Cara Memberitahukan Anak Tentang Kematian Ibu, Panduan Berdasarkan Usia dan Dukungan Profesional

Ilustrasi anak berduka
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Komedian yang juga presenter kenamaan Mpok Alpa meninggal dunia hari ini. Mpok Alpa meninggal di usia yang ke-38 tahun usai berjuang melawan kankernya. 

Mpok Alpa Meninggal Setelah Melawan Kanker, Bagaimana Gejala Kanker?

Mpok Alpa sendiri meninggalkan empat orang anak, yang mana dua orang anaknya Sherly yang berusia remaja dan Alfatih yang berusia 9 tahun dari pernikahan pertamanya. Serta dua anak kembarnya yang berusia 9 bulan bernama Raffi Ahmad Darmadina dan Raffa Ahmad Darmadina. Sherly sendiri terlihat menangis hingga dibopong tetangganya saat jenazah ibunya tiba di rumah duka. 

Menghadapi kenyataan bahwa seorang ibu telah meninggal dunia adalah pengalaman yang sangat berat, terutama bagi anak-anak yang harus menerima kehilangan tersebut. Penting bagi orang dewasa untuk menyampaikan berita ini dengan cara yang sensitif, jujur, dan sesuai dengan usia anak.

Mpok Alpa Beri ASI Eksklusif Saat Kanker, Bagaimana Dampaknya Pada Anak?

Artikel ini menyajikan panduan praktis berdasarkan usia anak dan dukungan profesional yang dapat membantu proses ini.

Menurut Child Bereavement UK, penting untuk menggunakan bahasa yang jelas dan langsung saat memberitahu anak tentang kematian seseorang. Menghindari eufemisme seperti pergi tidur atau hilang dapat mencegah kebingungan pada anak-anak. Sebagai contoh, gunakan kalimat seperti, "Ibu sudah meninggal dunia karena tubuhnya berhenti bekerja."

Mpok Alpa Berjuang Lawan Kanker Saat Hamil, Bisakah Menurun ke Anak?

Selain itu, menunjukkan emosi secara sehat juga penting. Anak-anak perlu tahu bahwa merasa sedih adalah hal yang wajar. Memberikan ruang bagi mereka untuk bertanya dan mengekspresikan perasaan mereka juga sangat dianjurkan.

Panduan Berdasarkan Usia Anak

1. Balita (Usia 2–5 Tahun)

Pada usia ini, anak-anak mungkin tidak sepenuhnya memahami konsep kematian. Namun, mereka dapat merasakan perubahan dalam lingkungan sekitar mereka. Gunakan kalimat sederhana seperti, "Ibu sudah tidak ada lagi karena tubuhnya berhenti bekerja." Hindari penggunaan istilah yang dapat membingungkan, seperti "pergi tidur" atau "hilang."

2. Anak Usia Sekolah Dasar (Usia 6–12 Tahun)

Anak-anak pada usia ini mulai memahami bahwa kematian bersifat permanen. Jelaskan dengan detail yang sesuai usia, misalnya penyebab kematian jika diketahui. Sebagai contoh, "Ibu sakit parah dan meskipun dokter sudah berusaha, tubuhnya tidak bisa sembuh." Ajak mereka mengenang kenangan indah bersama ibu dan buat ritual peringatan sederhana.

3. Remaja (Usia 13–18 Tahun)

Remaja memiliki pemahaman yang lebih kompleks tentang kematian dan perasaan. Ajak mereka berdiskusi terbuka, dengarkan perasaan mereka, dan beri ruang untuk berekspresi. Pertimbangkan untuk mencari dukungan dari konselor atau psikolog jika diperlukan. 

Tindak Lanjut Setelah Menyampaikan Berita

Setelah memberitahu anak tentang kematian ibu, penting untuk memberikan dukungan berkelanjutan. Child Mind Institute menyarankan untuk menjaga rutinitas harian anak, karena hal ini dapat membantu mereka merasa aman dan stabil. Selain itu, dorong anak untuk mengekspresikan perasaan mereka melalui berbagai cara, seperti berbicara, menggambar, atau menulis.

Jika anak menunjukkan tanda-tanda kesulitan dalam mengatasi berduka, seperti perubahan perilaku yang signifikan atau kesulitan tidur, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional.

Peran Orang Dewasa dalam Mendukung Anak

Orang dewasa, seperti ayah, wali, atau anggota keluarga lainnya, memiliki peran penting dalam mendukung anak melalui proses berduka. Menurut Raising Children Network, penting untuk tetap terbuka dalam berkomunikasi, menunjukkan kasih sayang, dan memberikan rasa aman kepada anak. Selain itu, menjaga rutinitas dan melibatkan anak dalam kegiatan keluarga dapat membantu mereka merasa didukung.