5 Pantangan Jawa untuk Ibu Hamil yang Sebenarnya Hanya Mitos
- Freepik
Lifestyle – Kehamilan merupakan momen istimewa yang sering kali diiringi oleh berbagai tradisi dan kepercayaan budaya, termasuk dalam masyarakat Jawa. Dalam budaya Jawa, terdapat sejumlah pantangan yang diyakini harus dipatuhi oleh ibu hamil untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.
Namun, tidak semua pantangan ini memiliki dasar ilmiah. Sebagian di antaranya hanyalah mitos yang berkembang secara turun-temurun.
Artikel ini akan mengulas lima pantangan Jawa untuk ibu hamil yang ternyata hanya mitos, disertai penjelasan ilmiah untuk memberikan wawasan yang lebih jelas bagi para calon ibu.
1. Dilarang Duduk di Depan Pintu
Salah satu pantangan yang umum di masyarakat Jawa adalah larangan bagi ibu hamil untuk duduk di depan pintu. Menurut kepercayaan, tindakan ini dapat menyebabkan proses persalinan menjadi sulit dan menyakitkan karena pintu dianggap sebagai jalur keluar-masuk energi.
Namun, dari sudut pandang medis, tidak ada hubungan antara posisi duduk ibu hamil di depan pintu dengan kelancaran proses persalinan. Kesulitan persalinan lebih dipengaruhi oleh faktor seperti posisi janin, kesehatan ibu, atau komplikasi kehamilan.
Meski begitu, pantangan ini mungkin berasal dari kearifan lokal untuk mendorong ibu hamil menghindari posisi yang tidak nyaman atau tempat yang ramai dilalui orang, sehingga mengurangi risiko stres atau gangguan fisik.
2. Tidak Boleh Membunuh Hewan
Pantangan lain yang sering dipegang teguh adalah larangan bagi ibu hamil atau suaminya untuk membunuh hewan. Kepercayaan ini menyebutkan bahwa tindakan tersebut dapat menyebabkan janin lahir dengan cacat fisik atau mental, bahkan keguguran.
Secara ilmiah, tidak ada bukti yang mendukung korelasi antara membunuh hewan dengan kesehatan janin. Namun, pantangan ini mungkin memiliki makna simbolis, yaitu untuk menghindari stres atau aktivitas berat yang bisa berisiko bagi ibu hamil, seperti mengejar atau mengangkat hewan.
Selain itu, pantangan ini juga mencerminkan nilai budaya Jawa yang menekankan harmoni dengan makhluk hidup dan lingkungan.
3. Dilarang Makan Pisang Dhempet
Pisang dhempet, yaitu pisang yang tumbuh menempel satu sama lain, dianggap tabu untuk dikonsumsi oleh ibu hamil karena diyakini dapat menyebabkan kelahiran bayi kembar siam. Faktanya, kembar siam adalah kondisi medis langka yang disebabkan oleh pembelahan sel telur yang tidak sempurna, bukan karena konsumsi makanan tertentu.
Pisang, termasuk pisang dhempet, justru kaya akan nutrisi seperti kalium dan vitamin B6 yang bermanfaat bagi ibu hamil. Pantangan ini kemungkinan besar muncul sebagai bentuk kiasan untuk menanamkan kehati-hatian dalam menjaga kehamilan, tetapi tidak memiliki dasar ilmiah.
4. Tidak Boleh Menggaruk Perut atau Bokong
Banyak ibu hamil Jawa dilarang menggaruk perut atau bokong yang gatal karena dipercaya dapat menyebabkan kulit bayi lebam atau bercak. Secara medis, gatal pada perut selama kehamilan adalah hal yang wajar, sering kali disebabkan oleh peregangan kulit atau perubahan hormon.
Menggaruk dengan lembut tidak akan memengaruhi kondisi kulit janin, yang terlindungi oleh cairan ketuban dan lapisan kulit ibu. Namun, pantangan ini mungkin bertujuan untuk mencegah ibu hamil menggaruk terlalu keras, yang dapat menyebabkan iritasi kulit atau infeksi. Untuk mengatasi gatal, ibu hamil disarankan menggunakan pelembap atau berkonsultasi dengan dokter.
5. Dilarang Membatin atau Memikirkan Hal Buruk
Dalam budaya Jawa, ibu hamil dilarang "membatin" atau memikirkan keburukan orang lain, seperti cacat fisik atau sifat buruk, karena dipercaya dapat memengaruhi karakter atau penampilan bayi.
Secara ilmiah, pikiran ibu tidak memiliki pengaruh langsung pada fisik atau kepribadian janin, yang lebih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan selama kehamilan.
Namun, menjaga kesehatan mental ibu hamil memang penting, karena stres berlebihan dapat memengaruhi produksi hormon seperti kortisol, yang berpotensi mengganggu perkembangan janin.
Dengan demikian, pantangan ini sebenarnya memiliki nilai positif untuk mendorong ibu hamil berpikir positif dan menjaga keseimbangan emosional.