Kenapa Beberapa Pria Pilih Menggunakan Tangan Ketimbang Kata Ketika Tersulut Emosi?

Ilustrasi pria mau tonjok orang
Sumber :
  • Freepik

Artinya, meskipun pria punya potensi lebih besar untuk agresif secara biologis, cara mereka menyalurkannya tetap bergantung pada pembelajaran sosial.

Laki-Laki Jarang Diajari Mengekspresikan Emosi

Mendikdasmen Larang Murid Main Roblox, Ternyata Ini Dampak Mengerikan Game yang Mengandung Unsur Kekerasan bagi Anak SD

Dari kecil, anak laki-laki sering dilarang menangis, mengeluh, atau menunjukkan emosi sedih. Kalimat seperti, ‘Cowok tuh harus kuat!’ atau ‘Jangan cengeng!’ sering mereka dengar. Akibatnya, mereka tumbuh tanpa keterampilan emosional yang memadai.’Levant menyebut kondisi ini sebagai normative male alexithymia, ketidakmampuan atau kesulitan laki-laki dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaannya.

Saat emosi tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, tubuhlah yang akhirnya mengambil alih dengan mengepalkan tangan, menggebrak meja, melempar barang, atau bahkan memukul. Bukan karena pria tidak punya perasaan, tapi karena mereka tidak terbiasa menyalurkannya secara verbal.

Budaya Maskulinitas: Tangguh, Dominan, dan Anti Lemah

Anak Susah Dikasih Tahu? Bisa Jadi Karena Ini, Bukan Cuma Keras Kepala!

Dalam banyak budaya, maskulinitas dikaitkan dengan dominasi, kekuatan, dan ketangguhan. Pria yang mampu membela diri secara fisik sering dianggap lebih "jantan", sementara yang memilih diam atau bicara dianggap lemah atau pengecut.

"Pria lebih takut dianggap lemah oleh sesama pria daripada disalahkan karena bertindak agresif," kata Levant.

Halaman Selanjutnya
img_title
Baru Ditegur Langsung Ngamuk? Ini Penyebab Anak Sering Marah dan Banting Barang di Rumah