Benarkah Drama Korea Membentuk Standar Romansa Tak Realistis untuk Perempuan? Ini Kata Psikolog
- Instagram resmi Son Suk Ku
-
Ingat bahwa ini fiksi, bukan referensi wajib hidup.
Ambil inspirasinya, bukan ekspektasinya.
-
Diskusikan dengan pasangan tentang apa yang kamu sukai dari cerita tersebut, siapa tahu bisa jadi quality time baru.
Waspadai tanda-tanda kalau kamu mulai merasa kecewa terus-menerus dengan hubungan nyata karena terlalu membandingkan.
Prof. Jeffrey Hall dari University of Kansas menyimpulkan dengan bijak, bahwa media romantis bisa menjadi cermin dan cetak biru relasi—tergantung bagaimana kita memaknainya. Artinya, kita tetap punya kendali. Menonton drakor bisa memperkaya pandangan kita tentang relasi, selama kita tidak menjadikannya standar satu-satunya tentang bagaimana cinta seharusnya berjalan.
Mencintai drakor bukan dosa. Mengagumi sosok pria fiksi bukan kesalahan. Tapi membiarkan fiksi itu merusak rasa syukur kita terhadap cinta yang nyata, itulah yang harus diwaspadai.
Cinta sejati mungkin tidak sekilat pelukan di tengah salju, tapi ia hadir dalam bentuk membetulkan kabel charger yang rusak, mengingatkan makan siang, atau menemani ke dokter gigi.
Jadi, silakan nikmati oppa-oppa drama Korea itu. Tapi ingat juga, cinta yang paling indah tak selalu datang dengan skrip dan soundtrack. Kadang, ia hadir dalam diam tulus dan nyata.