PMS Bikin Emosi Meledak? Ini Penjelasan Ilmiah di Balik Mood Swing yang Jarang Diungkap!
- Freepik
Kabar baiknya, meski mood swing saat PMS tidak bisa dihindari sepenuhnya, gejalanya bisa dikurangi dengan pendekatan yang tepat. Kuncinya adalah memahami bahwa tubuh butuh dukungan, bukan perlawanan. Salah satu langkah awal yang paling efektif adalah mengatur pola makan. Makanan kaya magnesium seperti kacang-kacangan dan sayuran hijau terbukti membantu menenangkan sistem saraf. Begitu pula dengan asupan vitamin B6 dan omega-3 yang mendukung produksi serotonin.
Selain makanan, aktivitas fisik teratur juga memainkan peran penting. Olahraga ringan seperti yoga, jalan kaki, atau berenang mampu meningkatkan endorfin dan membantu tubuh menyeimbangkan hormon. Banyak wanita melaporkan bahwa olahraga justru membuat PMS mereka jauh lebih ringan, baik secara fisik maupun emosional.
Tidur yang cukup dan manajemen stres juga tak kalah penting. Meditasi, teknik pernapasan dalam, atau sekadar mengambil waktu untuk relaksasi bisa membantu meredakan gejala mood swing. Tubuh yang rileks lebih mampu menyesuaikan diri dengan perubahan hormonal, sehingga gejala PMS tidak terasa seintens biasanya.
Kapan Perlu Mencari Bantuan Profesional?
Meskipun sebagian besar wanita bisa mengelola PMS dan mood swing dengan perubahan gaya hidup, tidak semua kasus bisa diatasi sendiri. Jika perubahan suasana hati terasa ekstrem, hingga memengaruhi hubungan pribadi, pekerjaan, atau membuat Anda merasa putus asa tanpa alasan jelas, maka itu bisa menjadi tanda PMDD atau gangguan hormon lain yang lebih serius.
Dalam kondisi seperti ini, berkonsultasi dengan dokter atau psikolog sangat disarankan. Pemeriksaan laboratorium mungkin dibutuhkan untuk melihat kadar hormon atau mendeteksi ketidakseimbangan nutrisi. Dari sana, pendekatan pengobatan bisa disesuaikan—entah melalui suplemen, terapi kognitif, atau intervensi hormonal bila memang diperlukan.
Hal terpenting adalah menyadari bahwa Anda tidak sendiri. PMS dan mood swing adalah pengalaman nyata yang dirasakan oleh jutaan wanita. Mengakui keberadaannya bukanlah kelemahan, tapi justru langkah pertama menuju pengelolaan yang lebih baik.