Kenapa Malam Jumat Identik dengan Hal Mistis? Ini Penjelasan Psikologis dan Budayanya

Ilustrasi malam jumat menyeramkan
Sumber :
  • Pixaby

Lifestyle –Pernahkah kamu merasa merinding saat lewat gang sepi di malam Jumat? Atau memilih untuk menonton film horor karena "rasanya pas" ditonton malam Jumat? Tak sedikit orang Indonesia yang mengaitkan malam ini dengan hal-hal gaib, horor, dan kejadian aneh yang tak bisa dijelaskan secara logika. Tapi mengapa harus malam Jumat? Bukan malam lain?

Air di Telaga Nila Majalengka Ini Sejernih Cermin, Tapi Punya 2 Larangan yang Harus Dipatuhi!

 

Sebagian dari kita mungkin hanya mengikuti arus budaya—tayangan TV, cerita nenek moyang, atau tradisi di kampung halaman. Tapi ternyata, ada banyak lapisan makna yang bisa dijelaskan secara ilmiah dan psikologis mengapa malam Jumat terasa lebih "seram" dibanding malam lainnya.

Mitos Anak Berambut Gimbal di Kawah Sikidang, Titisan Roh Leluhur?

 

Mari kita telusuri akar budaya sekaligus tinjauan psikologi di balik malam yang begitu lekat dengan kisah-kisah mistis ini.

Ketahui Waktu Terlarang untuk Mendaki Gunung Agung Bali, Hindari Hal Ini!

 

Budaya dan Kepercayaan: Awal Mula Label Mistis di Malam Jumat

 

Dalam tradisi masyarakat Jawa, malam Jumat, terutama Jumat Kliwon, diyakini sebagai waktu ketika batas antara dunia manusia dan dunia roh menjadi lebih tipis. Banyak yang percaya bahwa pada malam inilah makhluk halus lebih aktif atau lebih mudah "menampakkan diri".

 

Ritual-ritual seperti tahlilan, yasinan, dan ziarah kubur sering dilakukan pada malam Jumat. Aktivitas ini tentu berkaitan dengan doa untuk arwah leluhur, namun secara tidak langsung juga memperkuat asosiasi bahwa malam Jumat adalah malam yang berhubungan dengan kematian dan dunia setelahnya.

 

Cerita-cerita rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi, seperti kisah kuntilanak, pocong, atau sundel bolong, sering disebut-sebut berkeliaran di malam Jumat. Hal ini membentuk warisan budaya kolektif bahwa malam Jumat adalah malam yang sakral sekaligus menyeramkan.

Tak hanya itu saja, jika kamu tumbuh besar di era 90-an hingga awal 2000-an, pasti familiar dengan tayangan horor seperti "Kisah Nyata", "Misteri Gunung Merapi", atau "Dunia Lain" yang tayang setiap malam Jumat. Belum lagi sinetron-sinetron bertema supranatural yang tayang khusus di malam itu.

 

Fenomena ini disebut priming dalam psikologi, yakni saat kita terpapar stimulus tertentu secara berulang, maka otak kita akan mengasosiasikan stimulus itu dengan respons emosional tertentu. Dalam kasus ini, malam Jumat + tayangan horor sama dengan rasa takut atau waspada.

 

Profesor psikologi dari Yale University, Dr. John Bargh menjelaskan bahwa priming terjadi bahkan tanpa kesadaran kita. Sekali asosiasi terbentuk, otak secara otomatis akan mengarahkan persepsi kita sesuai dengan informasi yang pernah diterima.

 

Jadi, meski kamu tidak lagi menonton tayangan horor malam Jumat, otakmu mungkin sudah menandai malam itu sebagai waktu yang menegangkan, dan rasa was-was itu bisa muncul kembali begitu suasana mendukung.

 

 

Mengapa Kita Takut Saat Malam Hari? Penjelasan Ilmiah

 

Secara biologis, manusia memang lebih waspada terhadap bahaya saat malam hari. Penurunan cahaya memengaruhi kemampuan penglihatan, yang secara evolusioner mengaktifkan sistem pertahanan diri terhadap ancaman.

