Geger Ayam Goreng Widuran Tak Halal, Kenali Ciri-Ciri Makanan Berlemak Babi

Ilustrasi lemak babi
Sumber :
  • Pixabay/ Chris und Alisia Alpinger

Lifestyle –  Kasus heboh yang menimpa rumah makan legendaris Ayam Goreng Widuran di Solo belakangan ini menjadi pengingat keras bagi konsumen dan pelaku usaha akan pentingnya transparansi, terutama terkait isu kehalalan. Restoran yang telah berdiri sejak 1973 ini menjadi sorotan setelah terungkap bahwa kremesan untuk ayam gorengnya diolah menggunakan minyak babi, padahal selama ini tidak ada informasi jelas mengenai status non-halalnya.

Cara Memasak Opor Ayam dengan Rice Cooker, Praktis dan Anti Ribet!

Kejadian ini memicu keresahan, khususnya di kalangan masyarakat Muslim, yang selama puluhan tahun menyantap hidangan tersebut tanpa menyadari penggunaan bahan non-halal. Polemik Ayam Widuran ini semakin menggarisbawahi urgensi bagi konsumen untuk memahami ciri-ciri makanan yang diolah dengan minyak babi, terutama jika produk tersebut tidak memiliki label halal yang jelas.

Minyak Babi dalam Kuliner: Ciri Khas Menurut Pakar

5 Tips Menyimpan Opor agar Tahan Lama dan Tidak Cepat Basi hingga Berminggu-minggu

Minyak babi atau lard telah lama digunakan dalam berbagai tradisi kuliner dunia, dikenal karena kemampuannya memberikan karakteristik unik pada makanan. Menurut pakar kuliner, ada beberapa indikasi yang bisa diperhatikan:

Tekstur Sangat Renyah dan "Flaky":

Rahasia Bumbu Opor Agar Meresap Sempurna ke Daging, Wajib Tahu Sebelum Masak!

Salah satu ciri paling mencolok adalah tekstur makanan yang digoreng atau dipanggang dengan minyak babi akan terasa sangat renyah di luar, namun tetap lembut di dalam. Ini karena minyak babi memiliki titik asap yang tinggi, memungkinkan makanan matang sempurna dengan kerenyahan maksimal. Untuk produk pastry atau kue, minyak babi dapat menciptakan tekstur bersisik atau berlapis (flaky) yang khas dan sensasi "meleleh di mulut".

Rasa Gurih yang Kuat (Umami) dan Khas:

Meskipun minyak babi murni cenderung memiliki rasa netral, makanan yang diolah dengannya seringkali memiliki aroma khas daging babi yang lembut dan rasa gurih (umami) yang lebih kuat dan mendalam. Seperti diungkapkan oleh praktisi kuliner, kandungan asam glutamat dalam minyak babi yang tinggi dapat memberikan rasa gurih alami yang sulit ditiru oleh minyak nabati biasa. Jika Anda mencicipi hidangan dengan gurih yang tidak biasa atau sangat kaya, hal ini bisa menjadi salah satu indikasi.

Tampilan Agak Berminyak dan Mengkilap:

Secara visual, makanan yang digoreng atau dipanggang menggunakan minyak babi cenderung terlihat agak berminyak atau mengkilap. Kilau ini bisa menjadi petunjuk, terutama pada makanan kering atau keripik, meskipun tentu juga bergantung pada jumlah minyak yang digunakan.

Belajar dari Kasus Ayam Widuran: Pentingnya Transparansi

Kasus Ayam Goreng Widuran di Solo menjadi contoh nyata bagaimana ketidaktransparanan dalam penggunaan bahan baku dapat merugikan konsumen. Pihak restoran kini telah mencantumkan keterangan "NON-HALAL" pada kremesan mereka setelah viralnya kasus ini, dan warung pun ditutup sementara untuk asesmen lebih lanjut oleh pihak berwenang seperti BPOM dan Kemenag.

Kasus ini juga menyoroti fakta bahwa:

Penggunaan Minyak Babi di Bagian Kremesan: Karyawan Ayam Widuran mengakui bahwa kremesan yang dibalurkan pada ayam goreng digoreng menggunakan minyak babi, sementara ayam goreng itu sendiri diklaim menggunakan minyak goreng premium.

Ketiadaan Label Halal Resmi: Ketua MUI Solo menegaskan bahwa Ayam Goreng Widuran tidak pernah mengurus sertifikasi halal, dan penempelan klaim "halal" (jika ada di masa lalu) dilakukan tanpa sepengetahuan MUI.

Memicu Gugatan Hukum: Berbagai pihak, termasuk BPJPH, PBNU, dan Muhammadiyah, mendesak agar kasus ini diproses secara hukum karena dianggap merugikan konsumen dan berpotensi penipuan.

Lindungi Diri: Cek Label dan Waspadai Ciri Fisik

Bagi konsumen, terutama Muslim, kasus Ayam Widuran menjadi pelajaran berharga. Selain mengandalkan ciri-ciri fisik, aroma, dan rasa yang dijelaskan pakar kuliner, cara paling pasti untuk menghindari produk non-halal adalah dengan:

Memeriksa Logo Halal Resmi: Pastikan ada logo halal dari lembaga yang terpercaya (misalnya, BPJPH di Indonesia) pada kemasan produk atau di lokasi restoran.

Membaca Komposisi: Jika tidak ada logo halal, periksa daftar komposisi. Waspadai istilah seperti "lard", "animal fat", "pork fat", atau kode E tertentu (misalnya E471, E472) yang sering muncul pada produk impor.

Bertanya Langsung: Jika ragu, jangan segan bertanya kepada pelayan atau pengelola restoran mengenai bahan baku yang digunakan.

Kasus Ayam Widuran menegaskan bahwa kejujuran dan transparansi adalah kunci utama dalam industri kuliner. Konsumen memiliki hak untuk mengetahui apa yang mereka konsumsi, dan pelaku usaha memiliki kewajiban untuk menyediakan informasi yang akurat dan jelas.