Apa Itu Romantis? Perilaku Baru Kelas Menengah Setelah Viral Rojali dan Rohana

Ilustrasi romantis (rombongan minta diskon)
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Dalam beberapa tahun terakhir, tren perilaku konsumen di Indonesia mengalami pergeseran yang menarik. Setelah kemunculan istilah rojali (rombongan jarang beli) dan rohana (rombongan hanya nanya-nanya), kini muncul fenomena baru bernama romantis atau rombongan minta diskon.

Ancaman PHK Mengintai, Ini 5 Cara agar Kelas Menengah Tetap Aman Secara Finansial

Istilah romantis menggambarkan kelompok konsumen, khususnya dari kalangan kelas menengah yang semakin gemar meminta potongan harga dalam setiap transaksi. Fenomena ini tidak hanya terjadi di pasar tradisional, tetapi juga di pusat perbelanjaan modern, toko ritel, bahkan platform e-commerce.

Konsumen yang termasuk kategori Romantis cenderung mencari berbagai cara untuk mendapatkan harga terbaik. Baik melalui promo, kode voucher, hingga negosiasi langsung.

Latar Belakang Munculnya Romantis

Dilema Kelas Menengah: Gaji Naik tapi Kok Tabungan Gak Nambah, Kenapa?

Munculnya Romantis tak lepas dari perubahan kondisi ekonomi dan perilaku belanja masyarakat pasca tren Rojali dan Rohana. Rojali memperkenalkan kebiasaan berburu barang dengan sistem lelang demi harga miring, sedangkan Rohana merefleksikan perilaku konsumen yang cenderung menunda atau menahan belanja demi mendapatkan momen promo yang tepat.

Setelah kedua tren tersebut populer, kelas menengah Indonesia mulai semakin terlatih dalam strategi mencari harga hemat. Romantis menjadi kelanjutan dari tren tersebut, dengan fokus pada permintaan diskon langsung sebagai bagian dari interaksi antara pembeli dan penjual.

Ciri-Ciri Konsumen Romantis

Awas, Kelas Menengah Rentan Miskin! Ini Cara Bertahan di Tengah Kenaikan Biaya Hidup

Konsumen yang masuk kategori Romantis memiliki beberapa ciri khas antara lain:

  1. Aktif Bertanya Potongan Harga
    Kaum romantis tidak segan menanyakan apakah ada diskon khusus, bahkan untuk produk yang tidak sedang promo.
  2. Memanfaatkan Promo Silang
    Kalangan romantis menggabungkan berbagai penawaran, seperti promo kartu kredit dan cashback e-wallet, untuk memperoleh potongan harga maksimal.
  3. Negosiasi Personal
    Baik di toko fisik maupun online, romantis kerap menghubungi penjual untuk meminta harga spesial.
  4. Sensitif terhadap Harga
    Perubahan harga sedikit saja bisa mempengaruhi keputusan belanja mereka.

Dampak terhadap Pasar dan Penjual

Bagi pelaku usaha, konsumen Romantis membawa dua sisi. Di satu sisi, mereka adalah pembeli potensial yang bisa meningkatkan volume penjualan jika diberi tawaran menarik. Di sisi lain, kebiasaan meminta diskon secara konsisten dapat menekan margin keuntungan.

Hal ini membuat banyak pelaku usaha mulai menerapkan strategi harga yang fleksibel, seperti memberikan potongan untuk pembelian dalam jumlah tertentu atau menawarkan diskon loyalitas bagi pelanggan setia.

Perubahan Pola Konsumsi Kelas Menengah

Romantis menjadi salah satu indikator bahwa kelas menengah Indonesia semakin rasional dalam berbelanja. Jika dulu gengsi sering mengalahkan pertimbangan harga, kini banyak konsumen yang lebih bangga mendapatkan harga miring untuk produk yang sama.

Fenomena ini juga menunjukkan bahwa daya beli bukan sekadar soal kemampuan finansial, melainkan keterampilan memaksimalkan nilai uang. Kelas menengah kini tidak hanya mencari barang yang berkualitas, tetapi juga memastikan mereka membelinya dengan harga yang dianggap paling adil.

Fenomena romantis menggambarkan dinamika baru perilaku konsumen Indonesia di tengah perubahan ekonomi. Setelah era Rojali dan Rohana, Romantis menjadi tren lanjutan yang menegaskan bahwa kesadaran harga semakin melekat pada identitas belanja kelas menengah.

Bagi pelaku usaha, memahami pola pikir Romantis bukan hanya membantu dalam menyusun strategi pemasaran, tetapi juga menjadi kunci untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan konsumen yang semakin cerdas dalam mengatur pengeluaran.