Bagaimana Menghadapi Anak yang Malas Belajar Saat Orang Tua Bekerja Penuh Waktu
- Pexels
Lifestyle –Di era modern, banyak orang tua harus bekerja penuh waktu. Tuntutan pekerjaan sering membuat waktu untuk menemani anak belajar menjadi terbatas.
Akibatnya, ketika anak menunjukkan tanda-tanda malas belajar misalnya menunda mengerjakan PR, kehilangan minat membaca, atau mengeluh saat diminta belajar orang tua merasa bingung harus berbuat apa.
Kabar baiknya, keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak tidak selalu berarti duduk berjam-jam menemani belajar. Bahkan, menurut riset, kualitas interaksi jauh lebih penting daripada durasinya.
Profesor psikologi perkembangan di Harvard Graduate School of Education, Dr. Nancy E. Hill, menekankan pentingnya academic socialization. Ia menjelaskan bahwa keterlibatan orang tua yang paling berdampak bukan sekadar mengawasi tugas sekolah, tetapi berdiskusi tentang pentingnya pendidikan, tujuan masa depan, dan relevansi pelajaran dengan kehidupan nyata.
“Keterlibatan orang tua melalui diskusi tentang tujuan akademik dan nilai pendidikan memiliki pengaruh jangka panjang pada motivasi dan pencapaian anak,” kata dia dalam penelitiannya yang dikutip dari Harvard Graduate School of Education.
Artinya, meski orang tua sibuk, komunikasi yang membangun arah dan tujuan belajar anak bisa menjadi kunci untuk memerangi kemalasan belajar.
Masalah Utama: Waktu Minim vs. Keterlibatan Maksimal
Orang tua bekerja sering merasa bersalah karena tidak bisa memantau anak sepanjang waktu. Namun, riset menunjukkan bahwa bahkan interaksi singkat jika dilakukan secara konsisten dan bermakna dapat menumbuhkan motivasi belajar.
Kuncinya adalah memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin, bukan menunggu waktu luang panjang yang jarang terjadi.
Strategi Praktis untuk Orang Tua Sibuk
1. Terapkan SMART Academic Socialization
Gunakan momen singkat saat sarapan, perjalanan ke sekolah, atau menjelang tidur untuk berbicara tentang apa yang anak pelajari hari itu. Tanyakan pendapatnya, hubungkan dengan cita-cita, atau diskusikan manfaatnya di masa depan.
Contoh: “Kamu belajar IPA tentang ekosistem? Kalau kamu jadi arsitek nanti, pengetahuan ini bisa berguna untuk membuat desain ramah lingkungan.”
2. Quality Time Mini yang Bermakna
Sebuah studi di Frontiers in Psychology menunjukkan bahwa interaksi edukatif singkat antara orang tua dan anak dapat meningkatkan motivasi serta kesejahteraan anak.
Bahkan lima menit membaca bersama atau berdiskusi soal satu topik menarik sudah dapat meninggalkan kesan positif. Kuncinya adalah fokus penuh, tanpa gangguan gadget atau pekerjaan.
3. Fasilitasi Lingkungan Belajar yang Mendukung
Anak akan lebih mudah belajar jika ruang belajarnya nyaman. Pastikan pencahayaan cukup, bebas dari gangguan televisi, dan memiliki perlengkapan yang lengkap.
Untuk orang tua sibuk, sediakan kalender tugas atau planner di meja belajar anak. Dengan begitu, anak belajar mengatur jadwalnya sendiri tanpa harus terus diingatkan.
4. Apresiasi Usaha, Bukan Hanya Hasil
Penelitian tentang growth mindset menunjukkan bahwa memuji usaha anak lebih efektif untuk membangun motivasi dibandingkan hanya memuji hasil.
Alih-alih berkata, “Kamu pintar sekali,” cobalah mengatakan, “Kamu sudah bekerja keras memahami pelajaran ini, itu hebat.” Ini akan membuat anak lebih menghargai proses belajar dan tidak takut gagal.
5. Libatkan Minat Anak dalam Belajar
Kalau anak suka menggambar, gunakan gambar untuk menjelaskan pelajaran matematika. Kalau ia suka musik, hubungkan ritme lagu dengan konsep matematika atau bahasa. Dengan menggabungkan hobi ke dalam pelajaran, belajar terasa lebih relevan dan menyenangkan.
6. Bangun Kerja Sama dengan Guru
Meskipun tidak selalu hadir di sekolah, orang tua bisa tetap terlibat dengan memanfaatkan grup WhatsApp atau email untuk berkomunikasi dengan guru. Tanyakan perkembangan anak, kendala yang dihadapi, dan saran guru untuk membantu belajar di rumah.
7. Jaga Kesejahteraan Diri Orang Tua
Keseimbangan emosional orang tua sangat memengaruhi kualitas interaksi dengan anak. Menurut studi di Springer, orang tua yang kelelahan emosional cenderung kurang sabar dan kurang mampu memotivasi anak.
Luangkan waktu untuk istirahat, olahraga ringan, atau sekadar melakukan hobi. Orang tua yang sehat fisik dan mental lebih mampu memberi dukungan positif bagi anak.