Kenapa Jumat Bikin Perasaan Pekerja Lebih Lega? Ini Penjelasan Psikologinya

TGIF
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Apakah kamu sering merasa lebih lega, bahagia, bahkan sedikit lebih produktif saat hari Jumat datang? Kamu tidak sendiri. Banyak pekerja merasa Jumat sebagai hari paling 'bernafas' dalam seminggu.

Weekend Jadi Malas Mandi? Hati-hati Bisa Jadi Tanda Awal Masalah Gangguan Mental

Padahal, tugas belum tentu selesai, dan pekerjaan bisa jadi tetap menumpuk. Lalu, apa sebenarnya yang membuat Jumat terasa berbeda? Apakah ini hanya sugesti atau ada penjelasan ilmiahnya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan merujuk pada pendapat Dr. Laurie Santos, profesor psikologi di Yale University yang dikenal dengan kuliahnya The Science of Well-Being, yang juga telah divalidasi secara ilmiah dalam berbagai jurnal psikologi terkemuka.

Lebih dari 1 Juta Orang Indonesia Hidup dengan Epilepsi, Ternyata Bukan Penyakit Ayan

Menurut Dr. Laurie Santos, salah satu faktor kunci yang membuat Jumat terasa lebih menyenangkan adalah anticipatory pleasure, yaitu kesenangan yang muncul dari mengantisipasi hal yang menyenangkan, dalam hal ini akhir pekan.

“Kita merasa lebih baik bukan karena pekerjaan berkurang, tapi karena kita mengantisipasi waktu istirahat. Otak memberi reward sebelum reward itu benar-benar datang,” kata dia,

Makanan yang Paling Digemari Masyarakat Indonesia ini Diam-diam Merusak Otak

Dalam istilah psikologi, ini dikenal sebagai hedonic anticipation, otak kita sudah merasa senang hanya karena tahu bahwa akhir pekan sudah dekat. Ini bisa menjelaskan kenapa orang tetap merasa bahagia di Jumat sore meski beban kerja belum selesai seluruhnya.

Efek “Emotional Contrast” dari Hari-Hari Sebelumnya

Hari Senin hingga Kamis umumnya penuh tekanan seperti rapat, deadline, revisi, dan jam kerja panjang. Ketika Jumat datang, meski pekerjaan tetap ada, tubuh dan pikiran mulai merasakan perbedaan suasana. Inilah yang disebut Santos sebagai emotional contrast.

Perasaan “lega” itu muncul bukan karena Jumat itu ringan, tapi karena kita membandingkannya dengan stres hari-hari sebelumnya.

Bayangkan kamu berjalan di tengah panas terik selama seminggu, lalu tiba-tiba masuk ruangan ber-AC. Sensasi ademnya bukan hanya karena suhu, tapi juga karena kontras dengan panas sebelumnya. Begitu juga dengan Jumat.

Norma Sosial yang Menjadikan Jumat Sebagai “Hari Ringan”

Secara budaya dan sosial, Jumat sudah diberi label sebagai hari casual. Banyak kantor mengizinkan berpakaian lebih santai, ada makan siang bersama, atau bahkan jam pulang lebih cepat. Norma ini memperkuat sinyal ke otak bahwa Jumat adalah hari “setengah libur”.

Dr. Laurie Santos menjelaskan bahwa otak manusia sangat peka terhadap sinyal sosial. Ketika lingkungan memperlakukan Jumat dengan lebih santai, otak langsung merespons dengan mengendurkan ketegangan.

Aktivitas Jumat Malam yang Dinanti

Tak bisa dimungkiri, Jumat malam jadi waktu populer untuk bersosialisasi seperti makan malam bersama teman, nonton, karaoke, atau sekadar istirahat tanpa alarm. Santos menjelaskan bahwa otak manusia menyukai aktivitas yang memberikan rasa kontrol dan kebebasan, sesuatu yang sulit didapat di tengah pekan.

Antisipasi akan aktivitas-aktivitas inilah yang memperkuat rasa lega sejak siang hari. Bahkan sebelum kegiatan dimulai, dopamin (hormon kebahagiaan) sudah lebih dulu dilepaskan ke sistem saraf.

Harapan Baru untuk Reset Emosi dan Energi

Akhir pekan juga berfungsi sebagai reset emosional. Jumat menjadi gerbang menuju dua hari tanpa tuntutan kerja, memberi ruang untuk tidur cukup, memulihkan energi, atau mengejar hobi yang tertunda.

Dalam psikologi positif, momen seperti ini disebut psychological detachment, proses mental melepaskan diri dari tekanan kerja. Penelitian menyebutkan bahwa detachment yang sehat bisa meningkatkan kepuasan kerja dan menurunkan risiko burnout.

Jumat menjadi simbol dari kesempatan itu. Maka tak heran jika perasaan lega sudah terasa sejak pagi, meski kita belum benar-benar mulai liburan.

Efek Placebo dari Label “TGIF” (Thank God It’s Friday)

Ungkapan “Thank God It’s Friday” bukan hanya jargon populer, tapi juga punya efek placebo psikologis. Label ini membentuk ekspektasi bahwa Jumat adalah hari bahagia. Dan seperti placebo lainnya, ketika kita percaya bahwa sesuatu akan menyenangkan, otak bisa menciptakan sensasi itu secara nyata.

Menurut Santos, harapan dan keyakinan semacam ini sering memengaruhi cara kerja otak dalam membentuk suasana hati. Bahkan jika hari Jumat ternyata tidak semenyenangkan biasanya, kita tetap cenderung merasa lebih baik dibanding hari lain karena sudah diawali dengan keyakinan positif.

Kesempatan untuk Pulih Secara Mental

Dalam dunia kerja modern, banyak orang mengalami decision fatigue kelelahan akibat terus-menerus membuat keputusan. Jumat menjadi titik akhir dari tekanan ini. Ketika Jumat tiba, otak tahu bahwa setelah ini akan ada waktu untuk tidak mengambil keputusan besar.

Ini membuat kapasitas mental lebih ringan dan suasana hati lebih stabil. Penelitian dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa performa kognitif seseorang meningkat ketika mereka tahu waktu istirahat sudah dekat.