Kenapa Terlalu Baik di Kantor Malah Bisa Jadi Bumerang Diri Sendiri?
- Freepik
Lifestyle –Di media sosial, kita sering melihat kutipan seperti “Kebaikan adalah kunci.” Tapi begitu kembali ke dunia nyata, kamu mungkin merasa ada yang tidak cocok.
Padahal kenyataannya, dunia tidak selalu semanis unggahan Instagram atau video reels yang inspiratif.
Justru, kebaikanmu bisa dimanfaatkan bisa dalam bentuk politik kantor yang licik, atau dalam hubungan pertemanan yang ternyata toksik. Lebih mengejutkan lagi, ketika kamu terlalu baik, orang-orang bisa malah curiga.
Mereka mungkin mengira kamu punya maksud tersembunyi. Ujung-ujungnya, kamu bisa merasa diasingkan, kesepian, tanpa benar-benar paham kenapa.
Padahal, kebaikan sebenarnya bisa jadi kekuatan besar, kalau kamu tahu kapan dan bagaimana menggunakannya. Kalau tidak, kamu sendiri yang bisa menghancurkan dirimu, bahkan sebelum orang lain melakukannya.
Berikut ini 5 sifat yang perlu kamu waspadai dalam dirimu sendiri, agar tidak dimanfaatkan orang lain atas nama ‘kebaikan’ seperti dilansir dari laman Times of India
1. Susah Bilang “Tidak”?
Kalau kamu merasa nggak enak atau takut dianggap kasar saat menolak permintaan orang, itu bukan tanda kamu orang baik. Justru kamu sedang memaksakan diri, dan itu bisa bikin kamu lelah secara mental.
Dalam usahamu membahagiakan semua orang, kamu malah mengorbankan dirimu sendiri.
Coba pikir balik, orang-orang yang kamu bantu tanpa syarat itu, apakah mereka akan ragu bilang “nggak bisa” ke kamu? Kebanyakan sih, tidak.
2. Selalu Jadi “Pemberi”?
Nggak semua sikap nggak mementingkan diri sendiri (selfless) bakal bikin orang suka. Kalau kamu berpikir makin banyak memberi, makin kamu dihargai, kamu salah besar.
Orang bisa terbiasa, bahkan jadi menganggap enteng usahamu. Nantinya begitu kamu berhenti ‘melayani’ seperti biasanya, mereka pun akan memperlihatkan wajah aslinya.
Hal yang mereka sukai mungkin bukan kamu sebagai pribadi, tapi kamu yang mau repot demi mereka.
3. Suka Terlalu Banyak Menjelaskan?
Hati-hati kalau kamu sering memberi penjelasan panjang-panjang. Apalagi ke orang yang tidak menghargai atau tidak benar-benar mendengarkan.
Bisa jadi, mereka malah menertawakanmu diam-diam atau menganggap kamu tidak percaya diri.
Sampaikan maksudmu secara singkat, jelas, dan langsung terutama kalau kamu merasa lawan bicaramu tidak punya empati atau niat baik untuk memahami.
4. Apa Motif Kebaikanmu?
Kalau kamu terlalu baik, jangan heran kalau kamu justru menarik orang-orang manipulatif atau narsistik. Mereka pintar menyamar, dan lama-lama kamu bisa jadi alat mereka untuk mencapai tujuan pribadi.
Kebaikanmu bisa menutupi naluri kamu untuk membedakan mana orang yang tulus, mana yang pura-pura. Kalau kamu tidak belajar memilah, kamu akan terus terjebak di siklus yang sama.
5. Takut Hadapi Konflik?
Kadang kamu merasa wajib menolong orang, padahal sebenarnya itu cuma rasa takut akan konfrontasi. Kamu lebih memilih mengangguk daripada jujur mengatakan pendapatmu, karena takut terjadi pertengkaran.
Iya sih, kamu mungkin dapat pujian atau senyum sesaat. Tapi dalam jangka panjang, kamu akan kesulitan menunjukkan siapa dirimu sebenarnya. Kebaikanmu bisa terlihat seperti kelemahan.
Jadi, Gimana Solusinya?
Kebaikan tetaplah hal mulia. Tapi harus dibarengi dengan kesadaran diri dan batas yang jelas. Kamu bisa jadi orang baik tanpa jadi korban.
- Belajarlah berkata "tidak" tanpa rasa bersalah.
- Prioritaskan kesehatan mental dan emosimu sendiri.
- Tahu kapan harus memberi, dan kapan harus menjaga jarak.
- Jangan takut kehilangan orang yang hanya menghargaimu saat kamu mengorbankan diri.
Seperti kata pepatah modern, Be kind, but don’t let people abuse your kindness. Sebab, menjadi baik bukan berarti membiarkan diri diperlakukan semaunya.