Ingat Rasanya Sayur Babanci? Makanan Khas Betawi yang Hampir Punah
- Cookpad/wenny_must
Lifestyle –Di tengah pesatnya modernisasi kuliner di Jakarta, makanan tradisional Betawi seperti Sayur Babanci kini terancam punah. Kuliner yang juga dikenal sebagai Ketupat Babanci ini merupakan hidangan khas yang mencerminkan akulturasi budaya Betawi, Tionghoa, dan Arab, dengan cita rasa gurih, manis, dan asin yang unik.
Meskipun dinamakan "sayur," hidangan ini tidak mengandung sayuran, melainkan daging sapi dan kelapa muda yang disiram kuah santan kental beraroma rempah. Sulitnya menemukan bahan baku seperti kedaung, botor, dan temu mangga membuat Sayur Babanci jarang ditemui, kecuali pada perayaan hari besar seperti Idulfitri dan Iduladha.
Sayur Babanci berasal dari wilayah Betawi Tengah, seperti Kemayoran, Cempaka Putih, Tanah Abang, dan Kebon Sirih, yang pada masa kolonial Belanda dikenal sebagai Weltevreden dan Meester Cornelis. Nama "Babanci" memiliki beberapa interpretasi.
Menurut budayawan kuliner Bondan Winarno, nama ini mungkin merupakan akronim dari "Baba-Enci," panggilan Tionghoa untuk ayah dan ibu, menunjukkan pengaruh peranakan Tionghoa-Betawi. Alternatif lain menyebutkan akronim "Babeh-Encing," panggilan khas Betawi untuk ayah dan bibi.
Ada pula yang mengaitkan nama ini dengan sifat hidangan yang "kebanci-bancian," sulit diklasifikasikan sebagai gulai, soto, atau kare karena karakteristiknya yang unik. Hidangan ini dulunya dianggap mewah, hanya disajikan oleh keluarga Betawi kelas atas, seperti juragan atau tuan tanah, pada acara spesial seperti Lebaran atau hajatan.
Komposisi dan Cita Rasa Unik
Sayur Babanci disajikan dengan ketupat atau lontong, daging sapi (awalnya daging kepala sapi tanpa otak, lidah, atau hidung), dan serutan kelapa muda yang memberikan tekstur lembut dan manis alami. Kuahnya terdiri dari campuran santan, air kelapa, dan air bening, menghasilkan tekstur kental namun segar yang menyerupai gulai.