalam makanan, membentuk kompleks yang sulit diserap usus. Akibatnya, tubuh kekurangan zat besi meski makanan kita bergizi.
Studi dari The American Journal of Clinical Nutrition bahkan menyebutkan bahwa minum teh setelah makan bisa mengurangi penyerapan zat besi hingga 62 persen! Angka yang cukup besar dan tidak bisa diabaikan, terutama untuk wanita hamil, anak-anak dan remaja yang dalam masa pertumbuhan serta vegetarian atau vegan yang mengandalkan sumber zat besi nabati.
Sementara itu, spesialis penyakit dalam dari NYU Langone Health, Dr. Steven Lamm menyebut kebiasaan minum teh setelah makan bisa memperberat kerja sistem pencernaan. Apalagi kalau teh yang dikonsumsi dalam kondisi pekat dan panas, ini bisa memperparah gejala gangguan lambung seperti kembung dan heartburn.
Efek Lainnya: Bukan Cuma Zat Besi yang Terdampak
Selain mengganggu penyerapan zat besi, minum teh langsung setelah makan juga berpotensi:
Menghambat penyerapan mineral penting lain, seperti kalsium, magnesium, dan zinc.
Mengganggu kerja enzim pencernaan, terutama dalam mencerna protein dan lemak.
Mengganggu efektivitas obat, terutama suplemen zat besi, levothyroxine, dan beberapa jenis antibiotik.
Minum teh bisa menyebabkan chelation, yaitu proses di mana senyawa dalam teh mengikat nutrisi atau obat dan membuatnya tidak tersedia bagi tubuh.
Jenis Teh Juga Berpengaruh, Lho!
Nggak semua teh berefek sama terhadap tubuh. Yuk, kenali perbedaannya:
Teh hitam: Paling tinggi kandungan tannin dan kafeinnya. Efek penghambatan penyerapan zat besinya paling kuat.
Teh hijau: Masih mengandung tannin, tapi dalam kadar lebih rendah. Kaya antioksidan, tapi tetap perlu diperhatikan waktunya.
Teh herbal (chamomile, peppermint, jahe): Biasanya tidak mengandung tannin atau kafein. Justru bisa membantu proses pencernaan kalau dikonsumsi setelah makan.
Penelitian dari University of Pennsylvania di tahun 2017 lalu menemukan bahwa teh herbal tidak mengganggu penyerapan zat besi, bahkan bisa membantu menenangkan sistem pencernaan pascamakan.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Minum Teh?
Menurut penulis buku How Not to Die, Dr. Michael Greger, M.D. waktu paling aman untuk minum teh adalah setidaknya 1 hingga 2 jam setelah makan. Ini memberi cukup waktu bagi tubuh untuk menyerap nutrisi dari makanan sebelum terkena efek tannin dan kafein.
Hal senada juga disampaikan oleh ahli gizi asal Amerika, Keri Glassman, MS, RD. Ia menyarankan agar teh dikonsumsi di sela waktu makan atau sebagai bagian dari rutinitas pagi atau sore, bukan langsung setelah makan utama.
Kalau kamu sudah terlanjur suka banget minum teh habis makan, coba beberapa tips ini supaya tetap sehat:
Tunggu 1–2 jam setelah makan sebelum minum teh.
Pilih teh herbal seperti peppermint, chamomile, atau jahe.
Tambahkan lemon atau susu ke dalam teh, karena bisa membantu mengurangi efek pengikatan zat besi oleh tannin.
Kurangi teh pekat atau terlalu panas, apalagi jika kamu punya riwayat lambung.
Alternatif Minuman yang Aman Setelah Makan
Kalau tujuannya ingin “menutup” makan dengan sesuatu yang hangat, kamu bisa pilih minuman lain yang lebih aman dan bahkan menyehatkan:
Air hangat: membantu pencernaan dan tidak mengganggu penyerapan nutrisi.
Infused water (lemon, jahe, mentimun): menyegarkan dan membantu detoks ringan.
Teh herbal tanpa kafein: bantu menenangkan sistem pencernaan, apalagi setelah makan berat.
Teh tetap bisa jadi teman sehat kita. Kandungan antioksidannya tinggi, bisa membantu menurunkan risiko penyakit kronis, dan tentu saja, enak! Tapi semua kembali pada cara dan waktu kita mengonsumsinya.
Minum teh langsung setelah makan bisa mengganggu penyerapan zat besi dan mineral penting lainnya, memicu masalah lambung, bahkan menurunkan efektivitas obat. Hal ini terutama perlu diperhatikan oleh kelompok rentan seperti ibu hamil, anak-anak, dan vegetarian.
Kalau kamu ingin tetap menikmati teh tanpa mengorbankan kesehatan, cukup beri jeda waktu 1–2 jam setelah makan. Atau pilih teh herbal yang lebih ramah bagi pencernaan.
Ingat, teh bisa jadi sahabat kesehatan kalau kita tahu waktu dan caranya. Nikmat boleh, tapi jangan sampai nutrisi dari makanan jadi sia-sia hanya karena salah waktu minum. Yuk, ubah kebiasaan kecil demi tubuh yang lebih sehat!