 

Psikolog klinis dari New York, Dr. David Alper menyebutkan bahwa kegelapan membatasi persepsi kita, dan otak akan mulai mengisi kekosongan visual itu dengan kemungkinan terburuk, yang sering kali berbentuk ketakutan atau ilusi.

 

Ini diperkuat oleh kondisi malam Jumat yang relatif tenang, sunyi, dan sering kali bertepatan dengan rutinitas spiritual atau keheningan rumah. Situasi ini memperbesar peluang otak untuk memunculkan rumination yakni pikiran berulang yang bisa menjurus pada hal-hal menakutkan, apalagi jika sudah terpapar cerita mistis sebelumnya.

 

 

Efek Fear Contagion: Takut Itu Menular

 

Pernah merasa takut hanya karena temanmu bilang ia melihat sesuatu yang aneh? Inilah yang disebut fear contagion, atau penularan rasa takut. Profesor Andreas Olsson dari Karolinska Institutet di Swedia menjelaskan bahwa manusia cenderung meniru ekspresi dan emosi orang di sekitarnya, termasuk rasa takut.

Jadi ketika cerita horor disebarkan secara lisan, atau dibagikan melalui grup chat malam Jumat, secara otomatis otak kita menyesuaikan emosi dengan informasi yang diterima, bahkan jika kita belum mengalaminya sendiri.

 

Hal ini diperparah oleh faktor budaya yang kuat di Indonesia yakni kita diajarkan sejak kecil untuk mempercayai hal-hal mistis. Maka ketika seseorang bilang "Jangan keluar malam Jumat, nanti diganggu!", otak akan menyimpannya sebagai informasi yang perlu diwaspadai.

 

 

Kenapa Justru Banyak Orang Menikmati Ketakutan di Malam Jumat?

 

Meski menakutkan, banyak orang justru menanti-nanti sensasi malam Jumat untuk menonton film horor atau menceritakan kisah seram. Ternyata, ini juga punya dasar psikologis.

 

Menurut psikolog dari University of Pennsylvania, Paul Rozin ini adalah bentuk benign masochism yakni kenikmatan terhadap pengalaman negatif yang disadari tidak benar-benar membahayakan. Seperti saat naik roller coaster atau makan makanan super pedas, tubuh kita merespons seolah dalam bahaya, tapi otak tahu kita tetap aman.

 

Ketika kita menonton horor malam Jumat, jantung mungkin berdebar dan keringat dingin mengalir. Tapi setelah itu, muncul rasa lega dan bahkan kesenangan. Ini yang disebut sebagai emotional release, atau pelepasan emosi yang menumpuk.

 

Namun tak semua orang bisa menikmati rasa takut ini. Bagi individu dengan gangguan kecemasan atau trauma masa kecil yang berkaitan dengan mistis, malam Jumat bisa jadi pemicu kecemasan, mimpi buruk, atau gangguan tidur.

 

Ahli neurologi dari The Center for Neural Science, Dr. Justin Feinstein, menyebutkan bahwa otak yang terlalu sensitif terhadap sinyal ancaman akan mudah terpicu hanya dengan sedikit rangsangan, misalnya suara aneh atau cerita horor ringan. Ini bisa menimbulkan respons fight or flight yang tidak proporsional.

 

Jadi, penting untuk membedakan antara hiburan dan sugesti yang mengganggu. Jika kamu merasa takut berlebihan, mudah panik, atau sampai susah tidur setiap malam Jumat, mungkin sudah waktunya mengurangi paparan pada hal-hal mistis dan mencoba grounding techniques seperti meditasi atau journaling.

 

Malam Jumat menjadi malam mistis bukan karena ada sesuatu yang secara ilmiah lebih menyeramkan dari malam lainnya. Tapi karena budaya, cerita turun-temurun, media, dan proses psikologis seperti priming, fear contagion, dan asosiasi emosional.

 

Ketika otak kita dilatih terus-menerus untuk mengaitkan malam Jumat dengan horor, rasa takut akan muncul bahkan tanpa sebab nyata. Namun, memahami mekanisme ini justru bisa membantu kita memilah mana yang hanya sugesti, mana yang benar-benar perlu diwaspadai. Jadi, apakah malam Jumat memang angker? Bisa jadi iya, tapi bukan karena hantu melainkan karena otak kita yang sudah terbiasa menakut-nakuti diri sendiri.