Dari Jigong ke Diabetes? Begini Hubungan Gigi dan Gula Darah

Ilustrasi Tanda di Mulut Pertanda Diabetes
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Kalau selama ini kamu mengira masalah gigi hanya sebatas bau mulut atau penampilan, saatnya berpikir ulang. Ternyata, kondisi mulut terutama yang berkaitan dengan karang gigi alias jigong punya hubungan erat dengan kadar gula darah dalam tubuh. Bahkan, para ahli menyebut ada hubungan dua arah antara penyakit gusi dan diabetes.

Jigong Bukan Cuma Soal Bau Mulut! Ternyata Bisa Picu Penyakit Jantung?

 

Masih terdengar mengejutkan? Memang, karena banyak orang belum tahu bahwa karang gigi yang tidak dibersihkan bisa menyebabkan peradangan kronis di gusi, dan ini berpotensi memperburuk pengendalian gula darah. Sebaliknya, penderita diabetes juga lebih rentan mengalami penyakit gusi yang parah. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini, termasuk pendapat dari Chief Scientific & Medical Officer dari American Diabetes Association, Dr. William Cefalu.

Suka Main HP Sebelum Tidur? Awas Gula Darah Bisa Berantakan Kalau Kamu Punya Diabetes!

Karang gigi atau dental calculus terbentuk dari plak yang mengeras akibat tidak dibersihkan secara teratur. Plak ini mengandung sisa makanan, bakteri, dan air liur. Ketika mengeras, ia menjadi tempat sempurna bagi bakteri jahat berkembang biak.

 

Sering Lidah Kering dan Lengket? Bisa Tanda Diabetes atau Masalah Tiroid

Jika tidak segera dibersihkan lewat scaling, karang gigi bisa menekan jaringan gusi dan menyebabkan radang. Inilah awal dari gingivitis, peradangan ringan yang kalau dibiarkan bisa berkembang menjadi periodontitis, yaitu infeksi gusi yang merusak jaringan penyangga gigi.

 

Gejala yang sering muncul:

 

  • Gusi berdarah saat menggosok gigi

  • Gusi bengkak atau nyeri

  • Bau mulut meski sudah sikat gigi

  • Gigi terasa longgar atau goyang

 

Nah, di sinilah awal masalahnya: peradangan di mulut ternyata bisa mengganggu keseimbangan gula darah tubuh.

 

 

Hubungan Dua Arah: Gigi yang Sakit Bisa Ganggu Gula Darah, dan Sebaliknya

 

Menurut Dr. William Cefalu, hubungan antara penyakit gusi dan diabetes bersifat dua arah. Artinya, keduanya saling memengaruhi dan memperburuk kondisi satu sama lain.

 

1. Diabetes Bisa Memperburuk Kesehatan Gusi

 

Gula darah yang tinggi membuat daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun. Akibatnya, penderita diabetes lebih mudah mengalami peradangan di gusi dan lebih sulit sembuh jika terjadi luka. Dr. Cefalu menjelaskan bahwa aliran darah ke jaringan gusi bisa terganggu akibat komplikasi diabetes, sehingga area mulut jadi lebih rentan terhadap bakteri.

 

2. Penyakit Gusi Bisa Memperburuk Diabetes

 

Ketika gusi mengalami peradangan, tubuh akan memproduksi sitokin, yaitu protein yang menandakan terjadinya infeksi atau inflamasi. Masalahnya, sitokin ini bisa mengganggu kerja insulin, hormon yang bertugas menurunkan kadar gula darah. Hasilnya, gula darah jadi sulit dikontrol, meskipun penderita sudah menjalani pengobatan rutin.

“Peradangan di mulut bersifat sistemik. Jadi bukan hanya lokal di gusi, tapi bisa berimbas ke seluruh tubuh—termasuk ke proses metabolisme glukosa,” jelas Dr. Cefalu.

 

Sejumlah penelitian memperkuat hubungan antara penyakit gusi dan diabetes. Misalnya studi dari Journal of Dental Research menemukan bahwa penderita periodontitis memiliki risiko 2–3 kali lipat lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2.

Selain itu, penelitian di Jepang menunjukkan bahwa pasien diabetes yang mendapatkan perawatan gusi rutin mengalami penurunan kadar HbA1c (penanda rata-rata gula darah) sebesar 0,4%–0,6%. Ini setara dengan efek dari beberapa obat diabetes ringan.

Sebuah review dalam Journal of Clinical Periodontology juga mengungkap bahwa inflamasi akibat periodontitis bisa menjadi pemicu inflamasi sistemik yang memperburuk resistensi insulin.

 

 

Tanda-Tanda Masalah Gigi yang Harus Diwaspadai Penderita Diabetes

 

Kalau kamu punya diabetes baik tipe 1 maupun tipe 2, jangan anggap sepele gejala-gejala berikut ini:

 

  • Gusi sering berdarah saat menyikat gigi

  • Gigi terasa goyang atau mulai bergeser

  • Bau mulut tak kunjung hilang

  • Sering sariawan atau luka di gusi yang sulit sembuh

  • Mulut terasa kering (xerostomia), yang mempercepat pembentukan plak

 

Jika mengalami beberapa tanda tersebut, sebaiknya segera konsultasi ke dokter gigi. Jangan tunggu sampai terasa nyeri parah atau gigi copot.

 

Dr. Cefalu menekankan bahwa perawatan mulut seharusnya menjadi bagian dari pengelolaan diabetes secara menyeluruh, bukan hanya urusan penampilan.

 

Langkah-langkah yang disarankan:

 

  • Scaling setiap 6 bulan untuk membersihkan karang gigi.

  • Menyikat gigi 2x sehari menggunakan pasta gigi khusus gusi sensitif.

  • Gunakan benang gigi (flossing) agar sisa makanan tidak menumpuk.

  • Kumur dengan antiseptik bebas alkohol (alkohol bisa membuat mulut kering).

  • Jaga kadar gula darah tetap stabil untuk mendukung penyembuhan gusi.

 

Dr. Cefalu menyebut, bahwa kesehatan mulut adalah indikator penting kondisi sistemik tubuh. Kalau gusi meradang, itu bisa menjadi sinyal bahwa metabolisme kita juga tidak sedang baik-baik saja.

 

 

Kapan Harus ke Dokter Gigi (dan Dokter Diabetes)?

 

Idealnya, penderita diabetes harus memeriksakan gigi secara rutin setiap 6 bulan, atau lebih sering jika sudah ada gejala penyakit gusi. Jangan ragu untuk meminta dokter gigi berkoordinasi dengan dokter diabetes/endokrinologis, terutama jika sedang dalam masa pengobatan intensif.

 

Sebaliknya, buat kamu yang mengalami penyakit gusi menahun, sebaiknya juga melakukan tes gula darah, terutama jika ada riwayat keluarga dengan diabetes. Karang gigi yang terus-menerus muncul meski sudah dibersihkan bisa jadi pertanda adanya gangguan metabolisme glukosa.