Apakah Kesurupan Bisa Dijelaskan Secara Ilmiah?
- Pixaby
Hipnosis adalah kondisi kesadaran yang sangat fokus dan sangat reseptif terhadap sugesti. Menurut Dr. David Spiegel, profesor psikiatri dari Stanford University, hipnosis dapat digunakan untuk mengubah persepsi, sensasi, emosi, dan perilaku seseorang tanpa membuat mereka kehilangan kendali diri sepenuhnya.
Dalam konteks kesurupan, hipnosis dapat dianggap sebagai kondisi trance yang dipicu oleh sugesti kuat dari lingkungan sekitar atau dari diri sendiri. Penelitian neuroimaging menunjukkan bahwa saat hipnosis berlangsung, aktivitas otak di bagian korteks prefrontal dan anterior cingulate cortex berubah. Area ini berperan dalam pengendalian perhatian dan kesadaran diri, yang menunjukkan bahwa seseorang dalam keadaan hipnosis bisa mengalami perubahan signifikan dalam kontrol diri dan persepsi.
Dengan demikian, kesurupan bisa dilihat sebagai fenomena psikologis dan neurobiologis yang terjadi karena kombinasi sugesti, kondisi mental tertentu, dan aktivitas otak yang berubah.
Selain Dr. Spiegel, ada beberapa pakar lain yang mengaitkan kesurupan dengan mekanisme psikologis dan neurobiologis terkait fenomena kesurupan. Psikolog klinis terkemuka Dr. Steven Jay Lynn menjelaskan bahwa kesurupan merupakan bentuk gangguan disosiatif, yaitu gangguan di mana seseorang terputus dari kesadaran normalnya yang dipicu oleh sugesti kuat dan dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya. Dengan kata lain, kesurupan adalah respons psikologis terhadap tekanan lingkungan dan ekspektasi budaya.
Selain itu, pendiri Hypnosis Motivation Institute, Dr. John Kappas juga menegaskan bahwa hipnosis dan sugesti dapat menjadi kunci dalam memahami dan menangani fenomena kesurupan. Melalui hipnosis, individu dapat diajak masuk ke kondisi trance, yang secara neurofisiologis mirip dengan kesurupan.
Selain itu, riset neuroscience terbaru menunjukkan bahwa gelombang otak theta—gelombang yang biasa muncul saat meditasi atau tidur ringan—berperan besar dalam trance dan kesurupan. Aktivitas gelombang theta ini memungkinkan seseorang mengalami perubahan persepsi dan kesadaran yang mendalam.
Faktor psikologis lain seperti stres tinggi, kepercayaan budaya yang kuat terhadap roh atau kekuatan gaib, dan tingkat sugestibilitas individu juga berperan penting dalam meningkatkan kemungkinan terjadinya kesurupan.