5 Kondisi Menghambat Pemenuhan Gizi Anak, Bukan Hanya Stunting!

Ilustrasi anak suka sayur
Sumber :
  • Pixabay

Lifestyle – Di tengah gencarnya kampanye pencegahan stunting, sering kali kita lupa bahwa ada banyak faktor lain yang diam-diam dapat menghambat gizi anak. Beberapa di antaranya adalah penyakit yang tampak umum, bahkan kadang dianggap sepele. 

Gaji Habis untuk Jajan Makanan Viral? Ini Cara Atur Keuangan Biar Kantong Aman

Namun, jika tidak ditangani dengan benar, gangguan ini bisa menguras cadangan energi, mengganggu nafsu makan, hingga menurunkan kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisi. Akibatnya, pertumbuhan anak bisa terhamabat dan daya tahan tubuh ikut melemah.

Hal ini karena anak-anak berada pada fase pertumbuhan yang sangat membutuhkan asupan gizi seimbang setiap hari.  Saat tubuh harus berjuang melawan infeksi atau penyakit, kebutuhan energi justru meningkat sementara kemampuan makan dan menyerap nutrisi menurun. 

Penderita Hipertensi Hingga Paru-paru, Segini Tingkat Keparahannya JIka Terkena DBD

Oleh karena itu, penting bagi para orang tua memahami penyakit yang berisiko menghambat gizi anak menjadi sangat penting bagi orang tua. Selain stunting, berikut lima gangguan kesehatan yang dapat menghambat pemenuhan gizi si kecil.

1. Diare

Diare pada anak, terutama yang disebabkan infeksi saluran pencernaan, dapat mengakibatkan hilangnya cairan dan elektrolit secara cepat. Lebih dari itu, dinding usus yang meradang akan kesulitan menyerap nutrisi dari makanan. 

Salah Kaprah, 70 Persen Luka di Kaki yang Tak Kunjung Sembuh Ternyata Bukan Diabetes

Bayi dan balita yang mengalami diare berulang berisiko mengalami malnutrisi jika tidak mendapat perawatan yang tepat. Pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan makanan, memastikan air minum yang dikonsumsi aman, serta mengajarkan anak mencuci tangan dengan benar.

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

DBD tidak hanya berbahaya karena risiko perdarahan, tetapi juga karena dapat menyebabkan anak kehilangan nafsu makan secara drastis. Kondisi demam tinggi membuat tubuh lebih cepat kehilangan cairan, sehingga anak mudah dehidrasi. 

Asupan gizi pun terganggu karena mereka cenderung menolak makan. Orang tua perlu memastikan anak tetap mendapat cairan, seperti air putih atau oralit, dan memberikan makanan bergizi dalam porsi kecil namun sering. 

Pencegahan utama adalah menjaga kebersihan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk melalui metode 3M Plus, yaitu Menguras, Menutup, dan Mengubur barang bekas yang bisa menampung air ditambah dengan langkah-langkah tambahan (Plus) untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk.

Upaya pencegahan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga memerlukan gerakan kolektif. Salah satunya telah dilakukan oleh PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat melalui Integrated Terminal (IT) Balongan menggelar kegiatan GARBATERA (Gerakan Balongan Sehat dan Sejahtera) di  Desa Balongan, Kabupaten Indramayu pada 29 Juli 2025.

Perusahaan mengadakan kegiatan edukasi pencegahan DBD bagi 30 kader Posyandu setempat bertema Satu Niat, Sejuta Manfaat: Ayo Cegah DBD dari Rumah!.  Kegiatan ini disertai penyerahan bantuan alat fogging kepada pemerintah desa sebagai langkah konkret pengendalian nyamuk penyebab DBD.

Kepala Puskesmas Kecamatan Balongan, dr. Nova Natalia, mengapresiasi inisiatif Pertamina mengingat Balongan menempati posisi kedua tertinggi kasus DBD di Kabupaten Indramayu hingga pertengahan 2025. dr Nova menyampaikan, edukasi yang diterima kader Posyandu diharapkan dapat diterapkan dan disosialisasikan kepada masyarakat luas.

3. Kurangnya Asupan Makanan Bergizi

Pola makan yang tidak seimbang, misalnya dominan karbohidrat namun minim protein, sayur, dan buah. Ini dapat menghambat pembentukan sel, jaringan, dan enzim penting dalam tubuh anak. 

Gizi yang tidak lengkap akan membuat daya tahan tubuh lemah, sehingga anak lebih mudah sakit. Untuk mencegahnya, biasakan anak mengonsumsi makanan beragam, mulai dari sumber protein hewani dan nabati, sayuran berwarna, buah segar, hingga sumber lemak sehat seperti ikan atau kacang-kacangan.

Program GARBATERA yang diiniisiasi oleh Pertamina juga akan melakukan penguatan gizi anak melalui pembagian makanan tambahan (PMT) pada 11–16 Agustus 2025. Sebanyak 400 balita dan ibu hamil di enam Posyandu menerima susu, pisang, telur puyuh, dan bakso ayam olahan UMKM lokal. 

Kuwu Desa Balongan, Radi bin Tjasmad, menyebut langkah yang dilakukan Pertamina memberi manfaat ganda, yakni memperbaiki nutrisi anak-anak sehingga angka gizi buruk bisa ditekan. Selian itu, memberdayakan masyarakat karena makanan yang akan dibagikan ke posyandu-posyandu diolah oleh warga desa. 

Area Manager Communication, Relations & CSR Regional JBB, Susanto August Satria, menyampaikan sinergi lintas sektor dan pendekatan berbasis masyarakat dalam pencegahan DBD dan perbaikan gizi memperkuat upaya perusahaan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh. Ia menegaskan, program ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-3 untuk menjamin kehidupan sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua usia.

4. Infeksi Saluran Pernapasan

Penyakit seperti flu, batuk berkepanjangan, hingga pneumonia bisa menguras energi tubuh anak. Saat bernapas pun mereka memerlukan tenaga ekstra, sehingga kebutuhan energi meningkat.

Hidung tersumbat atau nyeri saat batuk sering kali membuat anak enggan makan. Perawatan yang cepat sangat penting, disertai pemberian makanan hangat bergizi, cairan yang cukup, dan istirahat memadai. Ventilasi rumah yang baik dan kebiasaan mencuci tangan menjadi kunci pencegahan.

5. Masalah Gigi dan Mulut

Karies gigi, gusi bengkak, atau sariawan sering membuat anak kesulitan mengunyah dan menelan makanan. Akibatnya, asupan gizi harian menurun. Padahal, gizi yang kurang dapat memperburuk kesehatan mulut itu sendiri. Mengajarkan kebiasaan menyikat gigi sejak dini, membatasi konsumsi gula, dan rutin memeriksakan gigi ke dokter adalah langkah penting untuk mencegah masalah ini.

Gizi anak tidak hanya bergantung pada jumlah makanan yang masuk, tetapi juga pada kesehatan tubuh secara menyeluruh. Penyakit seperti diare, DBD, infeksi saluran pernapasan, hingga masalah gigi bisa secara diam-diam menghambat penyerapan nutrisi. Dengan langkah pencegahan yang tepat, pertumbuhan anak dapat terjaga optimal.