Cara Jennifer Bachdim Jadi Ibu ‘Strict’ Tanpa Babysitter, Ajari Anak Mandiri
- Instagram/jenniferbachdim
Lifestyle –Menjadi ibu dari empat anak tanpa bantuan babysitter adalah tantangan besar, tetapi Jennifer Bachdim, istri dari pesepakbola Irfan Bachdim, berhasil melakukannya dengan pendekatan parenting yang tegas namun penuh kasih. Dikenal sebagai ibu yang "strict," Jennifer menerapkan aturan ketat untuk mengajarkan kemandirian kepada anak-anaknya sejak usia dini.
Pendekatan ini tidak hanya efektif dalam membentuk karakter anak, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang tua di Indonesia. Bagaimana Jennifer menjalankan peran ini, dan apa strategi yang ia gunakan untuk mendidik anak-anaknya?
Filosofi Parenting Tegas Jennifer
Jennifer percaya bahwa kemandirian adalah keterampilan hidup yang harus diajarkan sejak dini. Dalam wawancara terbaru, ia menjelaskan bahwa keputusannya untuk tidak menggunakan babysitter berasal dari keinginannya untuk menjadi panutan langsung bagi anak-anaknya. "Saya ingin anak-anak melihat bahwa saya bisa melakukan semuanya sendiri, sehingga mereka belajar bahwa mereka juga bisa," katanya.
Pendekatan ini mencerminkan gaya parenting otoritatif, di mana aturan yang jelas dipadukan dengan kasih sayang dan komunikasi terbuka.
Salah satu strategi utama Jennifer adalah menetapkan rutinitas harian yang konsisten. Anak-anaknya, yang berusia antara 4 hingga 12 tahun, memiliki jadwal untuk bangun pagi, membantu pekerjaan rumah tangga, dan menyelesaikan tugas sekolah. Misalnya, anak-anak diajarkan untuk membereskan tempat tidur mereka sendiri dan membantu menyiapkan sarapan sederhana, seperti membuat roti lapis.
Mengajarkan Kemandirian melalui Tugas Rumah
Jennifer memperkenalkan tugas-tugas rumah tangga yang sesuai dengan usia anak-anaknya. Anak tertuanya, Kiyomi, bertanggung jawab untuk mencuci piring sederhana, sementara anak yang lebih muda, Kenji, belajar melipat pakaian. Tugas-tugas ini tidak hanya membantu meringankan beban Jennifer, tetapi juga mengajarkan anak-anak tentang tanggung jawab dan kerja keras.
Selain itu, Jennifer juga menerapkan sistem penghargaan untuk memotivasi anak-anak. Alih-alih memberikan hadiah material, ia menggunakan pujian dan waktu berkualitas bersama sebagai bentuk penghargaan. Misalnya, anak-anak yang menyelesaikan tugas mereka tepat waktu diizinkan memilih aktivitas keluarga, seperti piknik atau menonton film bersama.
Mengelola Disiplin Tanpa Babysitter
Tanpa bantuan babysitter, Jennifer harus kreatif dalam mengelola disiplin. Ia menggunakan pendekatan "konsekuensi logis," di mana anak-anak belajar bahwa setiap tindakan memiliki akibat. Misalnya, jika anak-anak tidak membereskan mainan mereka, mereka tidak diizinkan bermain dengan mainan tersebut keesokan harinya. Pendekatan ini membantu anak-anak memahami hubungan sebab-akibat tanpa merasa dihukum secara berlebihan.
Jennifer juga menekankan pentingnya komunikasi. Ia sering mengadakan "rapat keluarga" mingguan, di mana anak-anak dapat menyampaikan pendapat atau keluhan mereka. Hal ini menciptakan lingkungan yang terbuka, di mana anak-anak merasa dihargai, tetapi tetap memahami batasan yang ditetapkan.
Tantangan dan Solusi
Meskipun pendekatan ini efektif, Jennifer mengakui bahwa ada hari-hari ketika ia merasa kewalahan. Untuk mengatasi ini, ia memanfaatkan dukungan dari suaminya, Irfan, yang juga aktif terlibat dalam pengasuhan. Mereka berbagi tugas, seperti mengantar anak-anak ke sekolah atau menghadiri acara ekstrakurikuler. Selain itu, Jennifer juga mengajarkan anak-anaknya untuk saling membantu, sehingga mereka belajar bekerja sebagai tim.
Pendekatan Jennifer menunjukkan bahwa parenting yang tegas tidak harus kaku atau otoriter. Dengan menggabungkan aturan yang jelas, kasih sayang, dan komunikasi, ia berhasil membesarkan anak-anak yang mandiri dan bertanggung jawab, bahkan tanpa bantuan babysitter.