Jangan Sampai Otak "Busuk" di Era Digital! Simak Panduan Praktis Mencegah "Brain Rot"
- Pixabay/ Gerd Altmann
Lifestyle – Di tengah gelombang konten digital yang tak ada habisnya, muncul istilah yang semakin mengkhawatirkan: brain rot. Lebih dari sekadar lelucon internet, brain rot menggambarkan kondisi di mana paparan informasi berlebihan dan konsumsi media yang pasif dapat mengikis kemampuan berpikir kritis, daya ingat, dan fokus seseorang.
Waspada! Jika Anda sering merasa pikiran kosong setelah berjam-jam menatap layar, atau kesulitan memproses informasi kompleks, bisa jadi Anda sedang terperangkap dalam brain rot. Fenomena ini bukan lagi mitos, melainkan kondisi nyata yang mengancam ketajaman otak kita di era digital.
Anda pun harus menyadari, berapa jam sehari waktu yang dihabiskan untuk menatap layar? Mulai dari membuka media sosial, menonton video pendek, hingga bergulir tanpa tujuan di kolom komentar. Aktivitas ini, meski terlihat sepele, bisa perlahan menggerus kemampuan otak untuk fokus, berpikir kritis, dan mengingat informasi.
Ya, fenomena ini dikenal dengan brain rot atau pembusukan otak—yang ditetapkan oleh Oxford English Dictionary sebagai Word of the Year 2024—menggambarkan penurunan kemampuan berpikir dan daya ingat akibat konsumsi konten digital berlebihan dan tidak berkualitas. Masalah ini bukan hanya milik Gen Z dan Gen Alpha yang tumbuh bersama gadget, tetapi juga dialami orang dewasa yang tak lepas dari layar. Digital detox atau detoksifikasi digital —seperti membaca buku, bermain board game dan aneka aktivitas bersama di dalam rumah —bisa jadi solusi sederhana.
Dilansir dari laman Pusat Kesehatan Jiwa Nasional atau Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM), Psikolog Artika Mulyaning Tyas, S.Psi., M.Psi menjelaskan, “Untuk mencegah efek negatif dari brain rot, kita perlu bijak dalam mengelola penggunaan media sosial. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain membatasi waktu penggunaan media sosial maksimal 1 hingga 1,5 jam per hari, memilih konten yang berkualitas dari sumber terpercaya, melatih kemampuan berpikir kritis lewat membaca artikel atau berdiskusi secara mendalam, serta meningkatkan interaksi sosial secara langsung dengan keluarga dan teman.”
Momen libur sekolah dan cuti bersama di bulan Juni ini bisa menjadi titik awal yang tepat untuk membangun kebiasaan, untuk mencegah brain rot. Mari kita alokasikan waktu untuk kegiatan membaca dan menghabiskan waktu secara lebih berkualitas dengan keluarga atau orang terdekat. Berikut adalah lima tips yang bisa dimanfaatkan untuk mencegah brain rot.
1. Batasi Penggunaan Media Sosial Maksimal 1,5 Jam Sehari
Scrolling tanpa tujuan memang terasa menyenangkan, tapi dampaknya bisa serius. Artika menyarankan membatasi waktu bermain media sosial maksimal 1 hingga 1,5 jam per hari. Gunakan fitur pengingat waktu di ponsel untuk membantu. “Kita perlu bijak dalam mengelola penggunaan media sosial agar tidak terjebak dalam konsumsi konten yang merusak kemampuan berpikir,” kata Artika.
2. Pilih Konten yang Berkualitas dan Bermakna
Alih-alih konsumsi video pendek yang kurang substansi, coba isi waktu dengan konten edukatif, seperti artikel terpercaya, podcast, dokumenter, atau forum diskusi yang merangsang logika dan rasa ingin tahu.
3. Lakukan Aktivitas Offline yang Menstimulasi Otak
Detoksifikasi digital (digital detox) bukan sekadar menjauh dari gadget, tapi juga mengisi waktu dengan aktivitas yang membangkitkan kreativitas dan interaksi nyata. Nah, di momen liburan sekolah dan cuti bersama Juni ini, yuk manfaatkan waktu dengan lebih produktif! Dari hasil pengecekan ke berbagai platform belanja online, seperti Blibli ternyata menghadirkan berbagai pilihan produk untuk menstimulasi otak dan motorik di kategori mainan, buku & stationery, mulai dari buku bacaan anak dan dewasa, board game dan puzzle, hingga kartu Trading Card untuk memperkaya imajinasi, mainan edukatif dan seni, hingga perlengkapan journaling untuk menata pikiran.
Menariknya, untuk semakin memudahkan masyarakat memanfaatkan momen liburan secara lebih bermakna melalui aktivitas membaca dan bermain bersama keluarga, Blibli memiliki program Belanja Mainan dan Buku Berkualitas Pasti Untung (BUBU) – dengan penawaran cashback, diskon, dan voucher. Kalian bisa menemukan seleksi produk dari beragam toko online resmi atau official store dari merek yang memberikan jaminan pasti ori di Blibli seperti: Mizan, Periplus dan Gramedia. Atau, LEGO untuk permainan kreatif dan problem-solving, BNS Hype, untuk koleksi mainan dan hobi kekinian, dan Pokemon Trading Card, untuk permainan interaktif yang bisa melatih strategi dan memori.
Sebagai daya tarik pembelanja, ditaawarkan pula gratis ongkir, dan menawarkan berbagai opsi pembayaran termasuk Buy Now PayLater (BNPL) seperti Blibli Tiket PayLater. Apalagi, setiap transaksi pembelanjaan akan memperoleh poin Blibli Tiket Rewards yang dapat diakumulasi untuk jadi pemotong transaksi belanja di ekosistem Blibli Tiket.
4. Prioritaskan Tidur Berkualitas
Salah satu dampak dari screen time berlebihan adalah terganggunya pola tidur. Padahal, tidur cukup dan berkualitas sangat penting untuk fungsi otak, pemrosesan informasi, dan regulasi emosi. Pastikan kamu tidur 7–8 jam setiap malam, dan hindari layar biru sebelum tidur.
5. Gunakan Teknik Pomodoro dan Mulai Journaling
Saat harus bekerja atau belajar di depan layar, coba terapkan teknik Pomodoro 25 menit fokus, 5 menit istirahat. Selain meningkatkan produktivitas, teknik ini membantu otak tetap segar. Gunakan waktu istirahat tersebut untuk journaling.
Yuk, mulai langkah kecil ini untuk perubahan besar. Jadikan detoksifikasi digital menjadi agenda yang rutin kalian lakukan.