7 Cara Ampuh Atasi Anak GTM, Harus Segera Dicoba!
- Freepik
Lifestyle –Gerakan Tutup Mulut (GTM) merupakan kondisi umum yang terjadi pada anak, terutama pada usia balita, di mana anak secara tiba-tiba menolak makan atau bahkan menutup mulut rapat-rapat saat disodori makanan. Fenomena ini seringkali membuat orang tua merasa panik, cemas, dan frustrasi, terlebih ketika penolakan makan berlangsung selama beberapa hari dan memengaruhi asupan nutrisi anak. Padahal, GTM merupakan bagian dari fase perkembangan anak yang normal, terutama saat mereka mulai menunjukkan kemandirian, termasuk dalam memilih makanan.
Jika tidak ditangani dengan pendekatan yang tepat, GTM dapat berdampak pada status gizi anak dan berisiko memunculkan trauma makan jangka panjang. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memahami penyebab GTM dan menerapkan strategi yang tepat, tidak dengan paksaan atau iming-iming, tetapi melalui pendekatan yang empatik, kreatif, dan konsisten.
Berikut ini adalah tujuh cara ampuh yang terbukti efektif dalam membantu anak mengatasi fase GTM secara sehat dan menyenangkan.
1. Sajikan Makanan dalam Porsi Kecil
Salah satu kesalahan umum yang kerap dilakukan orang tua saat menghadapi GTM adalah menyajikan makanan dalam porsi besar dengan harapan anak akan makan lebih banyak. Padahal, porsi besar dapat memunculkan rasa tertekan pada anak. Menyajikan makanan dalam jumlah kecil namun bervariasi justru lebih efektif karena membuat anak merasa tidak terpaksa dan lebih bebas dalam menentukan apakah ia ingin makan atau tidak.
Metode ini juga memberikan ruang bagi anak untuk belajar mengenali rasa lapar dan kenyang mereka sendiri. Jika anak merasa nyaman, mereka akan lebih terbuka untuk mencoba makanan yang diberikan, dan perlahan akan meningkatkan jumlah konsumsi makanannya secara alami.
2. Kreasikan Menu dengan Bentuk Menarik
Tampilan makanan yang menarik secara visual terbukti dapat meningkatkan selera makan anak. Orang tua dapat mengolah makanan menjadi bentuk-bentuk lucu seperti karakter hewan, bunga, atau tokoh kartun favorit anak. Gunakan aneka warna alami dari sayuran, buah, dan bahan makanan lain untuk menciptakan tampilan yang cerah dan menggoda.
Selain bentuk, variasi tekstur juga perlu diperhatikan. Sebagian anak mungkin menolak makanan tertentu karena teksturnya terlalu lembut atau keras. Eksplorasi dalam bentuk finger food, makanan kering, maupun makanan berkuah dapat membantu anak menemukan preferensinya.
3. Libatkan Anak dalam Proses Menyiapkan Makanan
Mengajak anak ikut serta dalam proses menyiapkan makanan menjadi salah satu strategi yang semakin banyak diterapkan orang tua modern. Aktivitas sederhana seperti mencuci sayuran, mengaduk adonan, atau membantu menata meja makan bisa menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap makanan yang akan disantap.
Ketika anak merasa terlibat dalam proses tersebut, mereka cenderung memiliki ketertarikan lebih tinggi untuk mencoba makanan hasil "karyanya" sendiri. Ini juga menjadi kesempatan orang tua untuk mengenalkan bahan makanan dan proses memasak secara edukatif.
4. Ciptakan Suasana Makan yang Menyenangkan
Suasana makan yang kondusif memiliki peran penting dalam membentuk pengalaman makan yang positif. Hindari tekanan atau suasana tegang selama waktu makan. Ajak anak makan bersama keluarga dengan penuh canda dan komunikasi yang hangat. Makan bersama dapat menjadi momen kebersamaan yang menyenangkan sekaligus menjadi contoh bagi anak untuk meniru kebiasaan makan yang sehat.
Beberapa orang tua juga mencoba variasi lokasi makan, seperti piknik kecil di taman rumah atau makan di balkon. Variasi suasana ini bisa menambah keseruan dan membantu mengalihkan fokus anak dari penolakan makan.
5. Terapkan Jadwal Makan yang Konsisten
Anak membutuhkan rutinitas untuk membangun kebiasaan makan yang sehat. Buat jadwal makan yang konsisten, baik untuk makan utama maupun camilan sehat di antara waktu makan. Jadwal yang teratur membantu mengatur rasa lapar secara alami dan mencegah anak terlalu kenyang karena camilan sebelum waktu makan utama.
Pastikan anak tidak terlalu banyak mengonsumsi susu, jus, atau makanan ringan sebelum makan, karena bisa mengurangi nafsu makan mereka. Dengan perut yang cukup kosong, anak akan lebih siap menerima makanan utama.
6. Hindari Ancaman atau Janji Hadiah
Salah satu pendekatan yang kurang tepat dan masih banyak dilakukan orang tua adalah memberikan hadiah jika anak mau makan, atau mengancam jika anak menolak makan. Padahal, metode ini dapat menciptakan hubungan negatif antara anak dan makanan. Makan akan diasosiasikan dengan kewajiban yang tidak menyenangkan atau dengan tekanan emosional.
Sebaliknya, penting untuk membangun suasana makan sebagai aktivitas yang netral dan menyenangkan. Berikan apresiasi verbal ketika anak mencoba makanan baru, tanpa menjadikannya sebagai tekanan.
7. Konsultasi dengan Dokter atau Ahli Gizi
Jika GTM berlangsung lebih dari dua minggu dan disertai dengan penurunan berat badan atau gangguan tumbuh kembang, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi. GTM bisa menjadi tanda adanya masalah medis seperti gangguan pencernaan, sensitivitas makanan, atau kondisi psikologis tertentu.
Pemeriksaan menyeluruh dapat membantu orang tua memahami akar permasalahan dan mendapatkan panduan yang tepat untuk membantu anak melewati fase GTM secara sehat. Pendampingan profesional juga bisa memberikan rasa aman bagi orang tua dalam menjalani proses ini dengan lebih tenang.