Ini Alasan Kenapa Banyak Orang Nggak Suka Malam Minggu Lagi Setelah Dewasa
- iStock
Lifestyle –Dulu, malam Minggu selalu jadi momen yang ditunggu-tunggu. Rasanya nggak sabar buat nongkrong, pergi nonton, atau sekadar keliling kota bareng teman atau pacar. Tapi sekarang, ketika hidup sudah dipenuhi pekerjaan, tagihan, dan tanggung jawab rumah tangga, malam Minggu terasa melelahkan.
Bahkan, banyak orang dewasa yang lebih memilih tidur lebih awal, binge-watch Netflix di rumah, atau rebahan sambil main HP daripada keluar rumah. Suasana yang dulu bikin semangat, kini justru bikin mager.
Kenapa bisa begitu? Apakah kita jadi membosankan saat dewasa? Atau sebenarnya cara kita memaknai akhir pekan memang sudah berubah? Artikel ini mengulas perubahan psikologis di balik pergeseran makna malam Minggu, dengan penjelasan dari psikolog klinis dan penulis The Defining Decade, Dr. Meg Jay.
Bagi remaja dan anak muda, malam Minggu adalah waktu terbaik untuk merasa "hidup." Jalan-jalan, konser, nongkrong sampai dini hari semua terasa seru. Tapi setelah memasuki usia dewasa, banyak yang justru merasa bahwa akhir pekan, termasuk malam Minggu, lebih baik dihabiskan dengan tenang, bahkan sendirian. Apa yang berubah? Menurut Dr. Meg Jay, perubahan ini terjadi secara alami seiring bertambahnya usia.
“Seiring bertambahnya usia, kita mulai memilih aktivitas yang memberi rasa aman, nyaman, dan terkendali bukan hanya yang menyenangkan di permukaan,” kata dia.
Dengan kata lain, kita mulai lebih sadar akan energi yang terbatas dan cenderung memilih kegiatan yang terasa ‘worth it’.
Berikut ini beberapa alasan mengapa Malam Minggu tidak lagi disukai setelah dewasa.
1. Prioritas Hidup Sudah Bergeser
Saat masih remaja atau awal 20-an, hidup masih minim tanggung jawab. Fokus kita adalah bersenang-senang, mencoba hal baru, memperluas pergaulan. Akhir pekan jadi pelarian dari sekolah atau kuliah yang kadang terasa membosankan. Namun saat dewasa, beban hidup mulai bertambah:
- Target pekerjaan yang menumpuk
- Kewajiban membayar tagihan
- Tuntutan sosial dan keluarga
Akhir pekan bukan lagi waktu untuk "lari," tapi justru saat terbaik untuk mengisi ulang tenaga yang sudah terkuras dari Senin sampai Jumat.
2. Energi Mental: Social Battery yang Cepat Habis
Setelah sepekan menghadapi klien, atasan, rapat, dan email yang tiada henti, tubuh dan pikiran butuh waktu untuk istirahat. Nongkrong malam hari, yang dulu terasa menyenangkan, sekarang jadi terasa berat. Fenomena ini dikenal sebagai social battery, kemampuan seseorang untuk bersosialisasi yang akan habis jika terus-menerus digunakan, terutama bagi orang yang cenderung introvert atau ambivert.
Bahkan untuk extrovert pun, malam Minggu bisa terasa melelahkan jika sepanjang minggu sudah diisi interaksi sosial yang intens.
3. Malam Minggu Tak Lagi Terasa Romantis
Dulu, malam Minggu identik dengan waktu kencan atau PDKT. Tapi saat dewasa apalagi kalau sudah punya pasangan tetap atau menikah ritual ini tidak lagi terasa wajib.
Quality time sekarang justru hadir dalam bentuk:
- Makan malam sederhana di rumah
- Nonton bareng sambil santai
- Diskusi ringan soal rencana keuangan
Kita mulai memahami bahwa romantisme tidak melulu harus ditunjukkan dengan jalan-jalan malam atau dinner fancy.
4. FOMO Berganti Jadi JOMO
Di usia belasan atau awal 20-an, ada tekanan sosial untuk selalu terlihat aktif. Nggak ikut nongkrong? Takut dibilang nggak gaul. Nggak update story? Takut dibilang boring. Itulah yang disebut FOMO (Fear of Missing Out), rasa takut ketinggalan momen sosial.
Tapi saat dewasa, banyak orang justru mengalami JOMO (Joy of Missing Out), rasa lega karena tidak perlu memaksakan diri ikut keramaian. Dr. Meg Jay menyebut ini sebagai tanda kedewasaan emosional.
“Dewasa bukan berarti membosankan, tapi semakin sadar bahwa waktu dan energi kita berharga. Kita mulai menghindari kegiatan yang tidak memberi makna atau manfaat nyata,” kata dia.
5. Masalah Ekonomi dan Kesehatan Mental
Jujur saja, malam Minggu seringkali berbiaya tinggi: bensin, parkir, makan di luar, tiket hiburan, dll. Saat dewasa, kamu mulai sadar bahwa uang harus dikelola, bukan dihabiskan untuk kesenangan sesaat. Selain itu, meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental juga membuat banyak orang mulai menghindari keramaian dan memilih aktivitas yang menenangkan.
Bagi sebagian orang, me-time jauh lebih menyembuhkan dibanding ikut keramaian yang menguras tenaga sosial.
6. Bentuk “Kesenangan” yang Berubah
Kesenangan saat remaja biasanya identik dengan musik keras, tempat ramai, dan interaksi sosial yang heboh. Tapi kini, kesenangan datang dari hal-hal kecil yang membuat hati tenang seperti merapikan rumah, masak menu baru, baca buku, merawat tanaman hingga nonton dokumenter
Aktivitas ini memang tidak “instagrammable”, tapi memberi rasa puas dan kontrol terhadap hidup dan itu, menurut Dr. Meg Jay, adalah bentuk kebahagiaan yang lebih matang.
7. Realita vs Media Sosial: Jangan Terjebak Feed Orang Lain
Satu hal yang bikin orang dewasa makin tidak suka malam Minggu adalah ilusi media sosial. Scroll Instagram atau TikTok di malam Sabtu bisa membuat kita merasa ‘kalah seru’ dari orang lain. Padahal, apa yang terlihat belum tentu mencerminkan kebahagiaan sebenarnya. Banyak orang yang pamer aktivitas malam minggu, tapi merasa hampa setelahnya. Sementara kamu yang di rumah dengan piyama dan teh hangat, justru lebih damai.
8. Malam Minggu Versi Dewasa: Lebih Personal, Lebih Reflektif
Makin dewasa, kita tidak lagi ikut arus. Kita mulai membentuk versi malam Minggu kita sendiri:
- Beberapa orang mulai menulis jurnal
- Ada yang mempersiapkan agenda minggu depan
- Ada juga yang memilih tidur lebih awal demi pagi yang produktif
Hal yang penting bukan apa yang dilakukan, tapi bagaimana kita merasa setelahnya. Apakah kita merasa lebih utuh? Lebih damai? Lebih siap menghadapi minggu baru? Kalau iya, berarti malam Minggu kamu sudah tepat, meski tanpa keramaian.