Tetap Makan Dessert Malah Terbukti Ampuh Saat Diet, Kok Bisa?

Ilustrasi Dessert
Sumber :
  • AI

LifestyleBanyak orang yang sedang berusaha menurunkan berat badan sering kesulitan mengendalikan keinginannya untuk makan makanan manis atau gurih. Biasanya, mereka disarankan untuk mengurangi gula dan menjauhi makanan yang dianggap ’dosa’. Tapi penelitian terbaru justru menyarankan hal sebaliknya, memuaskan keinginan makan (cravings) dalam porsi wajar bisa jadi kunci sukses diet jangka panjang.

Hal ini terungkap dari sebuah studi oleh University of Illinois Urbana-Champaign, studi itu menemukan bahwa menyertakan makanan yang diidamkan dalam menu sehari-hari misalnya dessert bisa membantu mengurangi keinginan makan berlebih dan mendukung penurunan berat badan.

“Banyak orang yang punya masalah besar dengan keinginan makan. Kalau cravings terlalu kuat, sangat sulit untuk menurunkan berat badan. Bahkan ketika mereka berhasil menahan diri dan turun berat badan, kalau cravings kembali, berat itu bisa naik lagi,” kata Profesor nutrisi Manabu T. Nakamura seperti dikutip dari laman Times of India, Selasa 16 September 2025.

Dalam uji klinis tersebut, diikuti oleh peserta berusia 18-75 tahun dengan riwayat obesitas dan hipertensi serta diabete selama satu tahun. Selama satu tahun itu, mereka juga mengikuti 22 sesi edukasi gizi secara online termasuk strategi mengendalikan keinginan makan dengan cara yang disebut inclusion strategy yakni strategi mengonsumsi makanan favorit dalam porsi kecil sebagai bagian dari menu seimbang.

Hasilinya, peserta yang memasukkan makanan favoritnya ke dalam pola makan seimbang justru berhasil menurunkan lebih banyak berat badan dalam program diet selama 12 bulan, dan rasa ingin makannya tetap rendah hingga setahun setelahnya.

”Kalau makan dan ngemil sembarangan, sangat sulit mengontrol diri. Banyak program diet yang melarang makanan tertentu, tapi strategi kami justru memasukkan porsi kecil makanan yang diidamkan ke dalam pola makan sehat,” kata Nakamura.

Dalam studi ini, para peserta juga diminta mengisi survei soal makanan apa saja yang paling mereka idamkan, seperti gorengan, fast food, kue, biskuit, hingga pancake. Mereka menilai seberapa sering dan seberapa kuat rasa ingin makan itu muncul. Selain itu, setiap hari mereka juga menimbang berat badan menggunakan timbangan digital yang langsung mengirimkan data ke peneliti.

Hasilnya, dari 30 peserta awal, 24 orang berhasil bertahan selama 12 bulan dengan rata-rata penurunan berat badan 7,9%. Pada tahun kedua (fase mempertahankan berat), 20 orang berhasil menyelesaikan program dengan rata-rata penurunan tetap di 6,7%.

Menariknya, peserta yang berhasil menurunkan lebih dari 5% berat badannya juga mengalami penurunan signifikan dalam hal intensitas dan frekuensi cravings, terutama terhadap makanan manis dan karbohidrat. Peneliti menemukan bahwa rendahnya cravings ini lebih berkaitan dengan berkurangnya lemak tubuh, bukan semata karena diet ketat.

“Temuan ini membantah teori lama tentang ‘sel lemak kelaparan’ yang katanya membuat orang selalu ingin makan dan akhirnya kembali gemuk. Faktanya, selama berat badan tetap sehat, keinginan makan akan tetap rendah,” kata dia.

Lebih dari setengah peserta mengaku menerapkan inclusion strategy untuk mengendalikan cravings. Ada yang makan makanan favoritnya setiap hari (1–3 kali), ada juga yang hanya seminggu sekali. Menariknya, kelompok yang memakai strategi ini justru lebih sukses menurunkan berat badan dan lebih jarang tergoda makanan manis maupun berlemak.

“Konsistensi adalah kunci lain dalam mengendalikan keinginan makan dan berat badan. Banyak orang percaya harus punya tekad super kuat untuk melawan godaan, padahal bukan itu masalahnya. Justru pola makan yang tidak konsisten,jam makan berubah-ubah atau porsi tidak teratur yang memicu cravings. Jadi yang penting adalah konsisten,” kata dia.