Waspada Saat Liburan! Ini Cara Mencegah Keracunan Makanan Saat Traveling
- Freepik
Lifestyle –Libur long weekend adalah waktu yang paling dinanti untuk menjelajahi tempat baru, mencicipi kuliner khas daerah, hingga berburu jajanan pinggir jalan yang menggoda. Semua terasa menyenangkan—hingga tubuh mulai memberikan sinyal tak nyaman: mual, diare, hingga demam. Alih-alih menikmati liburan, kamu malah terjebak di kamar hotel atau, lebih buruk lagi, harus ke rumah sakit karena keracunan makanan.
Keracunan makanan saat traveling bukan hanya mengganggu agenda liburan, tapi juga bisa berdampak serius bagi kesehatan, terutama jika terjadi di tempat dengan fasilitas medis terbatas. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 48 juta kasus keracunan makanan terjadi setiap tahun di AS, dan banyak di antaranya berhubungan dengan konsumsi makanan yang tidak higienis selama bepergian. Maka dari itu, memahami cara mencegah keracunan makanan menjadi langkah penting sebelum memulai perjalanan.
Mengapa Keracunan Makanan Rentan Terjadi Saat Traveling?
Saat traveling, sistem kekebalan tubuh bisa lebih rentan karena perubahan pola tidur, stres perjalanan, dan paparan bakteri asing yang belum dikenali tubuh. Selain itu, kita sering makan di tempat yang tidak familiar, dengan standar kebersihan yang tidak selalu bisa dipastikan.
"Saat kamu bepergian, terutama ke wilayah dengan iklim berbeda atau sanitasi yang kurang, risiko terpapar bakteri seperti Salmonella, E. coli, atau norovirus meningkat signifikan,” kata pakar penyakit infeksi dari Vanderbilt University Medical Center, Profesor William Schaffner
Kondisi ini diperparah jika kamu mencoba makanan mentah, makanan jalanan yang tidak dimasak sempurna, atau minuman yang tidak bersih. Maka, kunci utamanya adalah selektif dalam memilih apa yang kamu konsumsi.
Sebelum membahas pencegahan, penting untuk mengenali gejala awal keracunan makanan. Menurut Mayo Clinic, gejala biasanya muncul dalam 6–48 jam setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi, antara lain:
- Mual dan muntah
- Sakit perut dan kram
- Diare (bisa berdarah)
- Demam ringan hingga tinggi
- Kelelahan dan dehidrasi
Jika gejala ini muncul lebih dari 2 hari atau disertai darah pada feses, segera cari bantuan medis.
Cara Mencegah Keracunan Makanan Saat Traveling
1. Pilih Tempat Makan yang Bersih dan Ramai
Restoran atau warung yang ramai biasanya memiliki perputaran bahan makanan yang cepat, sehingga makanan lebih segar. Hindari tempat makan yang sepi atau tampak tidak terawat.
2. Utamakan Makanan yang Dimasak Matang
Hindari makanan mentah seperti salad, seafood mentah, atau daging setengah matang, terutama di negara dengan standar kebersihan berbeda. Masakan panas dan segar memiliki risiko kontaminasi lebih rendah.
3. Perhatikan Air Minum dan Es Batu
Menurut CDC, air yang tidak steril adalah penyebab umum keracunan. Gunakan air kemasan untuk minum, menyikat gigi, bahkan mencuci buah. Hindari es batu dari sumber air tidak jelas.
4. Cuci Tangan Sebelum Makan
Satu kebiasaan kecil tapi sangat penting. Bakteri dari tangan bisa dengan mudah berpindah ke makanan. Gunakan sabun atau hand sanitizer berbasis alkohol sebelum menyentuh makanan.
5. Waspadai Makanan Jalanan
Meski menggoda, makanan jalanan kadang disajikan tanpa standar sanitasi memadai. Jika ingin mencoba, pilih penjual yang memasak langsung di depan mata, bukan makanan yang telah lama disimpan.
6. Bawa Obat Antisipasi
Persiapan penting lainnya adalah membawa obat anti-diare, oralit, atau antibiotik ringan (setelah konsultasi dengan dokter). Ini akan sangat membantu jika gejala ringan mulai muncul.
7. Jangan Abaikan Buah dan Sayur
Buah yang bisa dikupas sendiri seperti pisang atau jeruk lebih aman. Hindari buah potong atau salad yang sudah dikemas atau direndam air dari sumber tidak jelas.
Kenali Bakteri Paling Umum Penyebab Keracunan
Menurut World Health Organization (WHO), bakteri penyebab utama keracunan makanan global adalah:
- Salmonella – Sering ditemukan pada telur mentah, ayam, dan susu yang tidak dipasteurisasi.
- E. coli – Bisa berasal dari daging sapi yang kurang matang atau sayuran mentah terkontaminasi.
- Listeria – Umumnya terdapat pada keju lunak dan makanan siap saji yang tidak disimpan dengan baik.
- Norovirus – Virus yang sangat menular, sering menyebar melalui makanan yang disentuh tangan terkontaminasi.
Ahli virologi dari University of Cambridge, Profesor Ian Goodfellow mengatakan bahwa Norovirus adalah salah satu penyebab utama keracunan makanan saat bepergian, terutama di tempat dengan sanitasi terbatas. Mencegahnya jauh lebih mudah daripada mengobatinya. Maka dari itu pentingnya tetap menjaga kebersihan diri.
Tips Tambahan untuk Traveler Cerdas
- Gunakan Aplikasi Rekomendasi Kuliner
Aplikasi seperti TripAdvisor atau Google Maps bisa membantu menemukan tempat makan dengan rating bagus dan ulasan soal kebersihan. - Simak Ulasan dari Traveler Lain
Komunitas traveler di forum seperti Reddit atau Lonely Planet Thorn Tree sering membagikan pengalaman soal makanan di destinasi tertentu, termasuk yang sebaiknya dihindari. - Hindari Makan Terlalu Malam
Sistem pencernaan melambat di malam hari. Makanan berat di waktu ini bisa lebih sulit dicerna, terutama saat kamu sedang lelah setelah perjalanan panjang.
Traveling Aman, Perut Nyaman
Liburan yang menyenangkan tidak harus dibayar mahal dengan masalah kesehatan. Dengan memperhatikan apa yang kamu makan dan di mana kamu makan, risiko keracunan makanan bisa ditekan seminimal mungkin. Ingat, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati—terutama saat kamu jauh dari rumah dan fasilitas medis.
Jadi sebelum menyusun itinerary liburan berikutnya, sempatkan juga menyusun strategi makan yang aman. Tubuhmu akan berterima kasih, dan kamu bisa menikmati liburan tanpa gangguan.